Nirantara Film Festival merupakan luaran dari mata kuliah Konservasi Sosial yang dirancang berdasarkan tiga pilar konservasi Universitas Negeri Semarang (UNNES), yaitu: pelestarian nilai, pelestarian seni dan budaya, serta pelestarian sumber daya alam dan lingkungan.
“Nirantara” berarti keberlanjutan. Sebuah kata yang menjadi tajuk festival ini sekaligus mempresentasikan semangat keberlanjutan nilai, keberlanjutan budaya, dan keberlanjutan lingkungan hidup.
Melalui mata kuliah ini, mahasiswa tidak hanya diajak untuk memahami konservasi secara konseptual, tetapi juga turun langsung ke lapangan, berdialog dengan masyarakat, dan mengartikulasikannya melalui karya dokumenter.
Sebanyak 15 film dokumenter telah berhasil diproduksi oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Semarang. Berikut daftar karya yang ditayangkan dalam Nirantara: Film Festival:
- CTRL + Human
- Loenpia Gang Lombok
- Konservasi Sampah di Lingkungan Kos
- Menjaga Dolanan Cilik Wayang Suket
- Semarang Hijau
- Public Transportation BRT: Air Pollution Solution in Gunungpati
- Keberlanjutan Ujung Piring
- Sampah Bukan Masalah: Masyarakat Mangunsari Bergerak
- Kain Kian Kini
- Di Balik Canting Tersisa Harapan
- Wingko Babat: Pulang Membawa Rasa
- Jejak Warna di Kampoeng Batik
- Shadows That Move: The Living Legacy of Wayang Wong
- #DOREUSEABLE
- Conservation Contradicted: The Plastic We Ignore
Karya-karya yang hadir dalam festival film ini adalah hasil dari perjumpaan mahasiswa dengan berbagai bentuk kearifan. Beberapa pihak yang turut berkotribusi dalam proses produksi karya dokumenter ini, antara lain:
- Manimonki Animation Studios
- Wingko Babat Pratama
- Ngesti Pandowo
- H. SUDARSONO, S.Ag., S.Pd., M.Pd.I. (Kepala desa Ujung Piring)
- Siti Afifah (Pengrajin batik)
- Bernadeta Yuswinda Ayu Septiana ( Praktisi Lingkungan DLH Kota Semarang) & Tri Kayati (Ketua Bank Sampah Alamanda Mangunsari)
- Santoso, S. Pd (Kepala Sekolah SD 01 Sekaran)
- Kusnaini (Pengelola Sampah)
- Eko Haryanto (Pemilik Cinta Batik)
- Ida Purwati (Ketua RW Kampung Batik gedong)
- Goenawan (Kepala Koor 1 Mangkang Penggarong BLUT SEMARANG)
- Rofiq Achmad(Pengajar Wayang Suket Kota Semarang)
- Vincent Generasi ke-5 Loenpia Gang Lombok
- Hero Creative Sudut Kota Lama
Nirantara: Film Festival ini bukan akhir, tetapi titik mula dari awal dari percakapan yang lebih luas, mengenai tanggung jawab kita bersama dalam menjaga warisan nilai, budaya, dan lingkungan. Melalui medium dokumenter, mahasiswa belajar untuk tidak hanya menjadi pengamat, tetapi juga menjadi penyampai pesan yang berpihak pada keberlanjutan.
Sebagai bentuk apresiasi atas seluruh karya yang telah dibuat, Nirantara: Film Festival mengumumkan 3 film terbaik di penghujung acara festival ini, antara lain:
- Best Movie: CTRL + Human
- Runner Up: Kain Kian Kini
- 2nd Runner Up: Sampah Bukan Masalah: Masyarakat Mangunsari Bergerak.
If we choose to ignore today, will the future ever forgive us tomorrow?




