Sebagai bagian dari lembaga, dosen memiliki kewajiban melekat untuk terus mendorong reputasi kampusnya. Reputasi kampus terbentuk bukan sekadar dari gedung dan fasilitas yang ada di dalam kampus, namun juga dari citra positif dosen.
Demikian mengemuka dalam webinar “Era Baru Reputasi Perguruan Tinggi di Masa Covid-19” yang diselenggarakan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, Jumat (5 Juni 2020). Hadir sebagai pembicara, anggota Pokja Hukum Dewan Pers yang juga Dewan pertimbangan UNNES, Drs. Jayanto Arus Adi, M.M.
Menurut Jayanto, menurut sejumlah lembaga perangkingan, UNNES menduduki peringkat teratas. Ada hal yang tidak dimiliki oleh kampus lain ketika menduduki peringkat yang sama, yaitu UNNES adalah kampus eks IKIP. “Hal itu yang menjadi kekhasan. Lembaga lainnya besar tapi bukan eks IKIP. Ini adalah kekuatan dan potensi yang mesti disadari,” ujarnya.
Untuk itu, ia mendorong agar kekhasan ini menjadi dorongan untuk mengembangkan karakter IKIP, yaitu mendidik dan memberi keteladanan. Karakter ini mesti melekat dalam diri setiap dosen sehingga terus mempromosikan tempat ia mengabdi, yaitu kampus.
Hadir dalam weninar, Dekan FBS Dr. Sri Rejeki Urip, M.Hum., Wakil Dekan I Bidang Akademik yang juga Pelaksana Tugas Wakil Rektor IV Bidang Pengembangan dan Kerja Sama Dr. Hendi Pratama, M.A., Wakil Dekan II Bidang Umum dan Keuangan Ahmad Syaifudin, M.Pd., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Eko Raharjo, M.Hum., Kepala UPT Pusat Humas Muhamad Burhanudin, M.A., dan puluhan dosen FBS UNNES.
Jayanto yang juga Litbang Koran Pelita Baru mengatakan, dalam hal menjadi agen bagi lembaganya, dosen sudah semestinya mendorong publikasi, baik dalam wilayah akademik maupun media. Media massa menjadi jembatan antara kampus dengan masyarakat. Sedangkan di media sosial, dosen perlu membangun citra positifnya yang akan menjadi representasi dari lembaga.
Menurut Hendi Pratama, kebanggan terhadap lembaga mesti tertanam dalam diri setiap dosen. Kebanggan tersebut akan menghindari sikap rendah diri di hadapan dosen dan praktisi dari kampus lain. “Reputasi perguruan tinggi ada di tangan dosen, bukan dari gedungm” ujarnya.