Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (UNNES) menyelenggarakan The 2nd International Conference on Excellence in Language, Literature, and the Arts (ICoELLA) 2025 yang diselenggarakan secara virtual, Sabtu (27 September 2025). Konferensi mengusung tema “Excellence in Language, Literature, and the Arts Towards Education and Sustainable Development” dan menegaskan kontribusi bidang bahasa, sastra, seni, dan pendidikan terhadap capaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Dalam sambutan pembukaan, Dekan FBS UNNES Prof Dr Tommi Yuniawan, menekankan peran strategis perguruan tinggi sebagai aktor kunci dalam menjawab tantangan global melalui produksi dan diseminasi pengetahuan yang berpijak pada kebutuhan lokal sekaligus berperspektif global.
“Komitmen pada SDGs bukan sekadar kepatuhan formal, melainkan integrasi nyata ke dalam rencana strategis institusi—dari kurikulum, riset, hingga pengabdian. FBS UNNES memantaskan diri menjadi teladan budaya kampus berkelanjutan, sejalan dengan visi konservasi UNNES,” ujar Prof Tommi dalam sambutannya yang disampaikan oleh Wakil Dekan II Dr Muhamad Burhanudin.
Prof. Tommi memaparkan lima arah kontribusi FBS UNNES, meliputi (1) Integrasi SDGs dalam kurikulum OBE 2025 yang menekankan kampus berdampak, literasi digital–kemanusiaan, kewirausahaan, dan pendidikan berkarakter; (2) Riset inter/multidisipliner bertopik sosial–budaya–lingkungan dengan dukungan pendanaan DIPA FBS, DIPA UNNES, DPPM, dan lembaga luar negeri; (3) Pengabdian berbasis pemberdayaan dan budaya, termasuk pelestarian tradisi lokal, seni berkelanjutan, dan penguatan literasi masyarakat; (4) Internasionalisasi dan jejaring global melalui pertukaran mahasiswa, kelas internasional, joint publication, dan guest lecturer; (5) Green campus dan budaya berkelanjutan lewat digitalisasi layanan akademik dan praktik seni-budaya yang mengusung nilai sosial-ekologis.
Dekan juga menyoroti penguatan kolaborasi lintas negara. “FBS UNNES mengembangkan kemitraan tingkat lokal, nasional, dan internasional—termasuk kerja sama dengan kampus-kampus di Australia sejak 2023, DODIS, dan berbagai NGO—untuk memperluas dampak riset, publikasi, dan pembelajaran,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Panitia ICoELLA 2025, Dr Eko Sugiarto, menekankan peran humaniora dalam merawat empati dan pemahaman lintas budaya. “Bahasa, sastra, seni, dan pendidikan bukan hanya medium ekspresi, tetapi juga instrumen strategis pendidikan untuk keberlanjutan—mendorong critical thinking, kesadaran kultural, dan kepekaan etis menghadapi tantangan global,” ujarnya.
ICoELLA 2025 menghadirkan pembicara undangan: Prof. Hitoshi Nakata (Osaka University, Jepang), Dr. Marzelan bin Salleh (Universiti Malaya, Malaysia), Prof. Dr. Yusro Edy Nugroho, M.Hum. (UNNES, Indonesia), dan Prof. Dr. Ignatius Bambang Sugiharto (Universitas Parahyangan, Indonesia). Selain sesi pleno, konferensi menyelenggarakan sesi paralel yang mencakup topik: (a) Pendidikan Bahasa untuk SDGs; (b) Sastra & Seni sebagai Advokasi Sosial–Lingkungan; (c) Integrasi Seni dalam Pendidikan Holistik; (d) Pelestarian Bahasa & Tradisi Lisan; (e) Literasi Digital & Ekspresi Kreatif; (f) Pendekatan Interdisipliner dalam Pengajaran Bahasa, Sastra, dan Seni.
ICoELLA 2025 diselenggarakan FBS UNNES sebagai platform akademik internasional yang memfokuskan peran bahasa, sastra, seni, dan pendidikan dalam mendorong pembangunan manusia yang berkelanjutan.(DHZ)













