Gugus Konservasi FISIP Universitas Negeri Semarang (UNNES) menggelar diskusi Rain Water Harvesting (RWH) di studio podcast SMPN 24 Semarang, Kamis (4/9/2025). Kegiatan ini memantik rencana penerapan pemanenan air hujan skala sekolah. Selain itu, inisiatif ini selaras dengan SDG 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak serta agenda Pengabdian Berdampak dan Pendidikan Berdampak.
Ketua Gugus Konservasi FISIP UNNES, Rudi Salam, menjelaskan Rain Water Harvesting (RWH) di sekolah merupakan strategi yang mudah diterapkan di sekolah
“Pemanenan air hujan memanfaatkan air sebagai sumber alternatif melalui penampungan dan penyaringan. Tujuannya mengurangi ketergantungan pada air tanah, menekan biaya operasional, dan menjadi teladan konservasi bagi warga sekolah,” jelasnya.
Selain itu, ia menambahkan alur teknisnya mulai air dikumpulkan dari atap melalui talang. Selanjutnya, air disalurkan ke bak penampung lewat pipa dengan first flush dan filter. Setelah itu, air dimanfaatkan untuk kebutuhan non-konsumsi seperti membilas toilet dan menyiram tanaman.
Anggota Gugus Konservasi FISIP UNNES, Nining Wahyuningsih, menegaskan dampak langsung bagi ekosistem belajar.
“Di sekolah, RWH menghadirkan konservasi air, sumber air alternatif, efisiensi biaya, sekaligus edukasi lingkungan. Praktiknya bisa terintegrasi dengan aktivitas harian dari pemanfaatan air bekas wudu, pembilasan toilet, penyiraman kebun, hingga pembersihan halaman,” ungkapnya.
Mewakili Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, Slamet Budiyono, S.Ag., menyampaikan dukungan penuh. “Sekolah siap mengadopsi gagasan RWH dan memulai penerapan bertahap sesuai kebutuhan dan kapasitas,” ujarnya.
memaparkan rancangan teknis rinci. Atap menjadi penangkap air. Talang dan pipa mengarahkan aliran. Sistem first flush membuang kotoran awal. Filter memakai kawat kasa, pasir, dan dakron. Air masuk ke tandon. Distribusi melalui keran ke titik pemakaian. Saat penuh, limpasan dialirkan ke sumur resapan.




