Sekaran, 4 September 2024.
Perkembangan teknologi saat ini terasa sangat signifikan sehingga perlu ada upaya untuk senantiasa menyelaraskan kebijakan dalam pemanfataan teknologi yang ada di dunia pendidikan. Pemanfataan teknologi AI disatu sisi mampu mempermudah dalam dunia pendidikan, namun perlu kita sadari juga bahwa dalam perkembangan AI juga perlu diimbangi dengan adanya kemampuan untuk mengelola dan mempertanggungjawabkan secara akademis.
Sejalan dengan persoalan tersebut, program studi PPKN S1 Unnes mengadakan kegiatan Stadium General bertemakan AI–Powered Innovation and Mindset, kegiatan ini menghadirkan Prof. Wu Yuin Hwang Dekan College of Science and enginering National Dong Hwa University Taiwan.
Dalam sambutannya, Dekan FISIP UNNES, Dr. Arif Purnomo menyampaiakn ucapan selamat datang di Unnes khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dekan berharap kerjasama ini tidak hanya dalam bentuk stadium general saja, melainkan juga dalam bidang penelitian dan pengabdian antar lembaga.
Prof. Hwang dalam paparannya menyampaikan perkembangan AI dalam 3 tahapan, yaitu AI sebagai alat untuk mendukung pembelajaran kita. Contoh kasus: mahasiswa yang selama ini memakai Chat GPT untuk membantu pengerjaan tugas kuliah mereka. Dalam hal ini, AI dan manusia sama-sama bersifat pasif. AI hanya meneruskan informasi dari database yang dimilikinya, sementara manusia hanya melakukan salin tempel atas informasi yang diberikan AI tanpa melakukan pemeriksaan lebih lanjut. AI sebagai rekan belajar manusia secara kolaboratif. Contoh kasus: melalui pemrograman secara terus-menerus, AI bisa dilatih untuk mengajari manusia Bahasa Inggris. Di fase awal, mungkin kemampuan AI mengajari manusia belum akan optimal. Tapi, seiring dengan input yang terus kita tambahkan ke AI (misalnya: aneka kendala dalam proses pembelajaran), AI akan terus menyempurnakan diri dan meningkatkan kualitas pengajarannya. Hasilnya, AI dan manusia pada akhirnya sama-sama terus belajar hal baru. AI terus mencari cara terbaik dalam mengajar manusia, sementara manusia terus mencari cara terbaik dalam mengajar AI. AI sebagai bagian dari otak atau pikiran manusia. Dalam konteks ini, AI tidak lagi berada di luar diri manusia (baik sebagai alat bantu atau rekan belajar), tapi menjadi bagian yang menyatu dengan manusia. Contoh kasus: dapat dibayangkan sebuah masa depan di mana otak atau pikiran dari seorang manusia dapat terus bertahan meskipun tubuh fisiknya telah lama tiada. Karena eksis dalam bentuk program atau database, pikiran si manusia ini akan bisa terus hidup dan mengakumulasi semua pengetahuan baru. Lebih jauh, pikiran si manusia ini juga akan mempertahankan semua perasaan dan pengalaman dari pemiliknya, sehingga kelak keturunan ke berapa pun dari si manusia ini dapat berkomunikasi dengan otak ini seolah-olah si manusia pemiliknya masih hidup.