Semarang, FIS UNNES. Berusia muda tidak menghalangi seseorang sukses mengembangkan lini bisnis menyesuaikan passion dan kegemarannya di bidang fashion. Irma Susanti atau Kak Irma, pendiri dan pemilik Identix Batik menceritakan pengalaman bisnisnya dihadapan mahasiswa baru dalam kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Kampus (PKKMB) FIS UNNES.
Kak Irma menjelaskan bahwa segala sesuatu berasal dari visi atau mimpi, sebagai mahasiswa pendidikan Kak Irma masih ingat betul bagaimana proses menyusun skripsi, dan keinginan yang kuat untuk melaksanakan penelitian di darah terpencil, oleh dosen pembimbinya yang sekarang menjadi dekan (Dr. Moh Solehatul Mustofa) diarahkan agar penelitian yang dilakukan memberi dampak atau manfaat. Kak Irma juga masih aktif mengajar untuk bidang-bidang bisnis.
Berkaitan dengan Visi, Kak Irma memberi contoh bahwa visi Identix adalah menjadikan identik sebagai salah satu identitas bangsa Indonesia yang mendominasi pasar global.
Dari mimpi tadi maka diperlukan langkah-langkah agar tujuan tersebut tercapai. Jika mahasiswa punya mimpi menjadi guru, menteri, konsultan tata ruang wilayah, menjadi DPR, MPR, maka bagaimana mimpi tersebut dituangkan menjadi misi. Jika mahasiswa ingin lulus tepat waktu dengan nilai cuumloude, maka mahasiswa harus merencanakan dari semester 1, dan semester berikutnya dari sekian banyak tugas yang diberikan oleh dosen harus dikumpulkan dan dimanfaatkan agar mendukung cita-cita mahasiswa jika ingin cepat lulus.
Untuk Identix misinya adalah menjadi produsen batik tulis yang unggul dan mencirikan kekayaan bangsa Indonesia yang menembus pasar internasional, kedua berperan sebagai penggerak ekonomi kerakyatanmelalui produk-produk kreatif yang berkualitas ekspor, ketiga merespon generasi milenial di Semarang dan indonesaia sebagai wadah kreativitas melalui karya identik, keempat memberi kebanggan kepada pelanggan pada saat menggunakan batik sebagai identitas budaya Indonesaia.
Mengapa saya berbisnis? Karena dengan membuka lapangan pekerjaan maka itu akan sangat bermanfaat buat banyak orang. Jadi mindset kita adalah boleh kita dari pendidikan itu mengajar, mengabdi tehadap negeri untuk meningkatkan SDM dan itu sesuatu yang sangat mulia, dan tidak lupa menjadi pengusaha, karena dengan menjadi pengusaha akan memberi manfaat bagi sesama. Kita mengubah mindset orang bahwa mamakai batik itu tidak kuno, memberi kebanggan pada customer atau pelanggan kita pada saat memakai batik.
Menurut Kak Irma, bisnis itu bermula dari Ide dan harus diimplementasikan. Karena sehebat apapun ide apabila tidak diimplementasikan akan sia-sia. Maka diperlukan perencanaan strategi kreatif bisnis, inovasi, networking, teamwork, dan harus dimulai dari diri kita sendiri
Paparan Kak Irma sangat memikat mahasiswa baru, banyak yang merespon dengan mengangkat tangan untuk mengajukan pertanyaan diantaranya alasan mendasar menjadi pengusaha, padahal berasal dari pendidikan, bagaimana mendapatkan modal, dan bagaimana mengahadapi setiap hambatan yang dihadapi.
Menurut Kak Irma, menjadi pengusaha itu sesuatu yang menantang, dan banyak peluang yang bisa diambil. Pengalaman bekerja pada perusahaan telah memberi kesempatan Kak Irma untuk menyerap ilmu dan manajemen untuk diterapkan pada perusahaan yang dikelolanya. Modal kita adalah ilmu yang sudah diwariskan orang tua, pengalaman, dan ilmu-ilmu kita sendiri. Itulah yang utama, maka kita harus mengubah mindset. Untuk menghadapi semua hambatan, maka kita harus berani keluar dari zona nyaman.
Kendalanya yang dihadapi banyak sekali. Kehujanan dan kepanasan semua pernah dialami karena barang-barang yang ditawarkan kepada konsumen harus diantar sendiri. Banyak juga penolakan, tapi Kak Irma tetap yakin dan percaya diri. Kendala bukan hambatan, tapi tantangan yang harus dihadapi. Jika saat ini banyak penjual batik, maka produk kita harus berbeda dengan produk lainnya. Dibagian ahir Kak Irma sempat menyinggung tentang branding, termasuk menceritakan mengapa menggunakan nama identik, yang ternyata berasal dar Irma desain batik.