Seorang pemimpin dalam level apa pun mesti menjalankan amanah sebaik mungkin. Kepercayaan yang telah diberikan hendaknya digunakan untuk mengabdikan diri sepenuhnya untuk membesarkan tempat ia mengabdi. Semua pemimpin besar memiliki sifat yang bijaksana, adil, dan ngemong atau menjaga dan membesarkan orang yang ada dipimpin.
Pengasuh Pondok Pesantren Az Zuhri, Gus Luqman Hakim, mengatakan menjadi pemimpin adalah amanat yang mesti dijalankan dengan penuh tanggung jawab. “Pemimpin sekarang haruslah kreatif, inovatif, membuka kemungkinan bagi anak buahnya untuk terus berkembang. Pemimpin juga harus bijaksana, adil, dan ngemong,” ujar Gus Luqman dalam Pengajian Ahad Pahing Universitas Negeri Semarang, Minggu, 5 Juni 2022.
Gus Luqman menyatakan tidak semua orang mampu menjadi pemimpin karena ada sejumlah sifat yang mesti dimiliki. Sifat-sifat tersebut, Gus Luqman menyebutkan, antara lain pemimpin mesti memiliki karakter khas yang bisa menata, mengkondisikan, sekaligus bertanggung jawab pada berbagai hal yang telah ditentukan. Di samping itu, dalam konteks ngemong, pemimpin adalah orang yang memahami seluk-beluk organisasi yang ia pimpin sekaligus mengarahkan ke mana akan menuju. “Ibarat rumah jika ada atapnya yang rusak, maka segera diperbaiki, bukan lantas mengadu atau bersuara ke banyak orang bahwa rumahnya sedang rusak,” kata Gus Luqman.
Ada pula sifat keibuan yang mesti dikedepankan. Maksudnya, pemimpin mesti rajin mendengarkan semua aspirasi dan mengajak untuk maju bersama-sama. Pemimpin juga memiliki sifat seorang guru dan kesatria yang bakal melahirkan para pemimpin selanjutnya yang tangguh dan kuat dalam menghadapi berbagai tantangan yang lebih kompleks.
Pengajian Ahad Pahing diikuti, antara lain, Rektor dan unsur pimpinan pada tingkat universitas, Dekan dan Wakil Dekan di UNNES, dosen, tenaga kependidikan, dan sejumlah mahasiswa. Pengajian Ahad Pahing ini dilakukan secara daring melalui Zoom dengan peserta sekitar 200 orang. Pengajian bertema “Membangun Insan Bahagia dalam Menjalankan Amanah” itu dipandu pewara Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Bahasa dan Seni UNNES Dr Tommi Yuniawan dan dialog yang dipandu dosen Pendidikan Bahasa Arab Ahmad Miftahuddin MA.
Menurut Gus Luqman, umat Muslim mesti menggali terus wawasan keagamaannya agar mampu mengimplementasikan perspektif keislaman dalam perilaku sehari-hari. Ketidakmampuan untuk menggali hal tersebut, menurut Gus Luqman, bakal menjadikan Islam justru terbelakang. “Islam bukan hanya soal halal dan haram. Akan tetapi, wawasan dunia Islam mencakupi pranata kehidupan bermasyarakat, perekonomian, keamanan, alam, dan sebagainya. Ini tantangan kita bersama,” ujarnya.
Rektor UNNES Prof Dr Fathur Rokhman mengatakan seorang pemimpin mesti taat atas segala perintah dan larangan yang telah digariskan oleh agamanya. Hal itu menjadi indikator kebahagiaan dalam menjalankan amanah, karena ukuran kebahagiaan yang bersifat duniawi bisa berubah-ubah.
Dalam konteks budaya Jawa dan Nusantara pada umumnya, konsep asta brata dalam menjadi pemimpin dapat diadopsi. Konsep itu, misalnya, terkait dengan seorang pemimpin mesti memiliki sifat layaknya samudra, yaitu punya pandangan luas dan sanggup menerima berbagai persoalan. Di samping itu, ada pula sifat matahari yang harus mampu memberi daya hidup dan kekuatan kepada semua orang yang ia pimpin.