Semarang, FIS UNNES. Sebagai mahasiswa kita harus bisa melihat Pancasila sebagai butir yang secara kritis yang diimplementasikan oleh rakyat Indonesia. Contohnya sila kelima, kita menggunakan Pancasila sebagai dasar dalam melihat aet-aset perekonomian di Indonesia yang adil dan Makmur. Dalam Kuliah Umum ini mengingatkan kita akan keteladanan dalam membangun masa depan dengan cara menggunakan Pancasila sebagai tujuan dan cita-cita nasional tanpa membedakan suku agama dan ras. Implementasi dengan semangat kelahiran bangsa inilah yang dapat membuat bangsa Indonesia maju dalam berdisiplin perkataan maupun perbuatan. Mahasiswa harus mampu mengembangkan Kepemimpinan intelektual.
Kepemimpinan intelektual dapat dibangun dengan membaca, dan berdiskusi dengan orang lain. Seperti yang dilakukan oleh tokoh-tokoh perjuangan bangsa, contohya Moh Hatta, Sultan Syahrir yang bersekolah di Belanda kemudian kembali ke Indonesia berdiskusi dan berpikir kritis. Membaca dapat membantu kita dalam alam pikir mereka sehingga akan muncul inspirasi-inspirasi yang membangun. Membaca buku bukan hanya sebagai jendela dunia namun juga berdialog dengan para tokoh-tokoh lainnya. Selain itu, diuji juga dengan pengalaman-pengalamann konkret di lapangan dalam berbagai persoalan sosial bermasyarakat.
Hal tersebut disampaikan Oleh Ir Hasto Kristiyanto MM, Sekjend PDI Perjuangan ketika menjadi narasumber dalam kegiatan Kuliah Umum dengan tema Membangun Nilai-nilai KeIndonesiaan yang diselenggarakan oleh FIS UNNES secara virtual, Selasa, 24 Agustus 2021.
Ir. Hasto Kristiyanto MM menyarankan agar mahasiswa membaca buku setidaknya seminggu sekali satu. Mahasiswa juga ditantang untuk menguasai bahasa Inggris atau bahasa lain sehingga kapasitas mahasiswa akan semakin baik. Ini sekaligus sebagai perwujudan revolusi mental di kalangan mahasiswa, Revolusi mental di kalangan mahassiwa itu berarti merubah cara berfikir kita menjadi maju dan lebih baik, mengubah mindset menjadi lebih disiplin, dan sebagainya. Kemajuan harus dilakukan secara kolektif bukan hanya individu. Hasto mencontohkan perlunya mahasiswa berdisiplin dalam waktu, berdisiplin dalam membaca, berdisiplin dalam memberikan pengajaran terhadap rekan.
Mahasiswa harus memegang teguh apa yang disampaikan oleh Bung Karno, proklamator dan Bapak Bangsa yang mengharapkan generasi muda menjadi pelopor, betul-betul dirinya memikul tanggungjawab mampu bagi masa depan. Kata kata Bung Karno yang begitu terkenal adalah “Hai, Pemuda Jika kamu ditanya berapa jumlah kamu? Maka jawablah kita adalah satu, satu untuk Indonesia raya kita”. Kampus adalah wadah dan kawah candradimuka bagi generasi muda saat ini jadi jangan sampai disia-siakan. Mahasiswa sudah saatnya menggembleng dirinya agar menjadi manusia-manusia Indonesia yang sempurna, yang sadar terhadap sejarahnya, tetapi juga sadar terhadap tanggungjawabnya.
Mahasiswa harus tampil mengulang sejarah kepemimpinan yang telah ditunjukkan oleh Soekarno, Moh Hatta, Sutan Sahrir, Ali Sastroamidjoyo, Agus salim, dan tokoh-tokoh nasional lain di kancah dunia yang mampu menggelorakan semangat kepemimpinan Indonesia sehingga melahirkan negara Indonesia yang dihormati, berperan global dan disegani di kawasan Asia.
Lahirnya negararawan di era kemerdekaan dan era revolusi industri tentu sangat berbeda. Sebagai negara negara yang berpopulasi terbesar keempat di dunia Indonesia mempunyai potensi ancaman sekaligus peluang yang melahirkan tantangan sekaligus peluang. Kepeloporan masa kini adalah kepeloporan inovasi, pertarungan dunia masa kini adalah pertarungan teknologi. Negara-negara lain berkencang mengejar inovasi dan teknologi agar disegani, mereka terus berpacu mengejar teknologi informasi dengan karya-karya mumpuni.
Untuk menjawab tantangan tersebut mahasiswa dituntut menguasai revolusi teknologi, namun tetap kokoh pada jalan Pancasila, NKRI, dan kebhinekaan Indonesaia. Generesai yang berpegang teguh pada pancasila adalah generasi yang mampu memberi manfaat sebesar-besarnya pada kepentingan rakyat dalam setiap rumusan kebijaksanannya. Kepemimpinan intelektual di kalangan mahasiswa harus dibangun dan digelorakan agar Indonesia mampu berlari lebih kencang melompat lebih tinggi.
Ir. Hasto Kristiyanto MM mengapresiasi spirit Unnes sebagai rumah ilmu sebagaimana yang telah disampaikan oleh Prof Dr Fathur Rokhman untuk pengembangan peradaban, Spirit Unnes tersebut selaras dengan semangat bahwa berpolitik itu membangun peradaban, dan itu menjadi tugas bersama. Politik Peradaban adalah politik yang menggelorakan seluruh sejarah peradaban kita yang berakar kuat pada sejarah peradaban nusantara Indonesaia untuk membangun masa depan Indonesaia yang berdaulat, berdikari, dan berkepribadian.
Rektor UNNES, Prof Dr Fathur Rokhman, M Hum menyambut gembira penyelenggaraan kuliah umum tersebut, karena acara tersebut akan mengakselerasi visi UNNES, yaitu sebagai universitas berwawasan konsevasi dan bereputasi internasional. Pencapaian visi ini untuk memberikan peran yang lebih besar agar UNNES makin gemilang untuk Indonesia tangguh dan tumbuh yang salah satu kuncinya adalah pengembangan keilmuan.
Dr Moh Solehatul Mustofa MA, Dekan FIS UNNES pada saat penyampaikan kata pembuka menyampaikan terima kasih kepada narasumber, dan kepada seluruh jajaran panitia yang telah mempersiapkan acara sedemian rupa agar kegiatan berjalan dengan baik.