Festival Kethoprak Gaul 2024, Persembahan Seni dari Mahasiswa hingga Guru

Universitas Negeri Semarang > Faculty of Languages and Arts > Kabar Kampus > Festival Kethoprak Gaul 2024, Persembahan Seni dari Mahasiswa hingga Guru

Gedung B6 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (UNNES) menjadi saksi kemeriahan Festival Kethoprak Gaul yang digelar pada Kamis-Jumat, 21-22 November 2024. Pergelaran ini menjadi ajang ujian akhir mata kuliah Drama Jawa Tradisional pada Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa serta Prodi Sastra Jawa FBS UNNES, selain sebagai upaya pelestarian seni ketoprak yang memadukan tradisi dengan sentuhan kekinian.

Festival ini menampilkan lima kelompok ketoprak dengan lakon berbeda. Pada Kamis, 21 November, penonton disuguhkan kelompok Kethoprak Bairawi dengan lakon Layung Girah dan Kethoprak Wijaya Kusuma yang membawakan lakon Ulupati.

Keesokan harinya, Jumat, 22 November, giliran Kethoprak Linthing Asmara menyuguhkan lakon Luhing Katresnan, dilanjutkan oleh Kethoprak MGMP Bahasa Jawa SMA/SMK/SMP/SD Jawa Tengah dengan lakon Senapati Pinilih, serta penampilan Kethoprak Surarindama dengan lakon Sabda Malaya.

Latihan dan persiapan pentas telah berlangsung selama lebih dari empat bulan. Mahasiswa tidak hanya berlatih seni peran, tetapi juga memahami nilai-nilai budaya Jawa yang terkandung dalam setiap lakon.

Pergelaran ini turut dimeriahkan dengan penampilan spesial dari para guru yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Jawa. Penampilan mereka mendapatkan dukungan penuh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah.

Dr Widodo MHum, salah satu pengampu mata kuliah, menyatakan bahwa keterlibatan guru dalam festival ini menunjukkan sinergi antara dunia pendidikan tinggi dan sekolah dalam menjaga kelestarian budaya. “Dukungan pemerintah melalui pendanaan menjadi salah satu faktor penting keberhasilan acara ini,” ujarnya. Pengampu lainnya adalah Dr Sucipto Hadi Purnomo, Dr Dhoni Zustiyantoro, dan Sungging Widagdo MPd.

Festival Kethoprak Gaul tidak hanya menjadi ujian akademik, tetapi juga wadah bagi mahasiswa, dosen, dan guru untuk berkolaborasi dalam mempertahankan eksistensi seni tradisional Jawa di tengah arus modernitas. Dr Dhoni Zustiyantoro menyatakan, “Ini adalah bukti bahwa seni tradisional tetap relevan dan mampu menjadi media pembelajaran lintas generasi.”

Penonton, yang terdiri dari mahasiswa, dosen, guru, dan masyarakat umum, memberikan apresiasi tinggi terhadap pergelaran ini. Para pengampu menyatakan bahwa festival ini terus menjadi agenda rutin untuk memperkuat peran seni budaya dalam pendidikan. Dengan antusiasme yang tinggi dari para peserta dan penonton, Festival Kethoprak Gaul membuktikan bahwa seni tradisional tetap hidup dan menjadi ruang apresiasi budaya yang mengedukasi sekaligus menghibur.(*)

Related Posts

Leave a Reply

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas:

GDPR

  • Privacy Policy

Privacy Policy