Siang itu tampak berbeda suasana di Auditorium Universitas Negeri Semarang, Kampus Sekaran, Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng). Ya, pada Sabtu (30/3), Universitas Negeri Semarang menyelenggarakan upacara dies natalis yang ke-54. Banyak tokoh nasional maupun internasional yang hadir karena bersamaan dengan dies natalis, juga dilakukan penyerahan anugerah konservasi.
Ada tiga orang yang mendapatkan penghargaan tersebut. Pertama, penghargaan Upakarti Reksa Bhumimandala dengan reputasi dunia diberikan kepada Direktur PT Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat. Kedua, penghargaan Upakarti Reksa Bhumimandala diberikan kepada Mensesneg Pratikno. Ketiga, penghargaan Upakarti Kanyaka Paramartha Adisajjana diberikan kepada desainer Anne Avantie.
Rektor Unnes, Fathur Rohman, mengatakan Irwan diberikan penghargaan karena dinilai memiliki inovasi besar dalam memajukan usahanya, yang selalu memegang teguh tradisi lokal dalam menjalankan bisnisnya, namun produknya menembus pasar internasional.
Sedangkan Mensesneg Pratikno, menurut Fathur, dinilai memiliki ide bagus dalam menghadapi era disrupsi, di antaranya digitalisasi dan debirokratisasi kementerian. Anne Avantie merupakan perempuan yang sudah berkarya dalam dunia rancangan busana.
Menurut Fathur, lewat Wisma Kasih Bunda yang didirikannya, Anne menunjukkan kepedulian besar terhadap anak-anak penyandang hydrocephalus sejak tahun 2003. Anne juga memberdayakan banyak perempuan untuk bekerja di wismanya itu hingga detik ini. Ketiga tokoh nasional tersebut tidak hanya menunjukkan dedikasi tinggi terhadap profesinya, namun berkontribusi dan menginspirasi banyak orang.
Hargai Dedikasi
Atas penghargaan itu, Irwan Hidayat mengatakan pemberian ini merupakan bukti bahwa Universitas Negeri Semarang sebagai lembaga menghargai pencapaian dan dedikasi seseorang untuk negara ini di kancah global.
Irwan bersyukur mendapat penghargaan dari Universitas Negeri Semarang yang memiliki visi sama yakni “mendunia”. Diceritakan, selama 20 tahun pertama, produk Sido Muncul tidak laku di pasaran. Pihaknya akhirnya mengubah strategi pemasaran dengan bagaimana merebut simpati dan kepercayaan masyarakat. Pada 1997, dengan membangun pabrik di Bergas, Kabupaten Semarang, tepat saat krisis moneter.
“Saya punya visi, di masa depan, produk kami dapat dikenal dan dipercaya konsumen, asalkan diproduksi dengan baik dan benar. Konservasi merupakan perawatan, pemeliharaan, dan pelestarian. Jika jamu ya harus sejak hulu yakni bahan baku, hingga hilir, yakni membentuk celah-celah pasar baru di seluruh penjuru dunia,” kata dia.
http://www.koran-jakarta.com/pegang-teguh-tradisi-lokal-untuk–go-international-/
PL: Humas FMIPA