Semarang—Siapa sangka, di tengah sepinya pendaftar Lomba Guru Pamong tingkat nasional di UNNES, muncul satu nama yang akhirnya mengguncang panggung kompetisi: Puput Alfrianti. Guru SD Sadeng 3 ini melesat dari balik layar pendampingan PPL PPG calon guru, hingga akhirnya berdiri di panggung nasional sebagai Juara 2 Guru Pamong Tingkat Nasional, membawa nama harum PPG UNNES.
Lomba Guru Pamong tahun ini bukanlah ajang yang mudah. Hingga hari-hari terakhir, jumlah pendaftar masih bisa dihitung dengan jari. Bahkan menghadirkan para pemenang lomba tahun 2024 pun tak cukup mampu mendorong banyak guru pamong untuk bersaing. Bukan karena kurangnya antusiasme, melainkan karena beratnya tuntutan kompetisi: peserta harus memiliki dokumen lengkap pendampingan selama proses PPL PPG—dokumen panjang perjalanan yang tidak bisa dibuat dalam semalam.
Banyak gagasan besar, banyak inovasi brilian, namun tidak semua memiliki rekam jejak pendampingan yang terdokumentasi kuat. Di situlah kompetisi ini menjadi sangat selektif.
Namun dari proses yang panjang itu, nama Puput Alfrianti mulai mencuat. Dengan keyakinan tenang yang khas guru berdedikasi, ia menyusun video bukan tentang inovasi personalnya, tetapi tentang inovasi pendampingan—sebuah perspektif berbeda yang justru menjadi nilai tambahnya. Videonya bukan sekadar dokumentasi, melainkan refleksi mendalam tentang bagaimana seorang guru pamong menemani, membimbing, dan membentuk calon guru di lapangan.
Inovasi yang diusung Puput Alfrianti pun bukan sembarangan. Berangkat dari tantangan yang nyata—mahasiswa yang masih kesulitan memahami pembelajaran mendalam dan membutuhkan bimbingan terarah—ia merancang strategi pendampingan modern melalui pendekatan PINTAR dan aplikasi MENTORA.
Melalui kombinasi inovasi digital, dialog intensif, supervisi cermat, dan praktik lapangan yang terus dipantau, mahasiswa PPG yang ia dampingi akhirnya mampu:
- merancang pembelajaran bermakna,
- memecahkan masalah pembelajaran real di kelas,
- dan tampil percaya diri saat mengajar.
Hasil nyata inilah yang membuat Puput Alfrianti diakui sebagai sosok guru pamong yang tidak hanya membimbing, tetapi melahirkan calon guru yang tangguh, reflektif, dan siap menguatkan pendidikan Indonesia.
Ketika pengumuman juara disampaikan, nama Puput Alfrianti mencuat sebagai Juara 2 Nasional—prestasi yang sontak disambut meriah oleh sivitas PPG UNNES. Hadiah berupa uang dan pengalaman berharga kini ia bawa pulang, menjadi cerita inspiratif yang akan terus ia bagikan kepada siswa-siswinya dan kepada putra-putrinya di rumah.
Hebat!
Satu kata itu memang layak disematkan bagi Puput Alfrianti—guru pamong UNNES yang mengangkat kembali martabat pendampingan PPL sebagai jantung lahirnya guru-guru masa depan Indonesia.






