Masyarakat Desa Ngesrepbalong Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal selama ini telah melakukan kegiatan konservasi anggrek langka dari Gunung Ungaran. Kegiatan tersebut dilakukan dengan mendirikan Omah Anggrek yang di dalamnya dipelihara 26 jenis anggrek langka. Jenis-jenis anggrek tersebut mempunyai nilai tinggi ditinjau dari segi ekonomi dan kekayaan keanekaragaman hayati. Pada tahun 2022 sembilan jenis anggrek yang dipelihara mati dan belum dapat dikembangbiakan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya perkembangbiakan anggrek-anggrek lain agar tidak punah.
Pengembangbiakan anggrek dapat dilakukan secara efisien menggunakan biji melalui kultur jaringan. Teknologi kultur jaringan adalah teknik menumbuhkembangkan bagian tumbuhan tertentu dalam kondisi steril, antara lain untuk memperoleh tumbuhan baru yang sehat. Oleh karena itu kultur jaringan harus dilakukan di dalam ruang laboratorium tertutup dengan alat-alat yang dapat membuat kondisi steril. Namun demikian, laboratorium kultur jaringan tidak selalu menuntut ruang dan alat-alat yang canggih dan mahal karena dapat dibuat dalam skala sederhana.
Hal inilah yang mendorong Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Negeri Semarang (UNNES) mengembangkan laboratorium kultur jaringan anggrek (KJA) skala sederhana di Desa Ngesrepbalong. Kegiatan ini dibuka pada tanggal 19 Agustus 2023 oleh ketua tim, yaitu Prof. Dr. Enni Suwarsi Rahayu, M.Si. yang mengharapkan laboratorium ini dapat difungsikan dan mendukung aktivitas pelestarian anggrek di Desa Ngesrepbalong.
Kegiatan pengabdian dilakukan dalam tiga tahap. Pertama, penyuluhan tentang karakteristik dan manfaat laboratorium KJA oleh anggota tim Dr. Y. Ulung Anggraito, M.Si. Kedua, pelatihan teknik pengelolaan laboratorium KJA yang dipandu oleh Aida Raesa Amalia, S.Si. Tahap ketiga adalah pengembangan laboratorium KJA skala sederhana yang dikoordinir oleh Dr. Rini Kusumawardani, S.T., M.T., M.Sc., Sriyadi, S.Pd, dan para mahasiswa Program Studi Biologi FMIPA UNNES. Kegiatan dilakukan di rumah koordinator lembaga sosial Omah Sawah, yaitu mas Simon di Dusun Gempol Desa Ngesrepbalong. Pelatihan diikuti oleh 10 orang aktivis pelestari lingkungan dari desa setempat.
Laboratorium KJA skala sederhana dikembangkan dari satu ruang berukuran 3 m x 3 m yang kemudian disekat menjadi dua bagian. Bagian pertama dimanfaatkan sebagai ruang persiapan, sedangkan bagian kedua sebagai ruang steril untuk ruang tanam dan inkubasi atau pemeliharaan kultur. Ada 21 unit alat dan bahan yang disumbangkan untuk melengkapi laboratorium skala sederhana itu, antara lain enkas sebagai tempat menanam kultur, rak kultur untuk menyimpan botol kultur, panci presto sebagai alat sterilisasi, alat-alat memasak media, alat-alat tanam, botol kultur, indikator pH, termohigrometer, alkohol, dan bahan-bahan media. Pelatihan dan pengembangan laboratorium KJA tersebut difasilitasi oleh dana dari Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) LPPM UNNES Nomor DPA 023.17.2.690645/2023.10 REV 2.
Kegiatan pelatihan dan pengembangan laboratorium dibuka oleh Kepala Desa Ngesrepbalong, Bapak Riyono. Dalam sambutannya kepala desa menyambut baik adanya laboratorium KJA karena selain memfasilitasi pelestarian anggrek asli Gunung Ungaran juga dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman lain yang banyak diminati masyarakat dan laku dijual. Hal ini mendukung program pengembangan wisata yang sedang digalakkan di Desa Ngesrepbalong.
Apresiasi juga disampaikan oleh koordinator Omah Sawah yang menyatakan “Saya senang, karena ini salah satu mimpi saya dan teman-teman. Bagi pemikiran orang awam laboratorium itu pasti berisikan barang-barang yang mahal dan dimiliki oleh institusi yang khusus, tetapi ternyata laboratorium itu dapat dibuat secara sederhana dan tidak sesulit yang dibayangkan”. Beliau berharap kegiatan ini dapat berjalan terus, masyarakat juga dapat mengembangbiakan komoditas tanaman lain misalnya tanaman holtikultura, seperti kentang, pisang, dan sebagainya. Berkait dengan anggrek, adanya laboratorium KJA dapat menyelamatkan anggrek spesies dari Gunung Ungaran agar tidak punah.
Masyarakat peserta pelatihan sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Mereka menyatakan bahwa teknik KJA merupakan teknik baru yang belum mereka kenal sebelumnya. Mereka bangga mendapat kesempatan untuk memperoleh keterampilan mengecambahkan biji anggrek yang sangat bermanfaat. Mereka juga berjanji akan menggunakan laboratorium KJA untuk membantu program pelestarian anggrek langka. Selain itu, menurut mereka laboratorium KJA akan melengkapi program eduwisata dan ekowisata yang sedang dikembangkan di Desa Ngesrepbalong.