Manusia Bumi adalah Manusia Plastik

Universitas Negeri Semarang > FEB UNNES > Gagasan > Manusia Bumi adalah Manusia Plastik

22 April adalah momentum berharga bagi bumi untuk mengistirahatkan diri. Pasalnya tanpa kita sadari, ternyata sudah 4,543 miliar tahun bumi telah menghidupi manusia melalui sumber keanekaragaman hayati. Yah setidaknya dari 365 hari terdapat satu waktu dimana sekali saja manusia memenuhi apa yang diinginkan oleh bumi. Sebagai manusia, bisa kita lihat bahwa bumi mengirimkan pesannya melalui anomali perubahan iklim yang perlahan mulai terjadi. Cuaca ekstrem sebenarnya merupakan fenomena alam tidak lazim sekaligus himbauan keras dari bumi. Manusia tidak berhak protes atau bahkan mengutuk alam, sebab perihal ini adalah akibat keserakahan dari kaumnya sendiri. Terlalu banyak kerusakan yang ditimbulkan tanpa memikirkan kondisi lingkungan demi masa depan generasi berikutnya. Limbah beracun disertai uapan kimia hasil olahan pabrik yang buruk, kepulan gas-asap yang menyebabkan udara semakin teruk, tumpahan minyak bahkan kebocoran pipa gas telah menggerus habitat hewan secara perlahan, pembalakan liar hutan jutaan hektar yang tidak disertai penghijauan lahan, ekspansi masal nikel-batu bara tanpa bernegosiasi dengan alam, serta menormalisasi penggunaan plastik dalam keseharian.

Manusia dan plastik menjadi kesatuan utuh dalam kehidupan sehari-hari. Jika ada yang mengatakan bahwa keberadaan plastik merupakan sebuah anugerah, agaknya perlu diluruskan lagi. Mengutip Science History Institute, J.W. Hyatt menemukan polimer sintetik pertama di tahun 1869, yang kemudian diolah bersama selulosa serat kapas dan kapur barus menjadi plastik dengan berbagai bentuk. Penemuan benda ini membentuk revolusi masyarakat baru. Manusia berbondong berburu plastik yang dapat digunakan sebagai pembungkus barang maupun untuk mengemas hasil produk-produk tertentu.

Data World Population Review menunjukkan, jumlah penduduk dunia per 28 Februari 2024 telah mencapai 8,09 miliar jiwa. Seandainya satu orang memanfaatkan tiga plastik per hari, maka alam dan bumi harus saling bekerjasama untuk menguraikan 24,27 miliar sampah plastik.  Perihal ini belum termasuk produksi plastik yang berasal dari sejumlah pabrik dan industri tertentu, belum lagi sampah plastik yang bersumber dari rumah, apartemen, perkantoran, sekolah serta instansi-instansi lainnya. Jadi seyogyanya dalam sehari bumi kita sudah mengurai berapa miliar plastik ?!. Padahal penggunaan plastik itu sendiri menghasilkan limbah yang memproduksi zat karsigonetik penyebab kanker paru-paru, kanker prostat, kanker testis dan kanker payudara. Kemudian refleksi selanjutnya, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengurai sampah plastik? melansir laman human initiative, satu kantong plastik membutuhkan waktu 10-20 tahun untuk terurai. Sementara satu sampah botol plastik dapat terurai dengan waktu 50-80 tahun, dan kotak stryfoam yang biasa digunakan sebagai wadah pembungkus makanan tidak dapat terurai. Baiklah sampai sini bisa kita simpulkan bahwa manusia bumi adalah manusia plastik.

Jika ingin disebut sebagai manusia bumi yang utuh, sudah seyogyanya bagi kita membangun kebiasaan yang menyenangkan bagi bumi minimal dengan mengkampanyekan diet plastik. Tidak perlu terburu-buru untuk mengganti semua perabotan rumah dengan kayu, besi atau baja, minimal kita kurangi pemakaian kantong plastik (kresek) sekali pakai. Kita dapat menggantinya dengan menyediakan goodie bag berbagai ukuran. Pembeliannya cukup dilakukan sekali dengan manfaat penggunaan seumur hidup. Kata penutup yang ingin penulis uraikan adalah, “Tanah, Air, Udara, tiga perpaduan unsur sempurna. Bilamana dijaga, maka menjaga pula mereka. Jika hilang kemurniannya, siapa yang akan menanggung tersangka?!”.

Kilas Balik Asal-Muasal Hari Bumi

Merujuk halaman earthday.org, manusia mulai merayakan hari bumi sejak 1970 melalui seorang senator Wisconsin Amerika Serikat, Gaylord Nelson. Gagasan Nelson bermula dari buku karya Rachel Carson yang berjudul Silent Spring –1962yang menguraikan tentangekspolitasi kaum kapitalis terhadap alam, terutama penggunaan bahan kimia pertanian secara berlebihan yang telah mencemari sungai, merusak populasi burung dan hewan, serta menyebabkan masalah kesehatan bagi manusia. Nelson mengemukakan gagasan terkait hari bumi dalam konferensi musim gugur di Seattle pada tahun 1969. Dia mengungkapkan kekhawatirannya terhadap lingkungan hidup di Amerika Serikat, terutama setelah melihat kerusakan yang timbul akibat tumpahan minyak secara luas di Santa Barbara, California. Kemudian terinspirasi dari gerakan mahasiswa antiperang Vietnam di lingkungan kampus-kampus Amerika Serikat, Nelson mulai menyuarakan lantang bahwa publik perlu menyadari isu-isu kerusakan lingkungan. Lantas di saat yang sama, Nelson mengajak anggota Kongres Partai Publik, McCloskey, dan aktivis muda Denis Haves untuk mempromosikan sekaligus membangun koneksi dengan berbagai organisasi, hingga melakukan ragam pengajaran di kampu-kampus. Bentuk propaganda Nelson ini pun menuai reaksi positif dari masyarakat luas, hingga berujung aksi demo massif ribuan universitas terkait kerusakan lingkungan pada 22 April 1970. Sekitar 20 juta orang turun secara massal di sejumlah kota di Amerika Serikat, seperti Philadelpia, Chicago, Los Angeles, New York dan Wahington D.C.  Walhasil, pemerintah setempat mengesahkan undang-undang (UU) penting terkait lingkungan diantaranya UU udara bersih, UU peningkatan kualitas air, UU spesies langka, UU pengendalian zat beracu, UU pertambangan permukaan dan reklamasi; Serta membentuk badan perlindungan lingkungan Amerika (the US Enviromental Protection Agency / EPA ).

Penulis: Irnin Miladdyan Airyq, S.M., M.Si.

Leave a Reply

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: