Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang menyelenggarakan Ngaji Budaya secara daring dengan tema “Mengapa Aku Hadir di Antara Agama dan Budaya”, Kamis (29/10/2020).
Rektor UNNES Prof Fathur Rokhman dalam kesempatan tersebut mengajak umat Islam untuk beriman dan berilmu. Dengan keduanya, umat akan diberikan berbagai kemudahan. Dengan berilmu, umat berarti terus belajar. Namun, dalam proses pencarian itu, setiap orang memerlukan guru agar tidak tersesat.
Pada era banjir informasi seperti sekarang, hal itu menjadi kontekstual. Umat Islam dituntut bisa menyaring informasi yang valid dan memberikan maslahat. Ilmu juga yang akan menentukan arah seseorang, apakah akan berperilaku menyimpang ataukah menjadi pribadi yang solutif.
Selain itu, dalam konteks agama dan budaya, keduanya hadir memberikan makna bagi kehidupan sehingga tidak perlu dipertentangkan. “Agama adalah ajaran dan tuntunan, sedangkan budaya adalah perilaku,” ujar Fathur.
Ia mengapresiasi kegiatan yang diinisiasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa dan pimpinan FBS ini. Ngaji Budaya digelar dalam rangka Maulid Nabi Muhammad, Bulan Bahasa dan Seni 2020, dan Sumpah Pemuda ke-92 ini diikuti ribuan jamaah melalui Zoom dan Youtube. “Sumpah Pemuda adalah peristiwa bersejarah jauh sebelum Proklamasi. Kegiatan ini juga menjadi momentum bersama mengikrarkan diri untuk meningkatkan peran kepada lembaga dan bangsa,” katanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Madinah, Semarang, Habib Umar Al-Muthohar mengatakan, kebudayaan dijalankan oleh masyarakat secara turun-temurun. Untuk itu, antara satu daerah dengan yang lain bisa memiliki kebudayaan yang berbeda.
Pengasuh Pondok Pesantren Az Zuhri, Semarang, Gus Luqman, mengatakan orang sering mengatakan bahwa agama dan budaya adalah dua hal yang berbeda. Padahal, Gus Luqman menegaskan, keduanya memberikan makna dalam kehidupan dan bisa berjalan beriringan.
Hal itu pula yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang begitu mencintai Makkah dan Madinah dengan kebudayaannya karena dua tempat mulia tersebut merupakan tanah air baginya. “Di Nusantara ini, kita wajib bangga dan mencintai kebudayaan kita karena Nabi Muhammad pun mengajarkan nasionalisme,” ujar Gus Luqman.
Ia juga menegaskan, ajaran Islam yang dijalankan oleh masyarakat Indonesia menemukan konteks dan akulturasinya masing-masing. Gus Luqman mencontohkan, dalam upaya menutup aurat, orang Indonesia kemudian bisa menggunakan sarung, beskap, dan jarik. Penutup kepala dalam kebudayaan Indonesia pun beraneka macam, seperti blankon, iket, dan udeng. “Apakah itu bertentangan dengan syariat? Jawabannya tidak,” ujarnya.
Dekan FBS UNNES, Dr Sri Rejeki Urip menuturkan, dalam rangkaian Bulan Bahasa dan Seni, fakultas menggelar berbagai kegiatan. Di antaranya, unggahan inspiratif bagi dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa, juga pemberian penghargaan bagi alumnus yang menginspirasi. Puncak kegiatan pada 16 November mendatang.