Semarang, FIS UNNES– Drs. Jayusman, M. Hum, dosen Jurusan Sejarah FIS UNNES berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Enkulturasi Nilai-nilai Multikultural Masyarakat Lasem Sebagai Penguatan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada sidang Ujian Terbuka Pascasarjana Universitas Negeri Semarang Rabu, 2/3/21). Atas keberhasilannya tersebut yang bersangkutan berhak mendapat gelar doktor.
Penelitian tentang multikultural dilatarbelakangi oleh fakta bahwa berdirinya Negara Indonesia merdeka dilandasi oleh keberagaman etnis dan budaya suku-suku dari berbagai daerah (Ahnaf, 2018). Indonesia adalah himpunan dari berbagai macam tradisi yang sebenarnya telah lama berkembang sejak masa tradisionalisme masih menjadi gaya hidup dan masyarakat belum tersentuh oleh pergaulan global. Kebudayaan yang berkembang itu pada dasarnya adalah hasil dari pengalaman masyarakat dalam proses interaksi sosialnya. Hingga hari ini, keberagaman budaya itu masih dapat dirasakan dan diamati secara nyata di berbagai tempat, hal itu sekaligus menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang dikenal oleh masyarakat dunia sebagai: bangsa multikultur.
Fakta itu sangat menarik untuk diteliti, apalagi menurutnya penelitian terdahulu tentang multikultural belum melihat proses enkulturasi di masyarakat sebagai suatu proses budaya yang tidak bisa dipisahkan antara kehidupan di sekolah dan masyarakat. Pembentukan pandangan multikultural yang toleran dapat dipicu oleh salah satunya pemanfaatan sekolah dan masyarakat sebagai laboratorium toleransi. Penelitian dengan tema itu masih sangat jarang disinggung oleh akademisi bidang pendidikan ilmu sosial di Indonesia, bahkan dunia. Oleh sebab itu, penelitian ini menjadi penting untuk dilaksanakan. Sekolah layak menjadi objek studi enkulturasi karena dalam lingkungan plural, keberadaan sekolah sebagai mini laboratorium dalam membina kehidupan yang toleran sangat penting. Sekolah menjadi basis pembentukan pengetahuan toleransi yang mendukung integrasi di tingkat akar rumput. Sehingga, keterhubungan antara keberhasilan enkulturasi di sekolah dan di masyarakat sangat menentukan pembentukan warga negara yang bervisi pluralisme dan memiliki semangat toleransi.
Promovendus menambahkan, bahwa kajian mengenai enkulturasi nilai-nilai multikultural dalam suatu masyarakat menjadi menarik apabila dikaitkan dengan proses pendidikan secara umum. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangsih pemikiran tentang keterkaitan antara enkulturasi nilai-nilai multikultural jalur informal di masyarakat dan relevansinya bagi enkulturasi nilai-nilai multikultural jalur formal melalui pembelajaran IPS materi multikulturalisme, yang melahirkan visi pluralisme bagi siswa. Pemikiran yang dihasilkan dalam penelitian ini akan menjadi rujukan mutakhir bagi para sarjana yang konsentrasi pada bidang kajian pendidikan multikulturalisme dalam pembelajaran IPS. Penelitian ini berusaha memperkuat konsep pendidikan multikultural yang telah dikemukakan oleh Banks, di samping itu penelitian ini juga berusaha memberi bukti akademis bahwa teori modal sosial yang dicetuskan Bourdieu dan teori konstruktivisme menjadi kerangka primer yang dapat diterapkan untuk memperkuat sekaligus mengembangkan proses pendidikan ilmu pengetahuan sosial.
Berdasarkan penjelasan tersebut enkulturasi nilai-nilai multikultural pada dasarnya adalah aktivitas yang positif dan harus didukung untuk menciptakan masyarakat yang sadar tentang arti pentingnya kualitas nilai moral, seperti kebersamaan, kerukunan, saling menghargai, saling menghormati, toleransi dan persaudaraan antar manusia. Pelaksanaan kegiatan enkulturasi dalam pembelajaran IPS dengan mengandalkan materi seputar Lasem dan dikemas dalam pembelajaran kooperatif telah mampu membiasakan siswa berpikir secara rasional dan kritis menyikapi fenomena yang menyangkut isu-isu keragaman etnis, budaya, dan agama. Guru IPS telah memiliki bekal pemahaman enkulturasi yang cukup untuk menyajikan pengajaran IPS yang dapat menumbuhkan habitus pada siswa untuk pembentukan kepribadian yang transformatif, khususnya yang mampu memandang modalitas sosial sebagai faktor untuk membangun kehidupan sosial yang lebih berkualitas, mengedepankan keharmonisan, kebersamaan, kerukunan, saling menghargai, toleransi, dan tenggang rasa. Guru dan siswa telah menyepakati bahwa keragaman etnis, budaya, dan agama tidak seharusnya dipertentangkan, justru hal itu menjadi faktor penting untuk menciptakan kehidupan sosial yang penuh kerjasama positif antar individu maupun kelompok.
Di bagian ahir, promovendus menegaskan bahwa enkulturasi nilai-nilai multikultural melalui jalur formal dapat dianalisis secara integratif dalam pembelajaran IPS melalui penerapan model kooperatif dan pendekatan multiperspektif dalam membahas isu-isu keberagaman di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Enkulturasi jalur formal dan informal memiliki perbedaan spesifik. Pada jalur formal lebih ditekankan pada dominannya pembiasaan siswa terhadap pengetahuan akademis tentang arti pentingnya kualitas nilai toleransi, dalam kehidupan penuh keberagaman, dan kerjasama sosial dalam usaha mewujudkan pembangunan. Sedangkan enkulturasi jalur informal lebih fokus pada praktik sosial dan pengalaman siswa sebagai bekal untuk membangun kohesi sosial dengan kelompok lain. Keseimbangan antara pengajaran praksis dan teoretis ini menghasilkan pengetahuan bahwa pembangunan hanya bisa dibangun melalui kerjasama positif antar warga negara yang tidak pernah mempersoalkan perbedaan dan dapat mengelola perbedaan itu sebagai modalitas sosial untuk membangun kehidupan bersama, kehidupan berbangsa dan bernegara. Implikasi pendekatan multiperspektif menghasilkan kepribadian siswa yang mampu menerima perbedaan secara rasional, kritis, dengan wacana multikultural, dan siswa yang mampu bersikap moderat dalam menghadapi permasalahan. Berdasarkan analisis itu, maka enkulturasi nilai-nilai multikultural menjadi relevan diintegrasikan ke dalam pembelajaran IPS sebagai penguat visi pluralisme siswa.
Dukungan dan ucapan selamat datang dari keluarga besar FIS UNNES yang diunggah di media sosial, baik melalui postingan status pribadi maupun di WA group fakultas dan jurusan. Semua memberi tanggapan positif dan berhadap agar perjuangan Pak Jayusman menyelesaikan studi doktor menginspirasi dosen-dosen lain.