Pantai Plawangan terletak di Kabupaten Rembang. Kondisi pantai saat ini terjadi pencemaran sampah padat. Sampah merupakan limbah padat yang berasal dari kegiatan sehari-hari, seperti kegiatan jual beli di pasar, perkantoran, rumah, hotel, restoran, industri, sisa-sisa bahan bangunan, dan sisa-sisa logam dari kendaraan bermotor. Sampah merupakan hasil samping aktivitas manusia yang telah dimanfaatkan (Sucipto, 2012). Sampah di daerah Kabupaten Rembang berasal dari rumah tangga, industri rumahan, dan industri pabrik hingga lepas pantai karena terbawa oleh arus laut. Sampah menggunung memenuhi bibir pantai dengan jenis sampah organik maupun sampah anorganik sepanjang pantai Plawangan Kabupaten Rembang.
Gambar 1. Pantai Plawangan Rembang a).Tumpukan sampah di pinggir pantai, b) Truk pengangkut sampah di pantai
Bagaimana terjadinya proses pencemaran pantai dan air laut ?
Awal mula kejadian ini yaitu warga di daerah sekitar Pantai Plawangan di Kabupaten Rembang tidak memiliki akses pembuangan sampah selama kurang lebih 5 tahun mereka melakukan kegiatan membuang sampah di pantai plawangan juga didukung dengan kurangnya kepekaan pemerintah daerah setempat menanggulangi masalah ini, sebenarnya sudah dibuatkan tempat pembuangan sampah sementara oleh pemerintah daerah dengan ukuran 10 x 10 meter kemudian semua sampah sudah dibuang disana selang berjalannnya waktu sampah meluber hingga ke pantai .
Apakah dampak dari pencemaran pantai dan air laut?
Wilayah pantai beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah skala besar yang disebut TPA, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tahap akhir dari proses pengolahan sampah dimana sampah hasil pengumpulan atau pengangkutan dan sisahasilproses daur ulangdi suatu kawasan atau jalan kota dikumpulkan untuk dikelola. Oleh karena itu, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) harus dikelola dengan baik agar sampah yang terkumpul dapat dikelola dengan baik dan tidak mencemari lingkungan. Lokasi pembuangan akhir harus dipersiapkan dengan baik, termasuk pemilihan lokasi pembuangan yang memenuhi kriteria yang ditetapkan dengan mempertimbangkan karakteristik lokasi, termasuk penggunaan lahan, topografi fisik dan aktivitas, untuk meminimalkan dampak terhadap lingkungan sekitar. Kemudian banyak orang yang jatuh sakit akibat lingkungan tersebut seperti diare pada hampir semua rentan umur disebabkan Bakteri Escheria coli ada juga mengalami gagal ginjal khususnya orang dewasa disebabkan bakteri Vibrio cholerae dan terkena demam pada anak anak balita disebabkan Bakteri Salmonella typhimurium.
Bagaimana upaya mengatasi pencemaran pantai dan air laut ?
Sebuah upaya yang memerlukan dukungan pembersihan pesisir merupakan upaya proaktif faktor sosial, saat ini, pengolahan limbah di Indonesia dilakukan dengan banyak cara (Menlh, 2015) inilah yang harus saya katakan: Transportasi dan penyimpanan TPA menyumbang 69% memindahkan sampah dari tempat semula ke tempat pembuangan akhir; Kubur 10% memakai peran Bakteri Bacillus,Clostridium,Azotobcter; Daur ulang merubah tekstur sampah dari padat menjadi abu menghasilkan karbon dioksida (CO2) dari reaksi pembakaran dan kompos 7% menggunakan Rhodopsuedomonas, Lactobacillus, Saccaromyces dan Actinomycetes; dibakar 5%; tidak ada manajemen 7% dibantu oleh Bakteri Bacillus cereus, Bacillus brevis, Bacillus subtilis,Bacillus amylolyticus. Beberapa metode yang digunakan untuk mengatasi masalah sampah pada kehidupan sehari-hari seperti diserahkan ke TPA yang berbadan hukum seperti milik pemerintah untuk dimusnahkan atau digunakan kembali dengan nilai dan mutu yang lebih berguna, dimusnahkan dengan cara dikubur, dalam tanah dengan sampah organik supaya bisa diproses oleh mikroba dalam tanah sebagai dekomposer atau pengurai badan di bantu dengan organisme cacing di dalam tanah, lalu ada daur ulang dan kompos dalam hal ini memanfaatkan limbah menjadi bahan yang lebih berguna untuk kehidupan baik segi fungsional, struktural, dan nilai jual bahan tersebut seperti membuat kalung dari cangkang kerang dan gantungan kunci dari biota laut serta kompos sebagai pembuatan pupuk bagi tanaman khususnya limbah organik, cara lain yaitu dengan dibakar dalam hal ini menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) di udaradan limbah yangdibakar akan menjadi abu sehinggamudah untuk dimusnahkan cara terakhir yaitu dibiarkan saja dalam hal ini menggunakan mikroba sebagai pengurai limbah.
Adakah bakteri patogen pada sampah?
