Dalam masa pertumbuhan anak dan remaja, kesenian tradisi menjadi hal yang begitu penting untuk diajarkan. Sebab, seni ini mampu melatih kepekaan dan rasa empati terhadap sesama.
Hal itu diungkapkan Ketua Umum Pakumpulan Paguyuban Karawitan Jawa-Indonesia (Pakarjawi), Sutikno, ketika membuka serangkaian lomba seni tradisi, di Gedung B6 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (FBS Unnes), Minggu (24/11).
Jenis lomba yang diselenggarakan adalah Lomba Macapat Tingkat SD-SMA Se-Jawa Tengah, Lomba Menulis Geguritan Tingkat Remaja Se-Jawa Tengah, dan Lomba Tari Klasik Remaja Se-Kota Semarang. Ratusan peserta meramaikan acara yang terselenggara atas kerja sama Pakarjawi dan Unnes ini.
Sutikno mengatakan, seni tradisi berangkat dari kesederhanaan dan sikap yang jauh dari kesan glamor. “Misalnya kita bisa melihat betapa filosofisnya tembang macapat. Jika nilai-nilai ini ditanamkan sejak dini, kita berharap generasi muda tak akan lupa pada budayanya,” ujar Kepala Biro Administrasi Perencanaan dan Keuangan (BAPK) Unnes ini.
Dalam kondisi sekarang, Sutikno mengatakan, sangat dimungkinkan para remaja tidak lagi melirik seni tradisi dikarenakan dalam keseharian mereka memang tidak lagi mengenalnya.
“Tari klasik sering dianggap sulit dipelajari karena memang aturannya sudah pakem. Tapi justru di situlah nilainya. Hal-hal yang rumit tidak akan mampu dipelajari tanpa kedisiplinan dan kesungguhan,” ujarnya.
Oleh sebab itu, melalui berbagai lomba dan kegiatan, Pakarjawi berharap kecintaan dan rasa memiliki generasi muda terhadap seni tradisi menjadi semakin bertambah. Dijadwalkan, tanggal 30 November 2013 bakal diselenggarakan Lomba Dalang Remaja Se-Jawa Tengah di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), Jalan Sriwijaya Semarang, dan Lomba Karawitan Anak dan Remaja pada 22 Desember 2013 di Unnes.