Dua Mahasiswa Bahasa Jepang Menangi Kompetisi Nasional oleh The Japan Foundation

Universitas Negeri Semarang > Faculty of Languages and Arts > Uncategorized > Dua Mahasiswa Bahasa Jepang Menangi Kompetisi Nasional oleh The Japan Foundation

Teks oleh Winarsih/Sudent Staff Humas FBS UNNES

Dua mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang menorehkan prestasi setelah menjuarai kompetisi yang diselenggarakan oleh The Japan Foundation. Kedua mahasiswa itu adalah Rayana Ustadi Al Ghofaro dan Cahaya Fatihah Dedy Putri, yang mendapatkan juara I dalam dua lomba yang berbeda.

Rayana menjadi juara satu lomba Kanji Cup di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), yang bekerja sama dengan lembaga IMC dan Kedutaan Jepang di Surabaya, pada 4 Februari 2023. Adapun Cahaya mendapatkan juara I lomba presentasi bahasa Jepang nasional yang selanjutnya akan mewakili Indonesia di lomba internasional. Lomba yang dimenangkan oleh perempuan asal Temanggung tersebut, merupakan kerja sama antara The Japan Foundation dengan Kedutaan Jepang di Jakarta.

Dwi Puspitosari, S.Pd., M.A., dosen Prodi Pendidikan Bahasa Jepang yang menjadi pembimbing, terus mendorong dan memotivasi mahasiswa untuk dapat berprestasi. Ia melihat potensi mahasiswa ketika masuk ke dalam kelas dan melakukan pendekatan dengan berinteraksi di luar kelas. Menurutnya, Rayana adalah mahasiswa yang aktif dan gemar mengikuti lomba. Mahasiswa asal Lampung tersebut aktif dalam organisasi. Ia mengikuti ikatan mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Jepang AHASI dan diamanahi sebagai ketua.

Selama memasuki 2023 ini saja, Rayana telah mengikuti tiga lomba. Bulan Januari, lomba presentasi bahasa Jepang untuk seleksi Jawa Tengah dan mendapatkan juara III, Kanji Cup (juara I), dan lomba pidato bahasa Jepang di Bekasi pada 12 Februari 2023 yang juga mendapatkan juara I.

Lomba Kanji Cup yang diikuti oleh 12 delegasi dari UNNES. Perwakilan tersebut yaitu Tohru Tanaya Paramudya Ananto, Haekal Ali Prihandono, Muhamad Solihin, Sotya Yonanda Adhaninggar, Isti Khomsah, Defri Maulana, Naela Novita Ramadanti, Rizqi Maulana Maliki Al Amin, Agustinus Dhimas Prakoso, Eka Agus Putranda Kurniawan, Dio Alif Putra Aryo, dan Rayana Ustadi Al Ghofaro. Mereka bersaing dengan delegasi lain dari Untag Surabaya, Universitas Brawijaya, Undip, Unsoed, Unesa, UGM, Unair, Unmas Denpasar, Udayana, Unitomo, Unipdu, dan UMY.

Persiapan yang dilakukan oleh Rayana dari segi kognitif dan afektif. Kognitif dari pengetahuan yang dipelajari sejauh ini dan memanfaatkan memori jangka pendek. Selain itu, ada afektif berupa dukungan dari orangtua, keluarga, para dosen, dan mahasiswa. Mahasiswa yang doyan lomba tersebut, dalam memanajemen waktu dengan melakukan rutinitas mempersiapkan lomba di samping melakukan kegiatan lain.

Rayana menjelaskan, dalam prosesnya ada kendala yang didapati, terutama kurang dalam mempelajari sastra Jepang. Dalam Kanji Cup, terdapat soal seperti peribahasa bahasa Jepang dan ungkapan atau kiasan yang tidak banyak dipelajari. Ia mengatakan mahasiswa dari kampus lain justru unggul dalam hal tersebut. Namun, bukan berarti kendala tersebut tidak dapat diantisipasi. Hal itu dibuktikan dengan Rayana yang berhasil mendapatkan juara I, disusul delegasi dari Unair untuk juara II.

Berbeda dengan Rayana, Cahaya ternyata baru pertama kali mengikuti perlombaan. Namun menurut dosen pembimbing, ketika tampil di muka umum, Cahaya memiliki ide yang bagus. “Tinggal diarahkan dan dibimbing,” ujar Dwi Puspitosari.

Mahasiswi semester 6 Prodi Pendidikan Bahasa Jepang tersebut mengangkat topik antara MBKM dengan keterbatasan pendidikan Indonesia di masa depan. Topik itu berisi ulasan tentang bagaimana kesempatan dan fasilitas yang didapatkan oleh mahasiswa dengan keterbatasan fisik untuk mendapatkan pengalaman seperti mereka yang sempurna secara fisik. Ide cemerlang tersebut berhasil membawanya menjadi juara.

