Di Indonesia, pohon pinus atau biasa disebut dengan cemara selain memiliki pohon yang indah, getah pinus juga memiliki berbagai manfaat yang bisa didapatkan oleh manusia. Getah pinus merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang bernilai komersial dan potensial untuk dikembangkan saat ini. Getah pinus merupakan hasil penyadapan dari pohon yang tergolong dalam marga Pinus khususnya jenis Pinus merkusii. Pinus merkusii merupakan sumber penghasil getah pinus yang digunakan untuk menghasilkan minyak terpentin dan gum rosin. Terpentin dan gum rosin merupakan salah satu produk turunan dari getah pinus yang sudah masuk dalam sistem perdagangan internasional. Kebutuhan pasar α-pinena dan β-pinena di dunia mencapai 600.000 ton/tahun, di dalam negeri mencapai 19.000 ton/tahun. Perdagangan terpentin dan gum rosin Indonesia di pasar internasional menjadi urutan ketiga setelah China dan Brazil. Perhutani baru menembus 10 persen sedangkan China mencapai lebih dari 70 persen dan Brazil mencapai 11 persen (Laporan tahunan Perum Perhutani, 2019).
Dalam minyak terpentin, ɑ-pinena dan derivatnya merupakan monoterpena yang mempunyai potensi ekonomi sebagai bahan baku industri parfum. Pengolahan minyak terpentin merupakan tugas seorang ahli kimia organik untuk menjadikan produk bernilai ekonomis tinggi. Derivatisasi tersebut dimaksudkan mencakup beberapa aspek yaitu aspek memberikan keuntungan ekonomis, kesejahteraaan masyarakat Indonesia dan kelestarian lingkungan menuju pada berkelanjutan (sustainable).
Terpentin merupakan salah satu produk unggulan non kayu PT Perhutani di Indonesia. Produksi minyak terpentin dari getah pinus sampai dengan bulan Desember 2019, dilaporkan mencapai 14.293 ton dengan luas hutan pinus sekitar 163.150 hektar (Laporan tahunan Perum Perhutani, 2019). Permintaan pasar terhadap minyak terpentin semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan adanya kecenderungan ”Back to Nature” untuk memenuhi kebutuhan industri, sehingga permintaan maupun harga minyak terpentin cenderung meningkat. Disamping itu, adanya peningkatan permintaan industri atas minyak terpentin sebagai bahan baku industri parfum, farmasi, pelarut, resin dan polimer (Wijayati, et al., 2021).
Minyak terpentin merupakan cairan yang berwarna (jernih) dan berbau khas. Minyak terpentin sering disebut dengan spirit of turpentin, berupa cairan yang tidak mudah menguap, berasal dari penyulingan getah jenis pohon yang tergolong dalam getah pinus. Getah pinus (colophony) merupakan substansi yang transparan, kental dan memilki daya rekat. Getah yang dihasilkan Pinus merkusii digolongkan sebagai oleoresin. Oleoresin merupakan cairan asam-asam resin dalam terpentin yang menetes keluar apabila saluran resin pada kayu atau kulit pohon jenis daun jarum tersayat atau pecah. Pemisahan getah dengan proses destilasi vakum akan menghasilkan minyak terpentin sebagai destilat (sekitar 13-25%) dan Gumrosin atau gondorukem sebagai produk sisanya (sekitar 70-75%).
Komponen utama minyak terpentin ialah α-pinena. Alfa pinena dapat diisolasi dari minyak terpentin dengan destilasi fraksinasi dengan pengurangan tekanan. Minyak terpentin Indonesia mengandung sekitar 57-86% α-pinena, 8-12% β-pinena dan 3-karena serta golongan monoterpena yang lain dengan jumlah minor. Senyawa ini merupakan senyawa golongan terpenoid (monoterpen, C10). Sifat kimia dari terpentin ditentukan oleh komponen utamanya, sedangkan sifat fisiknya bergantung pada komposisi. Minyak terpentin di Indonesia memiliki titik didih 152-162°C, titik beku -60 sampai dengan -50°C, dan densitas saat 20°C adalah 0,865-0,870 g/mL. Semakin besar kandungan α-pinena dan semakin tinggi tingkat kemurniannya, maka kualitas minyak terpentin semakin baik dan harganya semakin tinggi.
