Universitas Negeri Semarang (UNNES) menggelar kegiatan Tawu Sendang, UNNES Peduli Sendang sebagai wujud komitmen kampus dalam menjaga kelestarian sumber daya alam pada Rabu (03/12/2025). Acara yang berlangsung di Asrama Putri, Jalan Ampel Gading Raya, Kalisegoro, ini dipimpin langsung oleh Rektor UNNES, Prof. Dr. S. Martono, M.Si., dan dihadiri jajaran pimpinan universitas, perangkat daerah, serta tokoh masyarakat.
Acara dibuka dengan doa bersama yang dipimpin oleh Baidhowi, S.Ag., M.Ag., lalu dilanjutkan dengan laporan kegiatan dari Direktur Umum dan SDM UNNES, Mohammad Khoiruddin, S.E., M.Si. Setelah itu, Rektor UNNES menyampaikan sambutan yang menegaskan pentingnya merawat sumber daya air sebagai bagian dari identitas konservasi universitas.
“Air adalah sumber kehidupan. Manusia harus bersahabat dengan alam, termasuk dengan air yang setiap hari kita manfaatkan. Jika kita memberikan jalan yang baik, bersih, dan layak bagi air untuk mengalir, maka air akan kembali memberi kebaikan bagi kita,” ujar Prof. S. Martono usai prosesi Tawu Sendang Alit.
Sendang Alit, Sumber Air yang Menyimpan Jejak Abad ke-15
Sendang Alit yang terletak di tepi Sungai Sekargading memiliki nilai penting bagi masyarakat Sekaran. Sebelum hadirnya infrastruktur air modern, sendang ini menjadi penopang kebutuhan harian warga. Mulai dari mengambil air minum, memasak, mandi, hingga memberi minum ternak. Aktivitas di sendang menjadi ruang interaksi sosial yang mempererat hubungan antarwarga.
Lebih jauh, sendang ini menyimpan kisah historis yang dipercaya berasal dari abad ke-15. Tradisi lisan menyebutkan bahwa Sendang Alit merupakan lokasi pertemuan antara Ki Sekar, sesepuh Kampung Sekaran, dan Sunan Kalijaga ketika mencari kayu jati yang hilang untuk Masjid Agung Demak. Dengan demikian, Sendang Alit tidak hanya bernilai ekologis, tetapi juga menjadi bagian dari narasi penyebaran Islam dan kearifan lokal masyarakat Jawa.
UNNES Perkuat Komitmen Konservasi Holistik
Sebagai Universitas Berwawasan Konservasi, UNNES menempatkan konservasi sebagai upaya yang bersifat holistik, meliputi perlindungan ekosistem, pelestarian memori kolektif, serta penguatan fungsi edukatif. Melalui penelitian dan pendampingan partisipatif bersama masyarakat, UNNES berupaya memastikan sumber-sumber mata air seperti Sendang Alit dapat tetap terjaga keberlanjutannya.
Kegiatan ini juga menandai langkah awal pemetaan potensi mata air di kawasan Kota Semarang. Data dan hasil penelitian yang dikembangkan diharapkan dapat berkontribusi pada program konservasi sumber daya air di tingkat kota.
Tari “Tirto Panguripan” dan Prosesi Kirab ke Sendang
Sebagai simbol penghormatan terhadap air, acara turut menampilkan Tari Tirto Panguripan yang dibawakan oleh mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni bersama dua mahasiswa internasional, Fadzai dari Zimbabwe dan Grace dari Kenya. Tarian ini menggambarkan ungkapan syukur atas keberadaan air sebagai sumber kehidupan.
Pada momen puncak, para penari menyerahkan kendi berisi air sendang kepada Rektor UNNES sebagai simbol harapan agar sumber air ini terus dilestarikan. Acara kemudian dilanjutkan dengan foto bersama jajaran pimpinan universitas, perangkat dinas, camat, dan lurah.
Prosesi kirab menuju Sendang Alit kemudian dipimpin langsung oleh Rektor UNNES, diikuti jajaran pimpinan universitas, perangkat daerah, dan masyarakat. Setibanya di area sendang, rangkaian prosesi dilanjutkan dengan aksi konservasi lingkungan. Dalam kesempatan itu, Prof. S. Martono melakukan penanaman pohon serta menebar 4.000 ekor ikan di kawasan sendang sebagai upaya menjaga keseimbangan ekosistem.
Di hadapan sivitas akademika dan warga, Martono juga mengungkapkan rencana besar pengelolaan air di lingkungan kampus.
“Targetnya UNNES punya tiga embung kecil untuk mengatur air. Saat kemarau dipakai menyiram tanaman, saat hujan bisa menampung air agar tidak liar,” ujarnya.
Langkah Berkelanjutan untuk Masa Depan Konservasi
Melalui kegiatan Tawu Sendang, UNNES menegaskan kembali tekadnya untuk terus menjaga keseimbangan lingkungan dan memperkuat kesadaran konservasi di tengah masyarakat. Program ini diharapkan tidak hanya menjadi agenda simbolis, tetapi juga rangkaian aksi nyata yang berkelanjutan dalam melestarikan sumber daya air dan menjaga warisan alam yang menjadi bagian dari sejarah Sekaran, tempat di mana UNNES berada. (Ananda Fathiyyah Utami)




