Mahasiswa Seni Tari Juara III dalam 17th National Foklore Festival

Universitas Negeri Semarang > Faculty of Languages and Arts > Kabar Kampus > Mahasiswa Seni Tari Juara III dalam 17th National Foklore Festival

Dhoni Zustiyantoro

Mahasiswa Prodi Pendidikan Seni Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang mengikuti lomba yang diadakan Universitas Indonesia pada 8-9 Maret 2023. Terdapat 5 mahasiswa perwakilan Universitas Negeri Semarang dalam Lomba Tari Tradisional 17th National Foklore Festival (NFF) itu. Lima mahasiswa tersebut yaitu, Septiana Dwi Widyaningrum, Ari Anisha R.N, Chandra Dewi Kusumaningtyas, Edmonda Ruth Masa, dan Dina Ayu Sabila. Mereka berhasil meraih juara III, dengan urutan juara I oleh Universitas Pendidikan Indonesia, juara II oleh Universitas Teknokrat Lampung, dan juara III oleh Universitas Negeri Semarang.

Lomba yang berlangsung di Jakarta tersebut terbagi dalam beberapa kategori. Terdapat  lomba paduan suara dan tari tradisional yang dibagi dalam beberapa kategori meliputi, kategori A untuk tingkatan SMA, B universitas, dan C sanggar.

Kategori B diikuti oleh universitas dari berbagai daerah seperti, Jakarta, Lampung, Semarang, Bandung, dan Yogyakarta. Lomba dalam tingkatan nasional tersebut dilaksanakan setiap tahun. Pada 2022, UNNES juga diundang untuk mengikuti lomba secara daring. Tahun pertama mengikuti lomba tersebut, UNNES meraih juara I.

Proses seleksi perwakilan mahasiswa dilakukan dengan penunjukan langsung yang sekiranya berpotensi dan memiliki kemauan untuk berproses. Bendera yang dibawa adalah UKM Seni Tari FBS UNNES. Terdapat gabungan dari UKM dengan jurusan Seni Drama Tari dan Musik (Sendratasik). Moh. Hasan Bisri, S.Sn, M.Sn, pembimbing Tari Klasik menjelaskan bahwa pemilihan penari didasarkan pada wiraga, wirama, dan wirasa.

Menurut Sestri Indah Pebrianti, S.Pd., M.A, pendamping kekaryaan dan koreografer, kemauan dalam berproses, kualitas, keterampilan, dan kemampuan dari para penari menjadi poin penting dalam menentukan perwakilan mahasiswa. Di samping itu, dilakukan proses bimbingan yang terjadwal, diawali latihan fisik, olah tubuh, baru masuk dalam materi.

Hal tersebut, karena materi yang dibawakan berbeda dan memiliki tingkat kesulitan yang lebih. Setelahnya, diikuti latihan kekompakkan, latihan dengan musik, penyatuan rasa, pola lantai, dan terakhir penyamaan rasa, ekspresi, serta kualitas. Persiapan lomba, kurang lebih hampir 2 bulan dari awal Januari, namun belum intens. Mulai intens pada awal Februari. 

Adapun kendala yang dihadapi selama proses persiapan adalah waktu. Mahasiswa harus membagi waktu antara kuliah dengan proses latihan. Masing-masing mahasiswa memilliki jadwal perkuliahan berbeda, sehingga sulit menentukan jadwal latihan. Mereka mengaku latihan di malam hari sebagai jalan keluarnya. Kendala segi teknis pada penyamaan rasa, ekspresi, dan gerak, serta penyesuaian gerak dengan iringan.

Mahasiswa butuh pendewasaan dalam membagi waktu. Kompetisi di luar kampus merupakan pengalaman berarti untuk mengasah kreativitas dan menunjukkan keterampilannya. Dosen selalu memotivasi mahasiswa untuk berprestasi dan melihat potensi untuk diberikan arahan.

Harapan ke depan terkait lomba, ada regenerasi atau penerusan dari mahasiswa dalam pengalaman kompetisi. Lomba diharapkan dapat terus diikuti dengan proses yang matang. Melalui panduan rutinitas, dosen Seni Tari sebagai pembimbing lomba sudah melakukan persiapan jauh-jauh hari. “Mahasiswa di samping perkuliahan seharusnnya mengikuti berbagai perlombaan karena di situ kesempatan istimewa untuk mengasah dan meningkatkan kompetensi,” tutur Hasan.(*)

Teks oleh Winarsih/Student Staff Humas FBS UNNES

Related Posts

Leave a Reply

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas:

GDPR

  • Privacy Policy

Privacy Policy