Pada dasarnya anak penderita sindroma down masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dan dioptimalkan untuk membantu beraktivitas seperti orang normal, serta memberikan peran di masyarakat meskipun terbatas.
Adalah dr Asri Purwanti SpA(K) MPd, yang sehari-harinya praktik di Rumah Sakit dr Karyadi Semarang selama delapan tahun lebih meneliti itu, akhirnya berhasil mempertahankan desertasinya berjudul Model Pengembangan Manajemen Pelayanan Komprehensif Transdisiplin pada Anak Sindroma Down pada ujian terbuka Doktor di Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang (PPs Unnes), Kamis (17/4), di kampus Bendan, Semarang.
Ujian terbuka anak dari pasangan Prof Satmoko dan Prof Retno Sri Ningsih Satmoko (Aml) itu dipimpin Rektor Unnes Prof Dr Fathur Rokhman MHum.
Bertindak sebagai promotor, Prof Dr DYP Sugiharto MPd Kons, Prof Dr Sugiyo MSi, dan Prof Dr dr Ag Soemantri SpA (K) SSi. Tim penguji Prof Dr dr Agus Purwadianto SH MSi SpF (K) MSc, Prof Dr Rasdi Ekosiswoyo MSc, dan Prof Dr Maman Rachman MSc.
Promovenda dinyatakan lulus sangat memuaskan menjadi Doktor Manajemen Pendidikan ke-151 Unnes atau ke-102 program studi Manajemen Pendidikan PPs Unnes, dengan IPK 3,77.
dr Asri menyampaikan, terapi stem cell merupakan salah satu solusi bagi anak sindroma down karena otaknya kurang berkembang secara baik. Namun terapi ini diperlukan penanganan secara komprehensif transdisiplin setelah terapi karena otaknya menjadi berkembang, otomatis seharusnya dia akan tambah cerdas.
Setelah otaknya berkembang dengan baik maka kita harus memberi pendidikan yang baik pula dengan permasalahan harus diteliti satu persatu karena anak sindroma down antara satu dengan yang lain mempunyai permasalahan berbeda. “Kendalanya, terapi semacam ini biayanya masih mahal. Solusinya sementara kalau kita belum bisa mengembangkan, pemerintah memberikan suatu lahan untuk meneliti. Jika obat ini dipandang baik maka bisa diproduksi lebih banyak, semacam vaksin, namun memerlukan waktu lama,” ujarnya.
Dia mengatakan, diperlukan pusat pelayanan anak berkebutuhan khusus di tiap kota secara komprehensif agar hasilnya optimal. “Selain itu saya ingin membangun jaringan terhadap donatur dan membuat sekolah khusus anak-anak sindroma down dan bekerja sama dengan orang tuanya,” kata dia.