Baru seminggu program Profesor Go to School dijalankan Universitas Negeri Semarang (Unnes), sejumlah daerah menyatakan minat untuk bekerja sama dalam program tersebut. Dua kabupaten, yakni Magelang dan Banyumas, bahkan menyatakan minatnya untuk menerima pendampingan implemntasi Kurikulum 2013 melalui program ini.
“Mereka menyampaikan bahwa sekolah-sekolah di wilayah mereka supaya juga didampingi oleh para profesor Unnes dalam implementasi Kurikulum 2013,” kata Rektor Unnes Prof Dr Fathur Rokhman MHum. “Ini bagian dari upaya Unnes dan pemangku kepentingan bidang pendidikan di daerah untuk meningkatkan kualitas pendidikan,” lanjutnya.
Menurutnya, kemungkinan program Profesor Go to School diterapkan di daerah lain sangat terbuka. “Profesor Go to School periode pertama akan selesai pada pertengahan Desember, menjangkau SD, SMP, dan SMA di Semarang, Kabupaten Semarang, Demak, Kendal, dan Salatiga. Jika akan dilaksanakan untuk wilayah Jawa Tengah, paling tidak dimulai tahun depan,” lanjutnya.
Program profesor go to school melibatkan 45 profesor Unnes dari berbagai latar belakang keilmuan. Mereka “turun gunung” ke sekolah-sekolah untuk mendampingi siswa dan guru mengimplemntasikan Kurikulum 2013. Selain memberikan pendampingan bagi kepala sekolah dan guru, para profesor juga mengajar siswa sesuai bidang keilmuannya.
“Jika sekolah, dinas pendidikan, atau bupati merasa program ini bermakna bagi peningkatan kualitas pendidikan, kami akan senang hati bekerja sama,” pungkas Prof Fathur.
Sementara itu, Prof Tri Joko Raharjo saat di SMA Kesatrian 2, Selasa (12/11) menyampaiakn guru dalam mengajar harus punya ide, kreativ, inovatif, dan tegas supaya siswa tidak bosan dalam menerima pelajaran. Seorang guru itu lil alamin yakni bisa membawa suasana yang sejuk, damai, dan nyaman. Itu merupakan ciri khas guru mengimplementasikan kurikulum 2013. Selain itu guru dalam mengajar harus mempunyai beberapa ciri yakni dengan hati, tangan, sehat, budaya, dan humanis.
Sayangnya, ketika program sebagus ini dilaksanakan, masih ada beberapa profesor Unnes yang ‘nggrundel’ dan mencibir sebelah mata, saat ‘ngomong-ngomong’ kesehariannya di Unnes. Mohon dicek dan dikontrol profesor semacam ini Pak Rektor. Profesor semacam ini layak tunjangan profesornya dicabut.
Professor itu seharusnya memiliki output produk dan kontribusi secara berkala, dan tentunya goes international menjadi etalase dan jembatan kerjasama unnes dengan luar negeri dalam rangka internasionalisasi. Mohon di cek, bagi profesor yang minim kontribusi untuk di cabut saja…