Seperti apakah jamu yang berkualitas itu? Jawaban atas pertanyaan itulah yang mewarnai Seminar Nasional Kimia 2012, di Unnes kampus Sekaran, Sabtu (6/10). Seminar yang digelar Himpunan Mahasiswa Kimia FMIPA Unnes itu mengusung tema “Peran Budaya Chemoentrepreneurship dalam Pengembangan Konservasi Sumber Daya Alam dan Insani”.
Seminar menghadirkan Direktur Borobudur Natural Herbal Industry Rachmat Sarwono, Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Negeri Yogjakarta Prof Dr Nurfina Aznam Nugroho SU Apt, dan Guru Besar Unnes Prof Dr Supartono MS.
“Jamu yang berkualitas dipilih dari rempah yang berkualitas sesuai dengan standar GAP, diproses menggunakan mesin berteknologi canggih sesuai dengan standar GMP, serta proses yang diawasi dengan ketat, mulai dari pascapanen hingga finish pruduk,” kata Rahmat Sarwono yang mengaku, “Ke mana-mana bawa jamu, jamu bisa ke mana-mana.”
Rachmat juga kemudian menjelaskan pengolahan bahan baku jamu menjadi produk yang berkualitas.
Adapun Prof Nurfina menjelaskan tentang tanaman obat (herbal medicine) yang sangat melimpah di Indonesia. “Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia. Sebanyak 30.000 jenis tumbuhan dengan 7.000 di antaranya berkhasiat sebagai obat,” katanya.
Dia juga mengemukakan, obat-obat modern yang berasal dari tanaman obat seperti asam salisilat, morfin, efedrin kloroquin sebenarnya berasal dari tanaman-tanaman di sekitar kita. Dia juga memaparkan prospek ekonomi tanaman obat.
Pada bagian lain, Prof Supartono berbicara tentang pentingnya Chemoenterpreneurship untuk mengembangkan softskill dan konservasi insani. Dia mengemukakan, kontribusi pembelajaran berbasis CEP (Chemoenterpreneurship) yang dikembangkan di Jurusan Kimia Unnes berkontribusi untuk meningkatkan inovasi dan kreativitas, meningkatkan hasil belajar, meningkatkan motivasi belajar, dan meningkatkan minat wirausaha siswa
Gema
semoga dapat memberikan manfaat dan kita dapat tergugah untuk memaximalkan potensi alam dan kreativitas kita dan menciptakan peluang itu sendiri 🙂