Udara lembap pascahujan di Sekaran, Gunungpati, berubah jadi lebih hidup. Lapangan FISIP yang biasanya sepi di akhir pekan mendadak menggeliat dentuman bass, gemerincing cymbal, dan sorak mahasiswa berpadu dalam euforia peringatan Bulan Pahlawan 2025.
Tiga band lokal Sunday Kiss Band, Music of Law, dan For The Last Dawn naik panggung bergantian, masing-masing memamerkan warna musiknya sendiri. Dari pop sampai rock yang menghentak, semuanya mengalir deras menembus malam Semarang.
Ketua panitia Bulan Pahlawan Mahesa Kusumah mengatakan acara ini bukan cuma soal hiburan, tapi juga peringatan dan solidaritas. “Kami ingin seluruh angkatan mahasiswa Ilmu Sejarah dan Pendidikan Sejarah bisa saling terhubung dan mengingat nilai perjuangan dengan cara yang dekat.” ucapnya, Mahasiswa semester tiga Ilmu Sejarah ini, Sabtu malam, 8 November 2025.
Rangkaian Bulan Pahlawan sebenarnya sudah dimulai sejak Juni. Bukan cuma konser, tapi juga diwarnai dengan berbagai lomba. Lomba yang sudah digelar diantaranya Olimpiade Sejarah Nasional, fotografi, dan sebagainya.
Di hari penutupan acara juga diselengarakan lomba paduan suara antarsemester hingga ajang Putra Putri Sejarah yang diikuti enam peserta. “Acaranya seru banget! Antusias pesertanya tinggi, apalagi untuk lomba-lomba seni,” ungkap Ufi Saraswati, juri dari Ilmu Sejarah.
Meski Sabtu pagi sempat diguyur hujan, cuaca tak mengendurkan semangat. Begitu langit mengering, mahasiswa mulai berdatangan, menyalakan lampu ponsel, dan bersiap menikmati malam yang hangat dalam balutan musik dan semangat kepahlawanan.
Tak ada panggung megah, tak ada lampu sorot berlebihan. Tapi di tengah semangat gotong royong mahasiswa sejarah, malam itu terasa lebih dari cukup sebuah perayaan kecil tentang kebersamaan, perjuangan, dan cinta pada negeri, dalam nada-nada yang membangkitkan.