Senyawa ɑ-pinena atau 2,6,6-trimetilbisiklo[3,1,1]-2-heptena dengan rumus molekul C10H16 adalah cairan yang tidak berwarna dengan bau karateristik seperti terpentin. Rumus struktur ɑ-pinena terdiri atas dua cincin yaitu siklobutana dan sikloheksana. Monoterpena digunakan secara luas dalam industri parfum karena baunya menarik, berat molekulnya rendah dan volatilitasnya tinggi. Sruktur α-pinena disajikan pada Gambar 1 sebagai campuran rasemik (R)- dan (S)- α-pinena.
α-Pinena merupakan suatu senyawa yang digunakan untuk sintesis senyawa parfum, resin, obat atau lainnya. Senyawa α-Pinena mempunya aktivitas farmakologis, misalnya, antimikroba, antivirus, antispasmodik, antijamur, antikanker, antimalaria, antioksidan, dan efek anti-inflamasi. Di industri, α-pinena merupakan bahan dasar untuk sintesis senyawa-senyawa yang memiliki harga jual tinggi seperti limonene, α-terpineol, terpinil asetat, mentol, pinana, verbenol, kamfena, α-pinena oksida, dan terpinil metil eter (Shcherban et al., 2018; Vanesa et al, 2019; Wijayati et al., 2021).
Penelitian ekploratif sangat diperlukan dalam rangka penggunaan bahan baku baru, metode baru, dan katalisator, termasuk juga penelitian mengenai struktur bahan kimia dan mekanisme reaksi. Penelitian jenis ini banyak dilakukan pada skala laboratorium. Inovasi pemilihan bahan sangat diperlukan. Contoh yang dapat diambil adalah pada reaksi derivatisasi a-pinena, metode apa yang yang berpotensi selain metode yang sudah ada. Pemanfataan microwave cenderung menarik perhatian peneliti terkait nilai konservasi untuk menghemat energi listrik (green chemistry). Pemilihan katalis baru dapat berinovasi dari bahan sintetis atau anorganik dengan menggantikannya dengan zeolite alam yang mempunyai kemampuan yang hampir sama dengan katalis yang komersial.
Pengembangan potensi minyak terpentin dalam dunia industri parfum dilakukan melalui reaksi derivatisasi senyawa a-pinena terkatalis asam menghasilkan senyawa monosiklik dan bisiklik yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi (Gu€ndu€z and Murzin, 2002; Avilla et al., 2010; Wijayati et al., 2017; Salvador et al., 2020).
Derivatisasi melalui reaksi isomerisasi pinena dapat menghasilkan senyawa hidrokarbon monosiklik yaitu limonena, dan terpinolene. Limonena dimanfaatkan sebagai bahan parfum, industri kosmetik, makanan, farmasi, perisa dan juga sebagai pelarut. Produk senyawa bisiklik dari reaksi isomerisasi α-pinena yaitu kamfena dan α-fenchena (Gambar 3). Kamfena memiliki manfaat sebagai bahan untuk sintesis senyawa taxofena sebagai insektisida, sebagai bahan sintesis kamfer, dan zat anti kanker (Sidorenko et al., 2017; Shcherban et al., 2018).
Senyawa limonena, kamfena dan beberapa senyawa monoterpena lain dihasilkan dari isomerisasi α-pinena dengan menggunakan berbagai macam katalis asam, seperti oksida asam, zeolit yang dimodifikasi, clays teraktivasi, resin penukar ion, TiO2 dan TCA/ZrO2.n H2O (Chimal et al., 2004; Rachwalik et al., 2007; Rachwalik et al., 2019; Avila et al., 2010; Atalay et al., 2011; Akizuki et al., 2017; Liu et al., 2020).
Derivatisasi pinena melalui reaksi hidrasi dapat menghasilkan senyawa terpineol. Terpineol adalah parfum sintesis pertama yang dibuat secara komersil. Baunya yang menyenangkan dan kestabilannya membuat terpineol banyak dipergunakan. Senyawa terpineol (C10H18O) merupakan senyawa monoterpena monosiklis. Nama lain dari senyawa (+) α -terpineol adalah (R) -p-menth-1-en-8-ol; (R)- 2-(4 metil-3-sikloheksenil) isopropanol; atau terpena alkohol. Sifat fisik dari (+) α -terpineol berwujud cair, warna jernih, bau lilac, berat jenis 20oC 0,94 (g/cm3), indeks bias + 84 ± 10o dan sedikit larut dalam air.
Terpineol adalah produk yang banyak digunakan dalam industri kosmetik sebagai parfum dan pengusir serangga, di industri farmasi sebagai antijamur dan desinfektan, dalam industri pembersih sebagai penghilang bau dan desinfektan (digunakan dalam sabun, deterjen, dan berbagai formula parfum) dan dalam industri mineral sebagai agen flotasi logam (Wijayati et al., 2013; Yadav et al., 2009; Vanessa et al., 2019; Salvador et al., 2020). Teknologi sintesis terpineol melalui reaksi hidrasi α-pinena dengan katalis TCA/ZHY dapat berlangsung pada temperatur kamar dan tanpa pelarut organik isopropil alkohol(Wijayati et al., 2011). Interaksi α-pinena pada permukaan pori TCA/ZHY disajikan pada Gambar 4.
Derivatisasi α-pinena melalui reaksi esterifikasi dapat menghasilkan senyawa terpinil asetat (Wijayati et al., 2018; Wijayati et al., 2019). Terpinil asetat merupakan ester cair yang dapat ditemukan dalam beberapa minyak essential, yang dapat digunakan sebagai bahan parfum alam dalam industri makanan, kosmetik dan farmasi.
Sintesis terpinil asetat dapat dilakukan dalam dua tahap atau satu tahap. Reaksi dalam dua tahap dilakukan dengan mereaksikan a-pinena dengan asam sulfat dan asam fosfat menghasilkan a-terpineol kemudian diesterifikasi dengan anhidrida asetat dan katalis, sedangkan reaksi dalam satu tahap dilakukan dengan mereaksikan a-pinena dengan asam asetat dan katalis. Terpinil asetat dapat disintesis dari a-terpineol dengan anhidrida asetat dan katalis enzim, katalis zeolit H-Beta, cairan asam ionik, katalis [(CH2)3SO3Hmim]H2PO4, oktadesilamina etoksilat dan resin penukar ion(Liu et al., 2008, Yadaf et al., 2009; Liaw dan Liu, 2010; Liu dan Huang, 2010; Li et al., 2013).
Sintesis α terpinil metil eter melalui reaksi metoksilasi dengan menggunakan katalis asam merupakan metode yang sangat penting yang digunakan dalam industri parfum. Reaksi metoksilasi pinena merupakan salah satu reaksi adisi elektrofilik alkohol ke alkena membentuk senyawa eter. Metoksilasi α-pinena dengan clay penukar ion Al3+ dilakukan selama 1 jam pada suhu 60oC menghasilkan α-terpinil metil eter 65% dengan konversi 65% (Catrinescu et al., 2015). α-terpinil metil eter juga dihasilkan dari metoksilasi α-pinena dengan menggunakan karbon mesopori dan mikropori (Matos et al., 2014; Pito et al., (2009) melakukan metoksilasi menggunakan polivinil alkohol yang mengadung gugus asam sulfonat dapat menghasilkan senyawa α-terpinil metil eter dengan selektivitas 60% dengan konversi 40%. Selama ini produksi senyawa α-terpinil metil eter dengan berbagai katalis belum efisien, kualitas rendah, dan tidak ramah lingkungan. Senyawa terpinil metil eter sebesar 55,17% dengan konversi α-pinena sebesar 74,50% telah dihasilkan melalui reaksi metoksilasi menggunakan katalis Zeolit Y sedangkan dengan menggunakan katalis potassium alum dapat menghasilkan senyawa terpinil metil eter (Wijayati et al., 2021).
