Program Studi S3 Pendidikan IPS resmi mengantongi sertifikat akreditasi internasional dari lembaga Agency for Quality Assurance through Accreditation of Study Programmes (AQAS). Pemberian Sertifikat diserahkan Kepala Kantor Penjaminan Mutu UNNES Prof. Rudi Hartono disaksikan Rektor UNNES S. Martono.
Namun, status yang diraih UNNES masih bersifat bersyarat. “Perlu beberapa perbaikan dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, sehingga nantinya bisa menjadi unconditional atau penuh,” kata Prof. Rudi Hartono, menirukan catatan tim AQAS, awal pekan lalu di Gedung Rektorat UNNES, Sekaran, Gunungpati, Semarang.
Akreditasi berlaku hingga 30 September 2031, dengan status conditional. Artinya, Unnes masih diminta menuntaskan sejumlah perbaikan sebelum 2026.
Kelengkapan yang harus dipenuhi disempaikan lewat surat elektronik dari Annette Büning, konsultan AQAS, kepada Rektor UNNES, Prof. Martono. Dalam surat bertanggal 8 September 2025 itu, AQAS menyatakan program doktoral S3 Pendidikan IPS “essentially complies” dengan standar mutu Eropa (ESG) dan kerangka kualifikasi Eropa (EQF).
Syarat yang diminta antara lain memperjelas pendekatan multidisiplin dalam kurikulum, memperinci jadwal pelatihan bahasa Inggris, menjelaskan skema beasiswa UNNES untuk mahasiswa program doktor, hingga membuka opsi magang di luar jalur pendidikan guru. AQAS memberi tenggat waktu hingga 30 September 2026 bagi UNNES untuk memenuhi seluruh syarat.
Meski begitu, pengakuan internasional ini tetap dianggap sebagai pencapaian penting. Dekan FISIP UNNES menyambut kabar ini sebagai pintu bagi internasionalisasi kampus. “Ini adalah pengakuan global bahwa standar akademik kita telah sejalan dengan European Higher Education Area,” ujarnya.
Hasil penilaian AQAS juga akan dipublikasikan di laman resmi lembaga itu dan didaftarkan dalam basis data pendidikan tinggi Eropa, DEQAR. Sertifikat digital dan logo resmi AQAS dapat digunakan UNNES untuk kepentingan promosi akademik.
Bagi UNNES, status baru ini sekaligus tantangan. Jika syarat tak dipenuhi, akreditasi bisa ditarik kembali. Namun jika sukses, universitas di Semarang itu akan menjadi salah satu kampus rujukan internasional di bidang pendidikan ilmu sosial.