Terdapat bakteri Escherichia coli pada sampah. Bakteri ini bersifat patogen penyebab diare pada manusia dan hewan. Diduga bakteri Escherichia di pantai berasal dari kotoran manusia atau hewan hidup bercampur dengan sampah. Kehadiran bakteri tersebut di dalam air merupakan suatu pertanda bahwa air tersebut terkontaminasi oleh kotoran manusia atau kotoran organisme hidup. Sebuah tanda bahwa air di sekitar pantai telah terkontaminasi. Bontong et al., (2011) mengatakan: tipe Enterobacter dan Escherichia disebut kelompok Bakteri Coliform merupakan indikator internal toilet. Salah satu spesies dari genus ini ialah E. coli selain dapat menyebabkan gangguan saluran pencernaan berupa diare atau sering juga disebut sebagai pengantar diare, dapat juga menyebabkan terjadinya sindrom uremik hemolitik, gagal ginjal bahkan kematian. Diduga adanya Bakteri Vibrio di pantai berasal dari kotoran manusia. Menurut Arnia dkk Citizen (2013), banyak Vibrio cholerae ditemukan pada permukaan air yang terkontaminasi dengan kotoran, sehingga menularkan penyakit. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya air, makanan,dan sanitasi. Dengan tempat pembuangan sampah yang dipenuhi sampah dan membiarkannya terbuka menyebabkan lindi produk tidak dapat dikontrol sehingga menimbulkan bau, terjadi pencemaran tana,h dan air permukaan. Selain itu, di dalam air laut yang tercemar juga diketahui adanya bakteri Vibrio sp. yang berasal dari bangkai ikan. Hal ini dikonfirmasi melalui hasil penelitian Ilmuwan dkk., (2012). Bakteri dari Genus Salmonella juga ditemukan di kedua lokasi, di tempat pembuangan sampah dan di pantai. Di tempat pembuangan sampah, diduga ada bakteri ini yang berasal dari kotoran hewan dan manusia bercampur dengan sampah di lokasi. Sumber Salmonella ditularkan melalui kotoran hewan dan manusia. Meskipun bakteri ditemukan di dalam saluran pencernaan, tetapi bakteri Salmonella juga banyak ditemukan di lingkungan misalnya pada sampah dan bahan-bahan yang berhubungan dengan polusi kotoran, kemungkinan besar juga ada di area peternakan seperti hewan: sapi, domba, kambing, babi, dan unggas pada ikan dari perairan yang tercemar. Jika menelan dan masuk ke dalam tubuh menyebabkan gejala yang disebut salmonellosis atau demam tifoid, yang merupakan penyakit sistemik akut yang.disebabkan oleh bakteri Salmonella typhimurium (Susanti dkk., 2012).
Daftar Pustaka
Rahmatullah, I. (2023). Pelatihan Implementasi Pemilahan Sampah Plastik Di SDN 001 Samarinda Utara. Jurnal Pengabdian Kreativitas Pendidikan Mahakam (JPKPM), 3(1), 124-126.
Putri, Y. P. (2018). Identifikasi Bakteri pada Tubuh Lalat Rumah (Musca Domestica Linn.) di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) dan Pasar. Jurnal Biota, 4(1), 29-35.
Pattiasina, M. K., Tondobala, L., & Lakat, R. (2018). Analisis pemilihan lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) berbasis geography information system (GIS) di Kota Tomohon. Spasial, 5(3), 449-460.
Yuliadi, L. P. S. (2017). Optimalisasi pengelolaan sampah pesisir untuk mendukung kebersihan lingkungan dalam upaya mengurangi sampah plastik dan penyelamatan pantai pangandaran. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1).
BIODATA PENULIS
Abdillah Kafabihi adalah nama penulis artikel ini, Lahir di Desa Pamotan, Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang Jawa Tengah pada tanggal 30 Agustus 2004. Penulis menempuh Pendidikan mulai dari SD N 1 PAMOTAN (lulus tahun 2017) melanjutkan ke SMP N 1 PAMOTAN (lulus tahun 2020) dan SMA N 1 PAMOTAN (lulus tahun 2023), sekarang menempuh perkuliahan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Prodi Kimia Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang (UNNES) Kota Semarang. Penulis juga aktif di organisasi, sejak SMP hingga sekarang, mulai dari Sekbid OSIS SMP, lalu menjadi sekertaris OSIS SMA hingga menjadi alumni Sekolah Kader Bangsa Badan Eksekutif Mahasiswa Kelurga Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (SKB BEM KM UNNES) generasi 15. Penulis dalam kegiatan lomba mewakili KSN Kimia Tingkat Kabupaten pada masa SMA dan mewakili perlombaan SAKA WIRA KARTIKA dan mendapat juara 2 cabang lomba pionering Tingkat kwarcab Rembang Penulis juga mendapatkan pararel 1 dalam kelulusan sekolah pada SMA serta sebagai lulusan terbaik dari sekolahnya dalam masa SMA. Kelebihan yang dimiliki penulis yaitu mampu menyanyi bergenre pop dihadapan orang banyak dan pernah tampil pada acara GBK (Gebyar Bulan Kimia) tahun 2023 yang diselenggarakan oleh prodi Kimia FMIPA UNNES dalam lingkup Prodi penulis juga aktif sebagai komandan tingkat Rombel Kimia A angkatan 2023 dan sekaligus sebagai penanggung jawab semua mata kuliah di rombel serta dalam Masyarakat penulis juga masih aktif dalam organisasi Dewan Kerja Rating sebagai sekertaris kwartir ranting Pamotan, Kwarcab Rembang, Kwarda Jawa Tengah.