Berbagai produk inovasi dengan bahan dasar minyak terpentin telah dikembangkan, yaitu inovasi handsanitizer, spray antinyamuk dan microjelly dari minyak terpentin. α-pinena dan derivatnya terbukti memiliki dalam penghambatan pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis, Bacillus megaterium dan Pseudomonas aeruginosa. Dilaporkan juga bahwa senyawa ini mempunyai aktivitas antiinflamasi ditingkat sel, serta berpotensi untuk pencegahan beberapa penyakit terkait penurunan aktivitas sel syaraf. Rata-rata daerah hambat α-terpineol terhadap P. aeruginosa lebih kecil dibanding Bacillus, baik B. subtilis, atau B. megatorium. Hal ini diduga karena perbedaan susunan kimia dari bakteri Gram negatif, dimana pada Gram negatif terdapat membran luar yang membungkus lipopolisakarida. Adanya lapisan lipopolisakarida pada membran sel bakteri Gram negatif akan melindungi senyawa polar penyebab lisis sel agar tidak terjadi penetrasi pada membran. Bakteri Gram positif mempunyai peptidoglikan yang lebih tebal dibandingkan dengan bakteri Gram negatif. Tidak adanya lapisan lipopolisakarida pada bakteri Gram positif, menyebabkan membran tidak terlindungi yang memudahkan α-terpineol merusak protein porin bakteri dan menyebabkan sel bakteri lisis ( Wijayati et al., 2020).
Kombinasi minyak terpentin dengan minyak serai dapat menjadi produk inovasi antinyamuk alami yang handal. Penggunaan antinyamuk alami mempunyai beberapa keunggulan yaitu tingkat degradasi yang cepat oleh cahaya matahari, udara, dan kelembaban. Sehingga dengan antinyamuk alami dapat mengurangi risiko pencemaran tanah dan udara. Pemilihan bahan antinyamuk diharapkan mudah diperoleh dan berdampak positif bagi kesehatan manusia khususnya dalam jangka panjang. Alfa pinena berbau khas dan biasanya digunakan sebagai insektisida yang ramah lingkungan (Stanaway et al., 2012; Hsu et al., 2017; Eden et al., 2017; Kraemer et al., 2019; Wijayanto et al., 2019).
Pemanfaatan bahan sumber daya Indonesia yang mudah untuk diolah menjadi produk penolak nyamuk akan lebih diterima jika dibandingkan dengan produk penolak nyamuk yang sintetis komersial.
Kandungan senyawa aktif minyak terpentin seperti α- dan β-pinena bersifat sitotoksik pada sel kanker payudara dan sel kanker darah melalui induksi apoptosis (Xu et al., 2018; Yu et al, 2018). Sediaan nutrasetika micro-jelly dapat menjadi kandidat anti kanker berbasis herbal dengan multi target terapi dan minimum efek samping. Pengembangan kombinasi minyak terpentin dan minyak jeruk bertujuan menjawab permasalah kebutuhan agen anti kanker yang poten, efektif dan minimal efek samping. α-pinene dan d-limonen berefek sitotoksik kuat pada sel MBA-MB231 dengan nilai IC50 masing-masing 0.84 dan 1.20 μl/mL. Kombinasi keduanya memiliki efek sinergi yang kuat, hal ini ditunjukkan nilai combination indeks <1.
