Program Studi Ilmu Sejarah menggelar kegiatan History On Screen, pemutaran film pendek drama sejarah karya mahasiswa, di Rumah Po Han, Kota Lama Semarang, Jumat pekan lalu. Kegiatan ini dihadiri sekitar seratus orang yang terdiri dari mahasiswa dan masyarakat umum.
History On Screen menjadi ruang temu antara dunia akademik dan publik melalui medium film. Dosen Sejarah Publik Ilmu Sejarah, Bambang Rakhmanto, menyebut pemutaran film ini sebagai bentuk hilirisasi pembelajaran di kelas.
Menurutnya, film merupakan media yang dekat dengan masyarakat sehingga efektif untuk memperkenalkan sejarah kepada khalayak yang lebih luas.“Melalui film, sejarah tidak hanya dibaca, tetapi juga dirasakan. Ini cara agar publik lebih mudah mengenal sejarah bangsanya,” ujar Bambang.
Apresiasi juga datang dari Titiek Suliyati, pensiunan dosen Ilmu Sejarah. Ia menyampaikan selamat kepada Program Studi Ilmu Sejarah UNNES atas karya-karya mahasiswa yang dinilainya memiliki kualitas cerita dan keberanian tema. “Film-filmnya bagus dan menyentuh,” ujarnya.
Dua film drama sejarah diputar dalam kegiatan ini, yakni Napak dan Methuk. Film Napak, disutradarai oleh Shelly, mengisahkan seorang pekerja asal Jawa yang merantau ke Sumatra untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Alih-alih menemukan kesejahteraan, ia justru berhadapan dengan diskriminasi yang datang dari sesama anak bangsa.
Shelly menghadirkan isu diskriminasi secara subtil melalui gestur, tatapan, dan bahasa yang merendahkan. Ia menegaskan bahwa persoalan integrasi sosial dan perbedaan suku, yang seharusnya menjadi kekayaan, masih menyisakan luka panjang sejak masa kolonial hingga kini.
Sementara itu, Methuk karya Abrar Rizq Ramadhan membawa penonton ke Pemalang pada tahun 1943, di masa pendudukan Jepang. Film ini menyoroti praktik penipuan sistematis terhadap perempuan desa yang direkrut sebagai Jugun Ianfu.
Tanpa mengeksploitasi kekerasan, Methuk mengungkap bagaimana penindasan bekerja melalui kebohongan dan keterlibatan struktur kekuasaan lokal.“Perempuan sering kali disisihkan dari panggung sejarah utama,” ujar Abrar, menegaskan pentingnya menghadirkan perspektif yang selama ini terpinggirkan.
Melalui History On Screen, mahasiswa Ilmu Sejarah UNNES menunjukkan bahwa sejarah dapat disampaikan dengan cara yang reflektif, kritis, dan relevan dengan persoalan sosial masa kini.