Dari tahap seleksi di kampus, dipilih bersama enam mahasiswa lain dengan melakukan presentasi di depan dosen menggunakan naskah dan media yang telah dibuat sendiri. Cahaya berhasil menjadi salah satu dari tiga yang terpilih mewakili universitas di tingkat Jawa Tengah pada 7 Januari 2023 bersama Hani dan Rayana. Seluruh perwakilan dari UNNES berhasil menyabet juara satu, dua, dan tiga sekaligus. Cahaya sebagai juara I maju dalam tingkat nasional bersaing dengan 15 kontingen dari daerah lain pada 28 Januari 2023 yang dilaksanakan secara daring. Sampai kembali mendapatkan juara I dan akan maju tingkat ASEAN membawa nama Indonesia.

Cahaya menjelaskan bahwa dirinya menyiapkan perlombaan dengan cara membuat naskah, materi, bahan presentasi, latihan menghafal naskah selama satu bulan, latihan tanya-jawab, dan latihan menguasai materi. Walaupun terdapat kendala pada saat persiapan, karena waktu yang mepet dengan ujian akhir semester (UAS) dan sebagai mahasiswa dirinya lebih memprioritaskan UAS. Namun, ia tetap mempersiapkan lomba dengan baik selama satu bulan lebih dari mulai awal Desember.

Ia menjelaskan, selama pandemi banyak perlombaan ditiadakan, termasuk presentasi bahasa Jepang. Lomba yang dulunya lebih ke arah pidato searah tersebut, telah berubah menjadi lomba presentasi yang membawakan data. Bobotnya lebih sulit daripada pidato yang terakhir diselenggarakan 2018. Sampai 2022 akhir kembali diselenggarakan dengan konsep yang berbeda dan dilakukan secara daring yang hanya bisa disaksikan melalui streaming YouTube.

Dosen pembimbing memiliki kendala dari persiapan lomba-lomba tersebut. Mulai dari kendala waktu latihan, hingga dana lomba yang harus ditanggung sendiri oleh peserta. Namun, kendala tersebut bukan berarti suatu halangan untuk membuat mahasiswa berprestasi dalam perlombaan. Pembimbing yang juga merupakan alumni Pendidikan Bahasa Jepang UNNES tersebut, memberikan sumbangan tenaga dan pikiran serta mendampingi dan memotivasi mahasiswanya untuk terus maju. Tidak jarang, beliau menceritakan sesuatu dari dirinya sendiri untuk dapat memotivasi dan mengarahkan mahasiswa agar mampu keluar dari zona nyaman.

Dorongan dari dosen pembimbing tersebut selaras dengan harapan dari mahasiswa bimbingannya. Cahaya mengatakan sebuah motivasi bahwa jangan pernah ragu keluar dari zona nyaman. Ada banyak hal yang akan didapatkan ketika berani keluar dari zona nyaman. Mahasiswi yang bercita-cita menjadi seorang penerjemah tersebut, menyadari bahwa jika dirinya tidak menerima tawaran untuk mengikuti lomba dan tetap berada dalam zona nyamannya, tentu tidak akan sampai pada titik yang membanggakan ini.

Harapan dan motivasi yang luar biasa juga disampaikan oleh Rayana. Pesan dari Rayana adalah jangan sia-siakan kesempatan. Menurutnya, menjadi mahasiswa adalah sebuah hak istimewa (privilege). Semua orang bisa berprestasi dalam bidangnya masing-masing. Selain itu, penting untuk selalu tidak pernah menyerah. Orang yang sukses adalah orang yang dari awal sampai berkali-kali gagal tidak pernah menyerah dan mengambil manfaat dari kesempatan yang ada.

Dwi Puspitosari juga memiliki harapan untuk mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Jepang. Sebenarnya sampai saat ini, masih ada yang namanya gap atau kesenjangan berkaitan dengan antusiasme mahasiswa dan motivasi yang masih kurang.

Ke depan, ia ingin lebih memotivasi mahasiswa agar berprestasi secara akademik maupun non-akademik. Itu berkaitan dengan melatih manajemen waktu dengan mengajak mahasiswa mengikuti kegiatan di luar kampus, seperti kompetisi. Semakin banyak prestasi yang diukir, diharapkan meningkatkan kualitas yang berimbas pada peningkatan akreditasi program studi pula. “Saya juga berharap, seluruh dosen turut mendukung mahasiswa untuk berprestasi,” ujarnya.(*)

Related Posts

Leave a Reply

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas:

We are using cookies to give you the best experience. You can find out more about which cookies we are using or switch them off in privacy settings.
AcceptPrivacy Settings

GDPR

  • Privacy Policy

Privacy Policy