Produk inovasi formulasi sediaan menjadi bentuk micro-jelly untuk mempermudah aplikasi pengunaan pada masyarakat. Sehingga data aktivitas antikanker in vivo dan in vitro yang diperoleh dapat dijadikan dasar membuat formula. Pada tahun 2022-2025, diharapkan akan dilanjutkan pembuatan pilot scale produksi minyak terpentin dikonfirmasi kembali aktivitas antikankernya. Produksi skala manufaktur dimulai pada tahun 2026-2029 untuk memproduksi sediaan fitofarmaka atau obat tradisional terstadard. Selanjutnya pada tahun 2030-2035 dilakukan validasi dan konfirmasi serta kemudian dapat dilakukan uji klinik fase 2-3 hingga pengembangan sediaan lainnya sehingga dapat diperoleh agen kemoterapi berbasis herbal minyak terpentin.
Perlu pula mendapat catatan bahwa pengembangan kimia bahan alam „natural product” di Indonesia dewasa ini masih terbatas pada inventarisasi, yakni masalah isolasi, analisis struktur dan analisis aktivitas ekstrak tumbuhan serta belum banyak menyentuh aspek transformasi bahan alam dan aplikasinya. Di masa mendatang harus dikembangkan inovasi agar daya guna dari bahan alam dapat dioptimalkan sebelum ditawarkan secara komersial. Jika inovasi produk dari a-pinena ini senyawa bahan parfum alam dapat ditemukan, maka dapat dirumuskan sintesis senyawa terpenoid derivat a-pinena yang tersebar dalam berbagai spesies tumbuhan dan digunakan dalam industri makanan, kosmetik dan farmasi.
Tibalah pada simpulan bahwa minyak terpentin sebagai bahan alam Indonesia sangat melimpah sehingga perlu dimanfaatkan sebagai bahan baku industri parfum dan industri kimia yang diolah menjadi produk inovasi yang bermanfaat untuk masyarakat. Produk yang sudah diraih dalam penelitian dapat diaplikasikan dan diabdikan untuk memecahkan permasalahan dan menyejahterakan masyarakat Indonesia.
Prof. Dr. Nanik Wijayati, M.Si. adalah profesor pada bidang Ilmu Kimia Organik. Latar Belakang Pendidikan S1 Pendidikan Kimia, dilanjutkan S2 Sains dan S3 Ilmu Kimia. Mengampu mata kuliah Kimia Organik, Elusidasi Struktur, Makromolekul, dan Biokimia. Fokus penelitian terkait isolasi, dan derivatisasi senyawa minyak atsiri sebagai bahan baku industri parfum, khususnya minyak terpentin. Pernah menduduki jabatan sebagai Ketua Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kimia pada tahun 2016 s.d 2019, dan sekarang menjadi Staf Ahli Rektor bidang Kemahasiswaan UNNES.
Daftar Pustaka
Akizuki, M. and Oshima, Y. 2017. Isomerization of α – Pinene to Monocyclic Monoterpenes in Hot Compressed Water Using TiO2 and WO. Ind. Engenering Chem. Res., 9. 1-9.
Atalay, B. and Gündüz, G. 2011. Isomerizaton of alpha pinene over H3PW12O40 catalysts supported on natural zeolite. Chem. Eng. J., 168. 1311–1318.
Avila, M. C., Nora A. C., Castellon E. R., Lopez A. J., 2010, Study of solid acid catalysis for the hydration of α-pinene, J.Mol. Catal. A: Chemical, 322,(1-2),:106-112.
Catrinescu C. , C. Fernandes, P. Castilho, C. Breen, 2015, Selective methoxylation of -pinene to -terpinyl methyl ether over Al3+ ion-exchanged clays, Apllied Catal. A: Gen., 489: 171-179
Eden, W.T., Alighiri, D., Cahyono, E., Supardi, K.I., & Wijayati, N., 2018. Fractionation of Java Citronella Oil and Citronella Purification by Batch Vacuum Fractional Distillation. IOP Conf. Ser.: Mater. Sci. Eng., 349.
