Suasana Gedung Tennis Indoor Sajoto UNNES, Sekaran, Gunungpati tampak berbeda. Ratusan mahasiswa baru FISIP berbaris rapi dengan seragam cokelat khas Pramuka.
Mereka mengikuti Orientasi Kepramukaan Perguruan Tinggi (OKPT), OKPT bukan sekadar kegiatan seremonial penyambutan mahasiswa baru. Di UNNES, Pramuka diposisikan sebagai wadah pembinaan yang berlandaskan sistem among pendekatan pendidikan khas kepramukaan yang menekankan pendampingan, kemandirian, serta tanggung jawab.
Landasan hukumnynya mulai dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, hingga berbagai keputusan Kwartir Nasional dan Kementerian Pendidikan.“Pramuka bagi mahasiswa bukan hanya simbol seragam, melainkan latihan kepemimpinan, tanggung jawab, dan solidaritas,” ujar Ruhadi, salah satu pengampu kegiatan.
Di tingkat mahasiswa, anggota Pramuka disebut Penegak. Istilah ini diambil dari semangat menegakkan kemerdekaan bangsa. Filosofinya: mandiri dan bertanggung jawab.
Usia 16–20 tahun dipandang sebagai fase emas untuk menempa kepemimpinan. Baden Powell, pendiri gerakan Pramuka dunia, menulis dalam Rovering to Success tentang pentingnya petualangan dan kepemimpinan bagi anak muda semangat yang dihidupkan kembali dalam kegiatan keperamukaan.
Pembicara lainnya, Kepala Bidang Ketahanan Bangsa Badan Kesbangpol Jawa Tengah, Muslichah Setiasih, mengingatkan peserta tentang bentuk-bentuk ancaman baru bagi bangsa Indonesia. “Serangan pada generasi muda tidak lagi lewat senjata, tapi melalui pola konsumsi food, fuel, fashion, film, fantasi, filosofi, hingga finansial. Kalau tidak kuat identitasnya, kita bisa terjajah tanpa sadar,” katanya.
Pramuka, menurut Muslichah, bisa menjadi benteng identitas kebangsaan. Dengan semangat kebhinekaan, integrasi sosial, dan cinta tanah air, mahasiswa diharapkan tumbuh sebagai kader bangsa yang siap menghadapi tantangan global. Nilai-nilai kepramukaan seperti patriotisme, kebersamaan, disiplin, dan kepemimpinan dijadikan sebagai modal utama.
Zaidan Syauqi, mahasiswa Ilmu Sejarah, mengaku ikut OKPT untuk mengisi waktu luang. “Baju pramuka saya pinjam dari teman,” katanya sambil terkekeh.
Sementara Maliha Yasmin, mahasiswa Pendidikan IPS, justru menyiapkan diri jauh-jauh hari. “Saya tahu ada OKPT dari TikTok. Jadi dari Pekalongan sudah bawa baju Pramuka sendiri,” ucapnya.
Meski motivasi peserta berbeda-beda, panitia berharap kegiatan ini menanamkan semangat kebangsaan di kalangan mahasiswa baru. “Pramuka bukan soal nostalgia sekolah menengah,di perguruan tinggi, ia adalah laboratorium kepemimpinan dan kebangsaan.” terang Ruhadi.
OKPT adalah kegiatan tahunan yang digelar selama dua hari yaitu pada 21–22 Agustus. Kegiatan tersebut dibuka langsung oleh Dekan FISIP, Prof. Arif Purnomo.




