Semarang, 13 Juni 2025 — Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang (FISIP UNNES) bekerja sama dengan National Taiwan Normal University sukses menyelenggarakan Seminar Internasional bertajuk “Dinamika Bentang Lahan dan Tantangan Manajemen Banjir Perkotaan” pada Jumat, 13 Juni 2025, pukul 13.00 WIB, bertempat di Aula Gedung C7 Lantai 3 FISIP UNNES. Seminar ini menjadi wujud nyata dari kolaborasi akademik internasional dalam menjawab isu-isu lingkungan perkotaan yang kian kompleks, khususnya terkait tata kelola banjir di kawasan urban.
Seminar ini dibuka secara resmi oleh Dr.scient.med. Fadly Husain, M.Si., selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FISIP UNNES. Acara menghadirkan dua narasumber ahli, yakni Prof. Mucahid Mustafa Bayrak, Ph.D. dari National Taiwan Normal University dan Prof. Dr. Erni Suharini, M.Si., yang keduanya memberikan pemaparan mendalam terkait perubahan bentang lahan, krisis iklim, dan strategi mitigasi bencana banjir di wilayah perkotaan. Selain sesi utama, seminar juga menampilkan presentasi mahasiswa yang menyampaikan hasil riset lapangan sehari sebelumnya di Desa Tambakrejo, Semarang, sebagai bentuk pembelajaran berbasis pengalaman langsung di lapangan. Kegiatan ini diharapkan mampu memperkuat pemahaman lintas perspektif serta mendorong solusi kolaboratif dalam menghadapi tantangan geografi perkotaan di era perubahan iklim global.
Prof. Mucahid Mustafa Bayrak, Ph.D. dalam paparannya membahas tantangan keberlanjutan global dengan menyoroti bagaimana Taiwan dapat menjadi contoh bagi dunia dalam menerjemahkan riset keberlanjutan menjadi aksi nyata. Dimulai dari pengertian dasar sustainable development yang menekankan pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan masa depan, presentasi ini mengkritisi pendekatan pembangunan yang hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi semata. Tantangan utama yang diangkat adalah trade-off antara aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi yang seringkali tidak seimbang. Selain itu, dibahas pula perlunya perubahan struktural mendalam pada sistem kapitalisme modern yang dianggap menjadi akar dari krisis ekologis dan sosial global.
Taiwan menjadi studi kasus penting karena keberhasilannya mengakui hak-hak masyarakat adat, komitmen terhadap energi terbarukan, serta dukungan terhadap gerakan akar rumput. Taiwan dianggap unik di Asia Timur karena menyediakan ruang demokratis dan kebebasan akademik yang luas untuk mengkaji praktik pembangunan berkelanjutan berbasis lokal. Pendekatan masyarakat adat terhadap lingkungan, yang bersifat holistik dan memadukan nilai-nilai spiritual, budaya, dan sosial, diangkat sebagai alternatif terhadap model pembangunan Barat yang kini tengah mengalami krisis. Presentasi ini mengajak kita untuk tidak hanya “mengelola” lingkungan, tetapi juga mengubah cara pandang dan sistem sosial secara mendasar demi masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan.
Kegiatan ini memiliki relevansi kuat terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 11 (Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan) dan SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim). Dengan membahas isu-isu seperti manajemen banjir, transformasi bentang lahan, dan peran komunitas dalam adaptasi iklim, seminar ini turut mendorong dialog lintas negara dan disiplin ilmu untuk merumuskan solusi berkelanjutan bagi kota-kota masa depan. Kolaborasi akademik seperti ini mencerminkan komitmen FISIP UNNES dalam menghadirkan kontribusi nyata terhadap tantangan global melalui pendidikan, riset, dan kemitraan internasional.
seminarinternasional #geografi #ntnu #fisip #fisipunnes #unnes #unnessemarang