Gu€ndu€z, G., Murzin, D.Y., 2002. Influence of catalyst pretreatment on α-pinene isomerization over natural clays. React. Kinet. Catal.Lett. 75 (2), 231–237.
Chimal-Valencia O., Robau-Sanchez A., Martinez V.C., Elguezabal A.A, 2004, Ion echange resins as catalyst for the isomerisation of α-pinene to camphene, Bioresource. Technol., 93, 119-123
Hsu, W.S., Yen, J.H., & Wang, Y.S., 2013. Formulas of Components of Citronella Oil Against Mosquitoes (Aedes aegypti). J. Environ. Sci. Health, 48(11), pp. 1014-1019.
Kraemer, M.U.G., Reiner, R.C., Golding, N., 2019. Past and Future Spread of Arbovirus Vectors Aedes aegypti and Aedes albopictus. Nat. Microbiol., 4, pp. 854-863.
Liaw E-T., and Liu K-J, 2010, Synthesis of terpinyl acetate by lipase-catalyzed esterification in supercritical carbon dioxide, Bioresour. Technol., 101, 10, 3320–3324.
Li L, Liu S., Shi Y., Yu S., Xie C., Qi C., 2013, Synthesis of terpinyl acetate using octadecylamine ethoxylate ionic liquids as catalysts, Res. Chem. Intermed., 39, 5, 2095-2105.
Liua S-W, Yub S-T , Liub F-S, Xiec C-X, Lib L., Jib K-H, 2008, Reactions of α-pinene using acidic ionic liquids as catalysts,l J.Mol. Catal. A: Chemical 279, 2, 177–181
Liu Y. , D. Zheng , B. Li , Yuchao Lyu , X. Wang , X. Liu , Lu Li , S. Yu , X. Liu , Z. Yan, 2020, Isomerization Of A-Pinene With A Hierarchial Mordenite Molecular Sieve Prepared By Microwave Assisted Alkaline Treatment, Micropor.Mesopor. Mat, 299, 110117.
Matos I., M. F. Silva, R. R.-Rosas, J. Vital, J. R.-Mirasol, T. Cordero, J. E. Castanheiro, I. M. Fonseca, 2014, Methoxylation of a-pinene over mesoporous carbons and microporous carbons: A comparative study, Micropor.Mesopor. Mat, 199: 66-73.
Mochida T., Ryuichiro O., Naoto H., Yuichi K., Toshio O., 2007, Hydration of α-pinene over hydrophobic zeolites in 1,4-dioxane-water and in water, Micropor.Mesopor. Mat., 101: 176-183
Pito D.S., I.M. Fonseca, A.M. Ramos, J. Vital , J.E. Castanheiroa, 2009, Methoxylation of -pinene over poly(vinyl alcohol) containing sulfonic acid groups, Chem. Eng. J., 147: 302-306
Rachwalik R., Olejniczak A., Jiao J., Huang J., Michael H., Sulikowski B, 2007, Isomerization of α-pinene over dealuminated ferrierite-type zeolites, J. Catal, 252, 161-170.
Rachwalik, R., Góra-marek, K., Olejniczak, Z., Hunger, M., and Sulikowski, B., 2019. Tailoring selectivity in the liquid-phase isomerization of α-pinene on dealuminated ferrierite-type zeolites. Catal. Today, 10. 1–10.
Salvador V. T., E. S. Silva, Paulo G.C. Gonçalves, R. Cella, 2020, Biomass Transformation : Hydration And Isomerization Reactions Of Turpentine Oil Using Ion Exchange Resins As Catalyst, Suistainable Chem. Pharm., 15, 100214.
