Pengembangan konservasi di Universitas Negeri Semarang menjadi tanggungjawab seluruh pihak. Oleh karena itu, sosialisasi dan pengembangan nilai-nilai konservasi diberikan kepada seluruh civitas akademika. Salah satu komponen penting tersebut adalah dosen-dosen muda.
“Keberadaan dosen muda sebagai pioneer dan penggerak konservasi sangat penting karena merekalah calon pemimpin universitas di masa mendatang,” kata rektor Unnes Prof Sudijono Sastroatmodjo M.Si ketika membuka workshop Pengembangan Konservasi di ruang pertemuan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, kampus Unnes Sekaran Gunungpati, baru baru ini. Dikatakannya, dengan adanya upaya pendampingan, sosialisasi, dan pengembangan nilai konservasi pada dosen muda diharapkan pengembangan konservasi dapat tercapai secara efektif.
Mubariq Ahmad, Ph.D pemateri dalam workshop mengatakan, bahwa saat ini kemampuan bumi untuk memenuhi kebutuhan manusia telah di luar batas kemampuannya. “Posisi Indonesia dalam konstlesasi politik global di bidang lingkungan serta masalah-masalah mutakhir yang tengah berkembang di dunia,” kata Advisor Climate Change Policy, World Bank Indonesia Office itu di hadapan 50 dosen muda peserta workshop.
Pembicara lain adalah Dr. Margareta Rahayuningsih, M.Si. Ketua Badan Pengembang Konservasi Unnes. Memaparkan, sejarah Unnes konservasi, program, capaian, dan rencana pengembangan. Diungkapkannya, ketidakpedulian masyarakat menjadi masalah utama pembangunan konservasi. Oleh karenanya, dosen-dosen muda berperan sebagai penggerak di masalah ini.
Di akhir acara, peserta dibagi dalam tujuh kelompok. Masing-masing kelompok membahas program-program yang akan dikembangkan sesuai dengan pilar-pilar universitas konservasi. Program yang disusun oleh peserta akan menjadi prioritas di tahun 2013. Di sini, keterlibatan dosen muda dimunculkan dengan menjadi perancang, pengembang, dan pelaksana program-program konservasi.