Semarang, FIS UNNES. 2021. Karakter itu sangat penting di dalam pembangunan, dan karakter yang diikuti dengan profesionaitasl jauh lebih baik. Kalau hanya berdasar kedisiplinan ilmu pengetahuan tapi karakternya rusak tetap tidak efektif untuk menyelenggarakan negara dan juga berbagai kehidupan termasuk masyarakat.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Dekan FIS UNNES, Dr. Moh Solehatul Mustofa, MA, ketika menyampaikan pengantar pembuka kegiatan Webinar Pendidikan Karakter PEDULI yang diselenggarakan oleh bagian kemahasiswaan FIS UNNES melalui platform zoom, Sabtu, 17 April 2021.
Dekan, dalam sambutannya menyampaikan bahwa mahasiswa dengan dosen dan tenaga akademik ibaratnya seperti dua sayap dari burung yang sama. Keduanya perlu bersinergi, tidak boleh salah satunya terluka apalagi patah. Jika salah satunya terluka apalagi patah, maka burung tersebut tidak akan sanggup terbang tinggi. Oleh karena itu, dalam rangka sinergi bersama ini diantaranya dilakukan kegiatan webinar terkait pembenahan karakter peduli.
Webinar menghadirkan Dr. Budiyanto, SH, M. Hum bukan tanpa alasan. Sebagai Ketua Umum DPP IKA UNNES Dr. Budiyanto diharapkan memberikan sumbangan pemikirannya dalam karakter kebangsaan karena beliau lama di pemerintahan, legislatif, termasuk di linmas. Narasumber lain adalah Dr. Sos Puji Lestari. Bu Puji cocok karena beliau dosen PKN, S3nya ilmu politik, maka cocok untuk memberikan masukan tentang bagaimana pendidikan kewarganegaraan yang sekarang sedang ramai yang didiskusikan ditingkat nasional.
Oleh karena itulah, pantas sekali dilakukan dialog untuk mengembangkan bagaimana caranya agar pendidikan karakter ini lebih efektif. Ilmu atau sains saja itu tidak cukup, kita harus menjadi insan yang dekat dengan Tuhan, oleh karena itu pendidikan karakter menjadi sangat penting.
Mustofa memberi contoh negara Finlandia yang dikenal sebagai negara yang nyaman karena slogannya adalah jujur yang mengantar negara tersebut sebagai negara yang paling tertib. Pintar saja, kalau karakternya tidak bagus akan membahayakan negara. Kita punya tokoh hebat dari perspektif sejarah seperti Aidit, Semaun, dan beberapa tokoh lain dari sisi pemikiran, tapi dalam perspektif kebangsaan tidak selaras dengan NKRI, sehingga membahayakan.
“Saya punya teman yang menjadi bupati di suatu daerah. Ketika menempatkan salah satu kepala dinasnya diambil dari lulusan yang relevan pendidikannya, tapi ternyata instansi yang dipimpinnya merugi terus. Akhirnya dipilih dari orang yang disiplin ilmunya tidak relevan tapi orangnya berkarakter, ternyata instansinya tersebut menjadi tertata dengan baik. Artinya, karakter itu sangat penting di dalam pembangunan, dan karakter yang diikuti dengan profesionaitasl jauh lebih baik. Kalau hanya berdasar kedisiplinan ilmu pengetahuan tapi karakternya rusak tetap tidak efektif untuk menyelenggarakan negara dan juga berbagai kehidupan termasuk masyarakat.
Secara khusus dekan mengucapkan terima kasih, khususnya kepada Prof Dr. Eva Banowati, wakil dekan 3 FIS yang tidak pernah lelah mendampingi kemahasiswaan, dosen-dosen pendamping kemahasiswaan, moderator Mas Andy Suryadi yang selalu energik tapi sibuk, para narasumber, dan para mahasiswa agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut.