Pengumuman akhir seleksi CPNS di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) sudah dirilis. Salah satu nama aktivis mahasiswa tercatat diterima sebagai dosen di Jurusan IPA Terpadu, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Univerisitas Negeri Semarang (Unnes). Ialah Prasetyo Listiaji, S.Pd., M.Sc., alumni mahasiswa Jurusan Fisika Unnes yang dulu menjadi Presiden Mahasiswa BEM KM Unnes 2014. Kali ini tim humas FMIPA Unnes akan mengajak kita kenal lebih dekat dengan sosok calon dosen asal kabupaten kudus ini.
Menjadi aktivis yang berprestasi
Tidak semua mahasiswa memilih menjadi aktivis, namun ini merupakan jalan yang dipilih Prasetyo untuk menjalani kehidupannya sebagai mahasiswa. Perjalanan sebagai mahasiswa aktivis di Unnes menjadi pengalaman penting dalam perjalanan hidup dan karirnya. Prasetyo tidak ragu untuk membagi waktunya untuk kuliah dan organisasi. Baginya menumbuhkan softskill dalam hidup dapat ia temukan ketika menjadi seorang aktivis. Berbagai organisasi kampus pernah diterjuni olehnya selama menempuh studi sarjana diantaranya Himpunan Mahasiswa Fisika, Forum Kajian Islam Fisika (FKIF), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FMIPA, Unit Kegiatan Mahasiswa Penelitian (UKMP), dan terakhir ia dipercaya dan terpilih menjadi Presiden Mahasiswa BEM KM Unnes. Selama menempuh pendidikan Master of Science di Depatemen Fisika, Universitas Gadjah Mada (UGM) karir aktivisnya pun tidak berhenti, Prasetyo dipercaya menjadi Ketua Himmpunan Mahasiswa Muslim Pascasarjana (Himmpas) UGM.
Saat menjadi aktivis Ia menjelaskan harus pintar membagi waktunya untuk kuliah dan organisasi. Selain mengerjakan setumpuk tugas kuliah dan oraganisasi, Ia juga bekerja sambilan menjadi guru les dan wartawan freelance hingga waktu tidurnya hanya 3-4 jam sehari. Menurutnya memiliki penghasilan walaupun sedikit sangatlah penting untuk mendukung perannya sebagai aktivis, karena tidak semua kegiatan bisa mendapat dana dari kampus. Saat malam hari, ia pun sering habiskan waktu berdiskusi dengan sesama mahasiswa aktivis yang lain untuk membangun kesadaaran mahasiswa akan pentingnya menyelesaikan masalah-masalah dilingkungan kampus maupun masyarakat.
Di tengah kesibukan organisasi seperti rapat, advokasi, dan pengabdian masyarakat tidak membuat prestasi akademik Prasetyo menjadi terbengkalai. Ia tercatat lulus pendidikan sarjana dan magister dengan predikat cumlaude. “idealnya memang aktivis jalan, prestasi oke, ya itu karena baiknya dosen-dosen fisika saja ngasih nilai saya bagus.”, tuturnya saat ditanya. Selama menempuh pendidikan ia meraih Beasiswa Unggulan Supersemar dan Beasiswa Unggulan S2 dari Kementerian Pendidikan, Ia menuturkan kadang sebagian uang beasiswanya dipakai untuk membantu kegiatan organisasi dan teman mahasiswa yang tidak mampu bayar kuliah. Selain punya indeks prestasi yang bagus, ia terpilih menjadi Mahasiswa Beprestasi 1 Jurusan Fisika Unnes tahun 2013, dan mengikuti berbagai kompeteisi akademik seperti olimpiade fisika untuk mahasiswa, lomba karya ilmiah, debat mahasiswa, dan sebagaianya. Ia juga pernah manjadi delegasi Indonesia dalam Konvensi Kepemimpinan Mahasiswa Indonesia Malaysia tahun 2014 di Kuala Lumpur.
Komitmen Jadi Dosen
Menjadi seorang dosen merupakan cita-cita yang dimiliki pemuda yang kerap disapa Mas Pras ini. Tim Humas FMIPA mengetahui informasi tersebut lewat salah satu artikel yang ada di blog pribadinya. Menurut Prasetyo, menjadi dosen merupakan salah satu pilihan bijak untuk mengabdi. “Dengan menjadi dosen kita bisa mengaplikasikan keilmuan yang kita miliki dalam bentuk tri darma perguruan tinggi, yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat.” tuturnya. Setelah lulus magister ia telah berkomitmen kepada diri sendiri untuk mengembangkan keilmuan fisika yang ia telah dapat selama kuliah khususnya dalam topik pencitraan optik.
Sebagai dosen yang dulu aktivis mahasiswa, nantinya ia berharap tetap bisa berperan dalam mengembangkan organisasi kemahasiswaan di lingkungan Unnes. “Mahasiswa memang sebaiknya harus ikut organisasi, untuk melatih softskill dan jiwa leadership, maka dari itu ormawa harus terus dikembangkan.” kata Pemuda yang sekarang masih menjadi Dosen Fisika di Insititut Teknologi Telkom Purwokerto ini.
Menurut Prasetyo, menjadi aktivis mahasiswa merupakan ruang simulasi untuk berperan mengabdikan diri, di dunia kerjalah aplikasi yang sesungguhya. “Mohon doanya, setelah jadi Dosen di Unnes saya tetap bisa menjaga ruh idealisme mahasiswa untuk mengabdi pada institusi dan negeri lewat peran-peran akademik.” Imbuh pemuda berusia 26 tahun ini.
Sebagai seorang dosen tentunya punya target melanjutkan studi untuk mengembangkan karir dan keilmuan. Saat ditanya, Prasetyo memilih akan melanjutkan studi ke Jepang atau Arab Saudi. “Kalau ditanya mau S3 dimana? Saya ingin ke Jepang yang bagus bidang teknologinya, atau ke Arab Saudi biar bisa sekalian haji sama istri.” jawabnya dengan senyum.
Ucapan syukur dan terima kasih
Diterima sebagai CPNS Dosen di Unnes merupakan rezeki dan kebanggaan tersendiri bagi Prasetyo. Pasalnya baru kali ini ada seorang Presiden Mahasiswa yang menjadi dosen di FMIPA Unnes. Ia sangat bersyukur telah diberi kesempatan untuk menjadi pendidik di Unnes. Tak lupa ia mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang selalu mendoakan, istri dan anak dikandungan yang selalu mendampingi, segenap keluarga, saudara, dan sahabat. Kemudian untuk guru-guru, dosen-dosen di Fisika Unnes dan UGM, civitas akademika Unnes baik Rektor, Dekan FMIPA, Ketua Juruan IPA Terpadu, dan segenap jajaranya yang telah memberi kesempatan baginya mengabdi di Unnes. “Alhamdulillah, ini rezeki bagi saya, terimakasih untuk semuanya, doakan pemberkasan CPNS lancar dan saya bisa amanah jadi dosen Unnes, Aamiin.” ucap dosen muda ini. Terima kasih juga untuk seluruh civitas akademika IT Telkom Purwokerto yang telah memberikan tempat belajar dan berkembang menjadi dosen selama mengabdi disana.