Sebagai upaya menciptakan suasana akademik yang semakin berkualitas dan bereputasi internasional, Senin (11/12/2023) Prodi Fisika FMIPA UNNES menyelenggarakan UNNES Physics Talk seri ke-5 yang dikemas dalam kuliah pakar internasional. Kuliah yang diselenggarakan di Aula Pertemuan Prodi, Gedung D7 Lantai 3 menghadirkan Prof. Dr. Franck Lavigne, peneliti dari University Paris 1 Pantheon-Sarbonne, Perancis dengan mengetengahkan tema “Geomorphological and Social Impact of the 1257 CE Eruption of Mount Salamas in Lombok”. Acara yang dimoderatori oleh dosen geofisika Fisika FMIPA UNNES, Dr. M. Aryono Adhi, M.Si. ini bercerita tentang dampak geomorfologi serta sosial dari letusan gunung berapi Gunung Salamas pada tahun 1257 Masehi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kegiatan ini dihadiri oleh pakar dan ahli dalam bidang geologi, geofisika, dan fisika di Prodi Fisika FMIPA UNNES, serta para mahasiswa baik dari Prodi Fisika maupun prodi lain yang tertarik dalam studi fenomena letusan gunung berapi.
Koordinator Program Studi Fisika FMIPA UNNES, Prof. Dr. Masturi, M.Si. dalam sambutannya menyampaikan pentingnya kegiatan ilmiah yang mencerminkan suasana akademik di Prodi Fisika melalui kegiatan semacam seminar, kuliah umum, serta kuliah pakar, lebih-lebih dengan menghadirkan pakar yang bereputasi dunia. Kehadiran Prof Franck Lavigne dari University Paris 1 Pantheon-Sarbonne, Perancis yang memiliki peringkat 35 dunia by subject diharapkan dapat memberikan variasi dan menaikkan level penelitian civitas akademika Prodi Fisika UNNES. Selain itu, menurut Prof Masturi, dengan dihadirkannya para pakar dari berbagai institusi, baik dalam maupun luar negeri, diharapkan akan semakin menaikkan kualitas kegiatan tridharma di Prodi Fisika, serta akan semakin mengibarkan reputasi UNNES ke seluruh penjuru Indonesia dan dunia.
Sementara itu, dalam paparannya, Prof. Franck Lavigne menggambarkan konteks sejarah dan karakteristik letusan pada tahun 1257 Masehi yang terjadi pada Gunung Salamas di NTB. Profesor dari Perancis yang sudah hampir 30 tahun melakukan penelitian kegunungapian dan kebencanaan di Indonesia ini menggambarkan berdasarkan kandungan sulfat yang ditemukan adanya letusan yang sangat dahsyat di sekitar tahun 1257 M dan diyakini letusan itu adalah sebuah letusan di Gunung Salamas tersebut. Dipaparkan pula informasi tentang perubahan geomorfologi di wilayah sekitar Gunung Salamas serta dampak sosial yang telah terjadi akibat letusan tersebut.
Selain membahas dampak langsung letusan gunung berapi, perbincangan juga meluas ke pemaparan berbagai aspek terkait struktur geologi yang mempengaruhi terjadinya letusan gunung berapi. Prof. Dr. Fanck Lavigne membahas bagaimana pengetahuan tentang struktur bumi dapat memberikan gambaran yang lebih baik mengenai potensi letusan gunung berapi dan dampaknya terhadap lingkungan serta masyarakat sekitar. Diskusi yang terjadi dengan para peserta meliputi penjelasan tentang lempeng tektonik yang bergerak, perubahan kerak bumi, serta aktivitas magma di bawah permukaan bumi yang menjadi faktor penting dalam memahami mekanisme letusan gunung berapi. Selain itu, bahasan juga menyertakan dampak sosial dari pengetahuan tentang struktur bumi ini, seperti penguasaan lahan, pola permukiman, dan evakuasi dalam situasi darurat.
Melalui pemahaman mendalam tentang struktur bumi selama erupsi gunung berapi, para peserta diharapkan dapat menggali pemahaman yang lebih komprehensif tentang bagaimana interaksi antara komponen geologi dan kehidupan sosial manusia memengaruhi dampak dari erupsi gunung berapi, serta relevansinya dalam mitigasi bencana dan perencanaan keberlanjutan di masa mendatang.