Semarang, 2 Oktober 2025 – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Negeri Semarang (UNNES) menjadi tuan rumah Studium General dalam rangka Musyawarah Nasional Asosiasi Profesi Pendidik dan Peneliti Sosiologi Indonesia (AP3SI). Mengusung tema “Guru dan Gen Alpha: Menakar Tantangan Pendidikan Masa Depan”, acara yang berlangsung di Aula Gedung C7 Lantai 3 FISIP UNNES ini menghadirkan dua narasumber inspiratif, yaitu Prof. Dr. Elly Malihah, M.Si. dari Universitas Pendidikan Indonesia, serta Endah Septiani, S.Pd., M.Pd. Sejumlah akademisi, mahasiswa, dan praktisi pendidikan hadir untuk mendalami peran guru dalam menjawab dinamika pendidikan di era generasi digital.
Dalam paparannya, Prof. Elly Malihah menekankan pentingnya membekali calon sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi dengan kompetensi akademik, pedagogik, serta soft skill yang kuat agar mampu berdaya saing. “Keunggulan utama seorang sarjana Sosiologi dan Antropologi terletak pada kemampuan menganalisis fenomena sosial-budaya secara kritis, sekaligus menghubungkannya dengan realitas pembelajaran di masyarakat,” jelasnya. Ia juga menekankan bahwa lulusan perlu menguasai metodologi penelitian, mengembangkan inovasi pembelajaran berbasis digital, serta membangun jejaring profesional agar relevan dengan kebutuhan zaman.

Sementara itu, Endah Septiani menyoroti karakter Gen Alpha sebagai calon murid masa depan yang lahir dalam ekosistem digital. Ia menegaskan bahwa guru tidak cukup menjadi pengajar, tetapi juga berperan sebagai coach dan teladan. “Guru masa depan tidak bisa hanya mengandalkan buku teks. Murid Gen Alpha membutuhkan guru yang mampu menjadi kompas di tengah derasnya arus perubahan. Dan kompas itu bisa jadi ada di tangan Anda semua,” ujarnya penuh semangat. Menurutnya, disrupsi teknologi, kesenjangan digital, dan tantangan sosial-emosional Gen Alpha menuntut guru untuk adaptif, humanis, serta cakap memanfaatkan teknologi sebagai mitra pengajaran, bukan ancaman.
Acara ini menegaskan urgensi membangun paradigma baru pendidikan yang tidak hanya menyiapkan pekerjaan, tetapi juga membentuk peradaban. Sinergi antara dosen, mahasiswa, dan praktisi pendidikan dalam forum ini diharapkan mampu melahirkan strategi inovatif untuk menghadapi era pendidikan yang semakin kompleks. Dengan hadirnya AP3SI sebagai wadah profesional, diskusi akademik semacam ini menjadi langkah penting untuk melahirkan pendidik yang berdaya saing global sekaligus berpijak pada nilai-nilai kebangsaan.
Kegiatan ini juga sejalan dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya Tujuan 4: Pendidikan Berkualitas, dengan mendorong penguatan kompetensi guru dalam menghadapi generasi masa depan yang berbasis digital. Selain itu, kolaborasi akademisi lintas universitas dan asosiasi profesi mencerminkan Tujuan 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan, di mana kerja sama lintas lembaga menjadi kunci dalam menghadirkan pendidikan yang relevan, inklusif, dan berkelanjutan. Dengan begitu, kegiatan ini bukan hanya forum akademik, melainkan juga kontribusi nyata terhadap agenda pembangunan global.










