Semarang, 23 September 2025 – Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Negeri Semarang (UNNES) menyelenggarakan Visiting Lecture dengan tema “Mengurai Dominasi Politik dalam Konstruksi Sejarah Indonesia” pada Selasa (23/9) di Aula Gedung C7 Lantai 3 FISIP UNNES. Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber berkelas internasional, yaitu Prof. Bilveer Singh, M.A., Ph.D., Associate Professor dari Department of Political Science National University of Singapore (NUS) yang membawakan materi “Indonesia Modern History and the Future of Democracy”, serta Dr. Tsabit Azinar Ahmad, S.Pd., M.Pd., dosen Pendidikan Sejarah FISIP UNNES yang menyampaikan materi “Politics of Reconciliation and Democratization in Indonesian Historiography”.
Dalam pemaparannya, Prof. Bilveer Singh menyoroti perjalanan sejarah Indonesia modern yang sarat dengan dinamika politik, mulai dari kolonialisme hingga proses transisi demokrasi. Ia menekankan pentingnya kesadaran kritis dalam memahami sejarah agar generasi muda mampu membaca pola kekuasaan dan menumbuhkan demokrasi yang sehat di masa depan. Sementara itu, Dr. Tsabit Azinar Ahmad mengupas bagaimana politik rekonsiliasi dan proses demokratisasi membentuk penulisan sejarah Indonesia. Ia menekankan bahwa sejarah tidak boleh sekadar menjadi catatan masa lalu, tetapi harus dihidupkan kembali dalam konteks pembangunan bangsa yang demokratis dan inklusif.
Acara ini dihadiri oleh mahasiswa, dosen, serta akademisi dari berbagai disiplin ilmu yang antusias berdiskusi tentang keterkaitan sejarah dan politik. Melalui forum akademik ini, mahasiswa diajak untuk berpikir kritis, tidak hanya menerima narasi sejarah secara pasif, tetapi juga memahami konstruksi sejarah yang dipengaruhi oleh dominasi politik dan kekuasaan. Kehadiran narasumber internasional memberikan wawasan baru mengenai posisi Indonesia dalam peta politik dan demokrasi global, sekaligus memperkaya perspektif akademik mahasiswa Pendidikan Sejarah UNNES.
Kegiatan Visiting Lecture ini memiliki relevansi yang erat dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Dengan memperkuat pendidikan sejarah yang kritis dan kontekstual, kegiatan ini mendukung SDG 4: Pendidikan Berkualitas, karena memberikan pengalaman belajar yang memperluas wawasan dan kemampuan analitis mahasiswa. Diskusi tentang rekonsiliasi dan demokratisasi juga selaras dengan SDG 16: Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh, karena mendorong terciptanya masyarakat yang inklusif, adil, serta berkeadilan sosial melalui pemahaman sejarah yang lebih objektif.
Lebih jauh, kehadiran Prof. Bilveer Singh dari NUS memperkuat jejaring akademik internasional UNNES, sejalan dengan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Kolaborasi lintas negara dalam forum ilmiah ini membuka peluang untuk memperkaya kajian sejarah Indonesia sekaligus memperkuat posisi UNNES sebagai universitas berdaya saing global yang berkomitmen pada pengembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan berkelanjutan.