Shcherban, Nataliya D., Barakov, Roman Yu., Mäki-Arvela, Päivi., Sergiienko, Sergii A., Bezverkhyy, I., Eränen, K., Murzin, Dmitry Yu. (2018). Isomerization of Α-pinene oxide over ZSM-5 based micro-mesoporous materials. Appl. Catal. A: Gen., 560. 236–247.
Sidorenko, A Yu., Aho, A., Ganbaatar, J., Batsuren, D., Utenkova, D B., Sen, G ., Wärnå, J, Murzin, D Yu,. and Agabekov, V E. (2017). Catalytic isomerization of -pinene and 3-carene in the presence of modified layered aluminosilicates. Mol. Catal., 443. 193–202.
Stanaway, J.D., Yoon, J.S., Baeck, S.J., Lee, S.H., Ahn, Y.J., & Kwon, H.W., 2012. Toxicity and Synergic Reppelency of Plant Essential Oil Mixtures with Vanilin Against Aedes aegypti (Diptera: Culicidae). J. Med. Entomol., 49(4), pp. 876-885.
Vanessa T. Murakami, Isabel O. Marques, and Rodrigo Cella, 2019, Ultrasound-Assisted Conversion of Biomass Turpentine into a-Terpineol, Chem. Sel., 4, 8800 – 8806
Wijayanto, A., Dumarcay, S., Gerardin-Charbonnier, C., Sari, R.K., Syafii, W., & Gerardin, P., 2015. Phenolic and Lipophilic Extractives in Pinus merkusii Jungh. Et de Vries Knots and Stemwood. Ind. Crops Prod., 68, pp. 466-471.
Wijayati, N., Pranowo, H. D., Jumina, J., & Triyono, T. 2011. Synthesis of terpineol from α-pinene catalyzed by TCA/Y-Zeolite. Indones. J. Chem., 11(3), 234-237.
Wijayati, N., Pranowo, H. D., Jumina, J., & Triyono, T. 2013. The acid catalyzed reaction of α-pinene over Y-zeolite. Indones. J. Chem., 13(1), 59-65.
Wijayati N. T Handayani, Supartono, 2017, Isomerization reaction of α-pinene using zirconia/Natural Zeolite catalysts, Asian J.Chem, 29. 8. 1705-1708.
Wijayati N, Supartono, Kusumastuti E. Esterification of α-Pinene from Turpentine Oil Using Natural Zeolite Catalyst. IOP Conf Ser Earth Environ Sci. 2018; 171(1).
Wijayati N, Kusumastuti E, Alighiri D, Rohmawati B, Lusiana RA. Heterogeneous Zeolite-Based Catalyst for Esterification of α-Pinene to α-Terpinyl Acetate. Orient J Chem. 2019; 35(1):399–403.
Wijayati N, Widiyastuti A, Mursiti S, Rakainsa SK. 2020, Formulation of Hand Sanitizer Gel of A-Pinene Isolated from Turpentine Oil and its Antibacterial Activity. IOP Conf Ser Mater Sci Eng., 846(1):10–16.
Xu Q, Li M, Yang M, Yang J, Xie J, Lu X, 2018, α-pinene regulates miR-221 and induces G2/M phase cell cycle arrest in human hepatocellular carcinoma cells. Biosci Rep. 38(6):1–11.
Yadav, M. K. Patil, M. V. and Jasra, R. V., 2009, Acetoxylation and hydration of limonene and α-pinene using cation-exchanged zeolite beta, J.Mol.Catal. A:Chem., 297, 2, 101-109. Yu X, Lin H, Wang Y, Lv W, Zhang S, Qian Y, 2018. D-limonene exhibits antitumor activity by inducing autophagy and apoptosis in lung cancer. Onco Targets Ther. 11:1833–47.
______________________________________________________________________________
Tulisan ini telah disampaikan Prof. Dr. Nanik Wijayati, M.Si. pada Pidato Pengukuhan Profesor dalam Upacara Pengukuhan Profesor Universitas Negeri Semarang, Rabu, 27 Oktober 2021.