Puisi yang dimusikalisasikan oleh mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Semarang , Jumat (16/1) di Gedung B6 FBS Unnes, adalah karya Triyanto Triwikromo, Eko Tunas, Beno Siang Pamungkas, dan Timur Sinar Suprabana.
Puisi karya empat penyair tersebut dipilih untuk dimusikalisasikan dan dibuat video klip sebagi bentuk apresiasi mahasiswa Unnes atas produktifitas kreatif mereka dalam mencipta karya sastra yang telah mewarnai perkembangan sastra Indonesia.
Pertunjukan musikalisasi puisi merupakan genre seni dalam seni pertunjukan yang mengolaborasikan antara seni puisi dan seni musik, dengan tujuan agar puisi lebih mudah dipahami dan dinikmati.
Menurut Ida Firiyah yang menyanyikan puisi “Malam Larut Terhampar di Sepasang Matanya” karya Timur Sinar Suprabana, merasakan lebih bisa menjiwai dan menikmati puisi ketika dimusikalisasikan.
Dalam proses penggarapan mahasiswa dituntut untuk menampilkan puisi utuh. Puisi tidak boleh dikurangi maupun ditambah. Musik dituntut untuk menguatkan pesan, makna dan suasana puisi. Hingga puisi dan musik membangun rasa yang padu.
Mahasiswa berlatih selama 2 bulan untuk dapat menampilkannnya. Tantangan terberat dalam proses penggarapan adalah ketika mengaransemen puisi, karena puisi tidak boleh diubah. Tantangan kreatif lainnya adalah mengvisualisasikan isi dan suasana puisi dalam video klip.
Puisi dihadirkan berbaur dengan nuangsa musik dangdut, regge, blus, jazz dan pop. Aneka tampilan dihadirkan, ada yang memadukan seni baca puisi dengan lagu, ada yang menampilkan utuh lagu puisi, ada pula tampilan teatrikal puisi.
Puisi karya Triyanto Triwikromo yang dimusikalisasikan, yaitu “Sahal”, “Turquois”, “ Raja Roda”, “Tersina Pembakaran Shinta”, dan “Jhon Woo”.
Puisi karya Eko Tunas yang dimusikalisasikan, yaitu “Waktu Cinta”, “Kota Menunggu”, “ Wajah Cinta”, “Kain Waktu” dan “ Ziarah Cinta”.
Puisi karya Beno Siang Pamungkas yang dimusikalisasikan, yaitu “Batas Waktu”, “ Rambut Hujan”, “Taman Semak Belukar”, “Sajak Api”, “Sajak Diam”, dan “Sajak dari Jalan Tol”.
Puisi karya Timur Sinar Suprabana yang dimusikalisasikan, yaitu “Malam Larut Terhampar di Sepasang Matanya”, “ Dirindu”, “Gumam”, “ Sendiri”, dan “Biarkan Aku Pergi”.
Triyanto Triwikromo yang menyaksikan langsung puisinya dilagukan memberikan apresiasi kreatifitas mahasiswa, musikalisasi semacam ini merupakan hal yang memerlukan energi kreativitas.
“kebahagiaan penyair adalah ketika karya puisinya dibaca orang, terlebih bila dikreasikanmenjadi musikalisasi puisi seperti ini” Katanya.
Jejak kepenyairan dan penulisan Triyanto Triwikromo terbangun semenjak Ia duduk di bangku kuliah IKIP semarang yang sekarang menjadi Unnes. Karyanya yang berbentuk puisi, cerpen, novel dan karya ilmiah merupakan “jejak teks” yang dimulai sejak menjejakkan kaki di IKIP semarang.