Tari Kretek ini diilhami oleh pembuatan rokok yang berada di kota Kudus. Tarian jenis kreasi ini merupakan tarian yang menceritakan proses pembuatan rokok.
Penciptanya, seniman Endang dan Supriyadi, mempunyai Sanggar Tari Puringsari. Tema tarian ini diambil dari cara melipat rokok, cara membatil (menggunting ujung-ujung rokok), dan pengepakan.
Idih Tri Relianto menyampaikan itu di sela-sela Pameran Displai Data Hasil Penelitian yang diselenggarakan Program Studi Pendidikan Seni S2 semester III Pascasarjana Universitas Negeri Semarang (Unnes), Senin (16/12), di rektorat lantai I kampus Sekaran. Pameran diikuti 33 mahasiswa selama dua hari (16-17/12).
Idih Tri Relianto mengemukakan, tari ini menceritakan awal mula pembuatan rokok kretek, yakni mulai dari cara memilih tembakau yang baik untuk dipakai membuat rokok. Setelah menjadi rokok, tugas buruh mbatil selanjutnya memotong bagian ujung rokok untuk merapikannya, kemudian buruh mbatil membawa rokok tadi ke mandor untuk diperiksa.
Ketika memeriksa rokok, sang mandor kadang memasang muka seram atau malah mesam-mesem kepada sang mbatik.
Untuk menambah suasana rancak dalam tarian ini, kata Idih Tri Relianto diiringi dengan gamelan jawa jenis pelog lancaran, ditambah dengan tembang kinanti kota kretek yang diiringi oleh terbang papat, jedor, bonang, saron, slentem, demung, kendang bem, kendang ciblon, dan ketipung.
Penarinya memakai kostum dan atribut Caping kalo, Konde Ayu, Cunduk, Suweng Markis, Kalung susun renteng 9 melambangkan wali sanga, Bros 5 melambangkan rukun islam ada lima, gelang lungwi, kebaya kartinian, selendang lurik, stagen, idep kalung susun pitu, jarik laseman, celanan rancingan kuning, epek timang (sabuk), dan gesper,” katanya.
Senada dengan Idih Tri Relianto, Angga Amoriska mengambil tema “Satu Jejak Penting Karya Mansyur Daman: Joko Linglung” (1988). Dia menengarai komik Indonesia tidak menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Padahal, kata Angga Amoriska, karya Mansyur Daman bisa menjadi cerita bagi generasi untuk mencintai Indonesia.
“Ada anggapan bahwa orang mendengar kata komik itu identik dengan sisi negatif padahal tidak semua komik itu negatif. Bahkan ada peneliti komik Indonesia dari Perancis Marcel Bonneff meneliti komik Indonesia mempunyai peluang maju,” tegas Angga Amoriska.
Selain itu, dipamerkan pula, Tari Aplang Banjarnegara (Niansari Susapto Putri), Seni Kriya Miniatur Sepeda Kuno Desa Pohlandak Rembang ( Arif Bayu Dwi J), Tradisi Malam Jumat Kliwonan di Kabupaten Batang (Medi Prihatmana).
Kemudian Terbang Biola Sabdo Rahayu Desa Pekiringan Kabupaten Tegal (Mujiati dan Endri Muris Jatmiko), dan Perajin Wayang Kulit Ki Sudharjo Desa Ngablak Kecamatan Tayu Kabupaten Pati (Dian Purbarini).
terima kasih banyak atas artikel dan informasinya pak