Semarang, FIS UNNES. Jurusan Geografi FIS UNNES bekerjasama dengan Program Magister Pendidikan Geografi Pascasarjana UNNES melaksanakan kuliah umum menghadirkan Dr Miftahul Huda, Direktur Jasa Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan, 12 November 2021 melalui platform zoom meeting.
Dr Miftahul Huda memaparkan tentang Karakteristik wilayah dan pemanfaatan sumber daya pesisir.
“Takdir kita adalah sebagai negara maritim atau kelautan yang punya kesempatan memanfaatan sumber daya yang ada di dalamnya, dan kesempatan mengelola wilayah tersebut akan lebih leluasa kalau sudah terbit undang-undang landas kontinen, lebih leluasa dibandingkan undang-undang sebelumnya”.
Karakteristik pesisir di Indonesia sangat beragam, sebagai contoh, di Padang pesisirnya langsung menghadap Samudera Hindia, di Demak, kondisi pesisirnya dominan berlumpur, di Bangka kondisi pesisirnya dominan batu-batu besar, di Wonogiri kondisi pesisirnya cenderung berbatu, dan di tempat-tempat lain menunjukkan karakteristik pesisir yang akan berimplikasi pada model pengelolaan pesisir yang beragam.
Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mewujudkan model pengelolaan pesisir yang menjamin kesehatan ekosistem pesisir, peningkatan aktivitas dan kesejahteraan ekonomi masyarakat, dan pelestarian kearifan lokal dan budaya maritim. Karena faktanya, proses pengelolaan kawasan pesisir pada beberapa wilayah menyebabkan krisis atau kerusakan lingkungan.
Ekonomi biru atau Blue Economic merupakan salah satu pilihan pengelolaan pesisir yang diharapkan mampu menjamin kesehatan ekosistem pesisir, peningkatan aktivitas dan kesejahteraan ekonomi masyarakat, dan pelestarian kearifan lokal. Implementasinya, masyarakat harus diberi jaminan aktivitas ekonomi yang berbasis pelestarian kawasan pesisir.
Masyarakat harus kenyang atau cukup secara ekonomi agar tidak tergoda melakukan aktivitas yang berpotensi merusak kawasan pesisir, seperti menjual batu karang, menebang mangrove dan aktivitas lain.
Salah satu strategi menuju ekonomi biru antara lain adalah a) peningkatan pengelolaan aset laut dan pesisir (perikanan, mangrove, mangrove, terumbu karang) termasuk mengoptimalkan pengelolaan jasa sumber daya laut dan pesisir untuk wisata, b) Mobilisasi insentif dan investasi mengurangi sampah/limbah mengelola dampak lingkungan terhadap daerah pesisir, meningkatkan layanan dasar dan kualitas hidup masyarakat pesisir, serta melindungi destinasi wisata dari kerusakan, c) sistem yang lebih baik untuk pengumpulan dan pemantauan data. Perlunya sistem informasi terperinci dan tepat waktu bagi pengelolaan perikanan, ekosistem, dan dampak dari kegiatan manusia, ekosistem yang baik akan menguntungkan sektor perikanan, budaya serta pariwisata, d) Membangun kembali lebih biru setelah pandemi Covid-19 aktivitas restorasi pesisir dan laut yang bersifat padat karya, seperti restorasi mangrove. Terumbu karang pembersihan pantai sangat membantu mewujudkan ekonomi biru bagi masyarakat terdampak.
Wisata Bahari bisa dipilih untuk mengimplementasikan ekonomi biru yang mendorong perbaikan wilayah pesisir dan sumber daya manusia yang ada di sekitarnya. Sederhananya, wisata bahari itu menjual jasa agar orang datang untuk menyaksikan ekosistem yang ada di lokasi wisata. Jika orang datang untuk melihat keberadaan ikan paus, maka masyarakat akan bergerak untuk melestarikan habitat paus agar keberadaannya terlindungi, karena itu yang akan dikunjungi orang.
Desa Wisata Bahari di kawasan menjadi tantangan dalam mengimplementasikan ekonomi biru, salah satunya adalah menempatkan masyarakat sebagai pemilik atau yang tinggal di kawasan tersebut bersama para investor. Konsepnya adalah masyarakat menggandeng mitra investor, dengan perjanjian investor berhak membangun fasilitas kawasan tersebut dan dikomersilkan tetapi tetap melibatkan masyarakat dalam operasionalnya. Investor merupakan manajer yang mengelola masyarakat. Pada intinya, model pengelolaan kawasan pesisir tersebut akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pada kesempatan tersebut Dr Huda menekankan pentingnya perguruan tinggi terutama mahasiswaa geografi untuk mengkaji fenomena yang berkaitan dengan kawasan pesisir yang punya banyak potensi, tentu menggunakan pendekatan dan ilmu yang berbasis geografi.
Kuliah Umum dihadiri oleh mahasiswa Program Magister, mahasiswa sarjana, dan dosen-dosen di lingkungan Jurusan Geografi dipandu oleh Dr Ananto Aji. Pada kesempatan tersebut, Dr Tjaturahono BS menyambut positif kegiatan tersebut karena kegiatan tersebut merupakan bagian dari implementasi Indeks Kinerja Utama Perguruan Tinggi, dan bagi mahasiswa topik-topik yang berhubungan dengan kemaritiman sangat menarik dan terbuka untuk dikaji.