SEMARANG-Sebagai pekerja profesional, dosen dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan keilmuan dan meningkatkan kompetensi. Tuntutan kerja yang semakin tinggi menjadikan dosen mesti senantiasa reflektif dan terus berubah mengikuti perkembangan zaman.
Anggapan bahwa menjadi dosen ialah pekerjaan yang memiliki otoritas tinggi di hadapan mahasiswa menjadikan pekerjaan ini rentan terjebak pada zona nyaman (comfort zone). Jebakan zona nyaman akan membuat dosen enggan untuk berubah dan semakin menjadikan perguruan tinggi seperti menara gading yang jauh dari realitas masyarakat. Untuk itu, keluar dari zona nyaman dengan menciptakan target dan melihat perkembangan dunia luar menjadi upaya solutif.
Demikian mengemuka dalam Kuliah Umum Komitmen Peningkatan Akademik Dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (Unnes), di kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, Sabtu (30/11). Pembicara dalam kegiatan yang diikuti dosen FBS Unnes itu ialah Wakil Dekan I Bidang Akademik Dr Hendi Pratama dan alumnus Unnes yang juga pelatih profesional, Makhmud Kuncahyo MPd.
Hendi menuturkan, tuntutan kinerja yang semakin tinggi membuat dosen harus bekerja penuh waktu. Ia mengatakan, hal tersebut juga menjadi salah satu tolok ukur iklim akademik di kampus. Di samping mengajar, dosen dituntut untuk meneliti dan menuliskan hasil penelitiannya ke dalam jurnal-jurnal bereputasi, juga melakukan pengabdian. Itu hanya bisa dilakukan hanya jika dosen fokus dengan pekerjaannya.
Kembangkan Potensi
Di satu sisi, ilmu terus berkembang sehingga menuntut dosen untuk mengembangkan kompetensi. Dalam bidang penelitian, metodologi terus berkembang dan menuntut dosen terus belajar. Jika menutup diri terhadap perubahan, dosen akan tertinggal dan kurang bisa bersaing dengan perguruan tinggi lain.
Makhmud Kuncahyo mengatakan, dalam profesi apa pun, tak ada orang yang bisa tumbuh dalam zona nyaman. Mantan Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unnes ini menyatakan visi yang ingin dicapai setiap personel mesti sejalan dengan lembaganya. Sehebat apa pun seorang pemimpin, namun tidak didukung oleh anggotanya, maka tidak akan pernah tercapai visi yang dikehendaki.
Alumnus S2 Manajemen Pendidikan Unnes ini mengatakan, ketidakinginan untuk belajar menjadi malapetaka pada masa-masa mendatang. Ia mencontohkan, perusahaan telepon Nokia yang sangat percaya diri untuk tidak mau menjadi bagian dari perkembangan teknologi, akhirnya kalah oleh Android.
Pribadi yang mengupayakan pengembangan diri cenderung menyukai tantangan, bertahan dalam menghadapi rintangan, belajar dari kritik, dan mengambil pelajaran dari kesuksesan orang lain. “Keputusan untuk keluar dari zona nyaman dan masuk ke zona pertumbuhan dan pertumbuhan adalah bentuk dari keseriusan untuk siap berproses dalam menggali dan mengembangkan potensi diri,” ujarnya.(*)