Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (FBS UNNES) kembali menyelenggarakan Sarasehan Selasa Legen yang telah memasuki edisi ke-117. Mengusung tema “Riset Gamelan di Mancanegara”, forum budaya ini menghadirkan narasumber istimewa, Prof. Sumarsam, Ph.D., Winslow-Kaplan Professor of Music dari Wesleyan University, Amerika Serikat.
Kegiatan berlangsung pada Senin malam, 7 Juli 2025, bertempat di Kampung Budaya UNNES, Sekaran, Gunungpati, Semarang, dan turut disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube UNNES TV. Acara dipandu oleh Lesa Paranti, dosen Fakultas Bahasa dan Seni UNNES.
Kehadiran Prof. Sumarsam ke UNNES bukan sekadar sebagai narasumber sarasehan, tetapi juga dalam rangka memperkuat kolaborasi kerja sama internasional antara FBS UNNES dan Wesleyan University dalam bentuk visiting professor dan kolaborasi riset dalam bidang etnomusikologi dan seni pertunjukan. Inisiatif ini sekaligus menjadi bagian dari strategi internasionalisasi UNNES dalam mendorong pendidikan dan penelitian berwawasan global.
Dalam paparannya, Prof. Sumarsam membagikan refleksi mendalam tentang sejarah penyebaran gamelan hingga ke Barat serta perkembangan risetnya dalam disiplin etnomusikologi. Ia menjelaskan bagaimana gamelan tidak hanya dipelajari sebagai bentuk musik (music in culture), tetapi juga sebagai bagian utuh dari kebudayaan itu sendiri (music as culture). Lebih jauh, gamelan juga dipahami sebagai aktivitas kemanusiaan yang mencerminkan nilai-nilai sosial, spiritual, dan identitas masyarakatnya.
“Dalam memahami gamelan, kita tidak hanya berbicara soal instrumen atau teknik bermainnya, tetapi juga menyelami intrinsic space (ruang lahir) dan extrinsic space (ruang batin) tempat musik itu tumbuh dan hidup,” tutur Prof. Sumarsam.
Dalam kesempatan yang sama, Prof. Sumarsam juga menyerahkan secara simbolis buku terbarunya kepada Universitas Negeri Semarang. Buku berjudul The In-Between in Javanese Performing Arts: History and Myth, Interculturalism, and Interreligiosity ini merupakan karya terbarunya yang mengupas secara mendalam seni pertunjukan Jawa dalam kerangka sejarah, mitos, interkulturalitas, dan keberagamaan.
Diskusi yang berlangsung hangat ini juga membahas dinamika riset gamelan, kurikulum gamelan di universitas luar negeri, serta tantangan pelestarian budaya lokal di ranah internasional.
Dekan FBS UNNES, Prof. Dr. Tommi Yuniawan, M.Hum., yang juga hadir, menyambut baik forum ini.
“Kegiatan seperti ini memperkuat posisi UNNES sebagai kampus konservasi. Melalui dialog lintas budaya seperti Selasa Legen, kita menanamkan nilai, sekaligus membuka ruang kolaborasi bersama, terutama dengan para pakar yang telah diakui secara global,” ujarnya.
Senada dengan itu, Dr. Widodo, Ketua Forum Selasa Legen, menyampaikan bahwa tema kali ini memperkuat arah UNNES dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) melalui pembelajaran lintas budaya dan internasionalisasi kurikulum, SDG 11 (Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan) dengan pelestarian seni dan budaya lokal, serta SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan) melalui kolaborasi dengan institusi global.
Dr. Widodo juga menuturkan bahwa tema riset gamelan kali ini menjadi penanda penting bahwa pelestarian budaya harus beriringan dengan riset ilmiah dan jejaring internasional.
“Kami berharap mahasiswa semakin sadar bahwa budaya lokal juga punya tempat dalam studi di dunia internasional,” tambahnya.
Kegiatan ini menjadi wujud nyata komitmen UNNES dalam mengusung semangat konservasi yang berorientasi global, sekaligus memperluas ruang akademik bagi warisan budaya Indonesia seperti gamelan agar terus hidup dan relevan lintas generasi dan lintas bangsa.
Sumber: https://unnes.ac.id/sarasehan-selasa-legen-gamelan-dalam-perspektif-global-oleh-prof-sumarsam/













