Dalam rangka memperingati Hari Kartini, Universitas Negeri Semarang (UNNES) menggelar apel pada Senin (21/4) di halaman depan Gedung Rektorat UNNES. Apel tersebut istimewa karena seluruh petugas merupakan perempuan. Kegiatan ini menjadi simbol nyata dari semangat Kartini yang terus hidup, bersinergi, menginspirasi, sekaligus mencerminkan komitmen UNNES dalam membangun kesetaraan dan pemberdayaan perempuan.
Bertindak sebagai pembina apel, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNNES, Prof. Dr. Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si., menyampaikan pidato semangat Kartini dalam konteks kekinian. Prof Rodiyah menyoroti langkah menuju Indonesia Emas 2045, bangsa Indonesia menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Peran perempuan menjadi sangat strategis dalam perkembangan teknologi yang pesat dengan hadirnya sumber daya manusia yang adaptif, inovatif, dan inklusif.
Mengusung tema “Wanita Dikdaya melalui Aksi Bersinergi Mewujudkan UNNES Berkualitas Menuju Indonesia Emas”, Prof. Rodiyah menekankan bahwa wanita dikdaya adalah perempuan yang tidak hanya tangguh menghadapi tantangan, tetapi juga mampu bersinergi dalam bingkai nilai-nilai ketaqwaan, moral, dan keindonesiaan.
Lebih lanjut, Prof. Rodiyah menyampaikan bahwa peringatan Hari Kartini tidak semata-mata sebagai bentuk penghormatan terhadap Raden Ajeng Kartini sebagai pahlawan emansipasi wanita, tetapi juga sebagai simbol semangat yang terus menyala bagi perempuan Indonesia untuk terus tumbuh, berkembang, bangkit, dan berdaya.
“Kartini pernah menulis, ‘Habis gelap terbitlah terang’. Kalimat sederhana ini mencerminkan harapan dan visi masa depan yang lebih baik, memberikan ruang bagi perempuan untuk belajar, berkarya, dan menentukan arah hidupnya,” ungkap guru besar fakultas hukum.
Semangat Kartini juga tercermin melalui kolaborasi lintas bidang dan generasi, baik di ruang kelas, seminar, laboratorium, maupun dalam kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat. Para perempuan hadir dengan gagasan kritis, melawan diskriminasi, memperkuat solidaritas dan toleransi, serta terus berkarya dalam pengabdian terbaiknya.
“Melalui UNNES sebagai kampus konservasi yang unggul bertaraf internasional, mari kita dorong seluruh potensi perempuan untuk tampil di garis depan, baik dalam pendidikan, riset, maupun pengabdian,” ajaknya.
Menutup sambutannya, Prof. Rodiyah kembali mengutip semangat Kartini bahwa tidak ada awan di langit yang tetap selamanya. Harapan, perubahan, dan kebangkitan adalah keniscayaan bagi mereka yang berani melangkah dan terus bermimpi. Ia pun mengajak seluruh civitas akademika UNNES, khususnya para perempuan, untuk terus menyalakan semangat Kartini dalam diri masing-masing yaitu berdaya melalui ilmu, bersinergi dalam berkarya, dan menjunjung tinggi nilai-nilai ketaqwaan dan toleransi.




