Sampah merupakan sisa buangan hasil aktivitas masyarakat ataupun hasil sisa proses dari alam. Dalam kehidupan modern saat ini, produksi sampah tidak berkurang, tetapi cenderung mengalami peningkatan. Hal ini fenomena yang wajar terjadi, seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat. Sampah organik dan non-organik tertimbun semakin banyak pada lokasi-lokasi penampungan/pembuangan sampah. Oleh karena itu, Pemerintah berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengolah dan memilah sampah mulai dari lingkungannya sendiri.
Salah satu fenomena yang terjadi di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang (FIS UNNES) adalah masih kurangnya pengolahan sampah organik, diantaranya adalah sampah daun. Selama ini sampah daun di lingkungan FIS UNNES lebih banyak dikumpulkan dan dibuang pada tempat pembuangan sementara (TPS) yang ada di lingkup Kampus UNNES. Akan tetapi, timbunan sampah daun semakin hari semakin banyak karena banyaknya jumlah pohon di dalam kampus. Berkaca pada kondisi tersebut, Tim Pengabdian kepada Masyarakat yang diketuai oleh Dr. Apik Budi Santoso, M.Si., bersama anggotanya Drs. Tijan, M.Si, Satya Budi Nugraha, S.T., M.T., M.Sc., Drs. Suroso, M.Si., Nining Wahyuningsih, S.E., M.Si., dan Mariyam, S.Pd., berinisiatif untuk menyelenggarakan pelatihan bagi civitas akademik FIS UNNES dalam rangka meningkatkan pengetahuan Dosen, Tenaga Kependidikan dan Mahasiswa tentang cara mengolah sampah organik (sampah daun) di lingkungan FIS.
Kegiatan pelatihan yang diselenggarakan adalah Pelatihan Membuat Pupuk Organik Cair. Pelatihan tersebut diselenggarakan pada hari Jum’at, 12 Agustus 2022 di lingkungan Dekanat FIS UNNES. Kegiatan ini menggandeng narasumber dari Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNNES, yaitu Dr. Ratna Dewi Kusumaningtyas, S.T., M.T., yang merupakan seorang ahli dalam pengolahan pupuk organik. Pelatihan tersebut diikuti oleh 15 orang peserta dan dihadiri juga oleh Dekan FIS, Dr. Moh. Solehatul Mustofa, M.A.
Gambar 1. Narasumber menyampaikan materi dalam pelatihan
Dalam pelatihan pembuatan pupuk cair ini, Dr. Ratna menyampaikan bahwa pemanfaatan/pengolahan sampah daun dan sampah organik lainnya menjadi pupuk cair merupakan suatu langkah yang tepat, karena faktanya banyak sekali sampah domestik (rumah tangga) maupun sampah non domestik (misalnya dari lingkungan Kampus) yang merupakan sampah organik, dan belum banyak terolah. Narasumber juga menyampaikan bahwa dalam jangka panjang, pengolahan sampah organik menjadi pupuk cair akan dapat dikomersialisasikan untuk skala yang lebih luas. Hal ini berdasarkan kondisi yang terjadi di masyarakat, terutama di kalangan petani, bahwa harga pupuk relatif tinggi dan cukup sulit terjangkau oleh kelompok petani yang bermodal kecil.
Selain penyampaian materi, dalam pelatihan tersebut para peserta juga diajak untuk mempraktikkan cara pembuatan pupuk organik cair dengan memanfaatkan bahan sampah daun dan sampah sisa makanan yang disimpan dalam tong pengomposan (biokomposter), yang dicampur dengan larutan dekomposer (EM 4 dan Molasess). Fungsi penggunaan EM4 adalah untuk mempercepat kematangan pupuk organik dalam proses composting atau dekomposisi bahan organik. Menurut Narasumber, hasil akhir dari pengolahan sampah organik ini tidak hanya pupuk cair, tetapi juga kompos, yang dapat pula dimanfaatkan untuk memupuk tanaman. Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan pupuk cair ini adalah antara 4 – 6 minggu. Namun demikian, perlu dilakukan kontrol 1 minggu sekali dengan menambahkan bahan sampah organik dan larutan dekomposer.
Gambar 2. Peserta pelatihan pembuatan pupuk organik cair bersiap melakukan praktik
Ketua Tim Pengabdian, Dr. Apik, menyampaikan bahwa tujuan pelatihan ini selain untuk meningkatkan pengetahuan dari para civitas akademik di lingkungan FIS, juga untuk memberikan bekal keterampilan khususnya kepada para mahasiswa untuk dapat mengembangkan pupuk cair sebagai produk wirausaha yang dapat diperjualbelikan. Meskipun, dalam jangka pendek, pupuk organik cair ini akan lebih banyak dimanfaatkan untuk memupuk tanaman yang ada di lingkungan FIS.
Swandi Gowasa, salah seorang peserta dari kelompok Mahasiswa menyampaikan bahwa pelatihan pembuatan pupuk cair ini sangat bermanfaat dan sekaligus menjadi salah satu upaya konservasi lingkungan, karena dengan penggunaan pupuk organik cair akan mengurangi penggunaan pupuk kimia yang dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan/perubahan pada lingkungan, khususnya kondisi tanah.
Pelatihan pembuatan pupuk organik cair ini merupakan satu langkah kecil yang dapat dilakukan oleh warga kampus, terutama untuk menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu, melalui pengolahan sampah organik ini dapat mengurangi timbunan sampah di TPS yang ada di lingkungan UNNES. Selanjutnya, tetap diperlukan strategi khusus dan alokasi sumberdaya yang tepat untuk dapat melanjutkan pembuatan pupuk cair dari hasil pelatihan ini secara konsisten.