Samin berasal dari kata sami, yang berarti sama. Maksudnya, tiap-tiap makhluk hidup tak berbeda satu dengan lainnya. Semua punya kewajiban untuk saling menghargai.
âSelama ini orang Samin dianggap bodoh. Itu karena kebiasaan pendahulu kami, yang semenjak 1914 tak mau sekolah dari orang Belanda yang kala itu menjajah bangsa ini,â kata salah seorang tokoh adat Samin Blora, Jawa Tengah, Winarno, saat menjadi pembicara dalam Sarasehan Selasa Legen, Senin (16/4) di auditorium kampus Sekaran.
âBahkan hingga sekarang pun kami masih melakukan hal itu. Sedulur Samin tidak bersentuhan dengan teknologi dan modernisasi karena semua itu produk barat yang tidak disukai leluhur kami,â tandasnya dalam bahasa Jawa.
Sedangkan maksud dari sedulur sikep, dia mengatakan, sikep berarti nikah atau nggarwa; sigaraning nyawa. Sebagian hidup berada berada pada Yang Maha Kuasa. Manusia sebenarnya kasinungan roh-Nya, jika terbiasa berusaha untuk mewujudkan apa yang telah terucap maupun janji yang telah dilontarkan. âSamin bukanlah aliran kepercayaan, dan tidak mengenal wayuh, tidak menyekutukan Sang Pencipta,â katanya dihadapan puluhan dosen, karyawan, mahasiswa Unnes, dan pemerhati budaya.
Winarno juga berpesan, dalam menjalani hidup, manusia haruslah saling menghargai dan menyayangi sesama ciptaan Tuhan. âDonya dumunung ing rasa, sing ketok amung titipan. Kadunungan gesang nanging ora rumangsa duwe iku luwih becik, tinimbang rumangsa gesang nanging kabeh didhaku duweke (dunia adanya di dalam rasa, yang terlihat hanyalah titipan. Diberi penghidupan tapi tidak merasa mempunyai itu lebih baik, daripada merasa hidup tapi merasa memiliki semuanya),â katanya.
Lewat tengah malam, dia bersama rombongan sedulur sikep pulang ke desanya di Kelapa Dhuwur, Blora. Meninggalkan harapan untuk universitas konservasi, supaya tak melupakan kearifan lokal yang -sepertinya- kini makin terpinggirkan.
Setelah mengerti dan mengenal orang samin, jangan ada lagi anggapan orang samin itu “bodo”, kalimat ini membuktikannya:
“Donya dumunung ing rasa, sing ketok amung titipan. Kadunungan gesang nanging ora rumangsa duwe iku luwih becik, tinimbang rumangsa gesang nanging kabeh didhaku duweke.”
Sayang wong mblora yang di unnes pada selasa legen kemarin sedang padho mudik dalam pengawasan Un sehingga tidak dapat bergabung dalam saresahan.
Nampaknya UNNES saat ini mulai meningkatkan perannya dalam mengangkat kembali kearifan budaya lokal đ
Saya sangat bangga
Memang benar, kearifan lokal saat ini seolah mulai sedikit terpinggirkan oleh jaman. Namun, jika kita paham, sebenarnya kearifan lokal itu telah menembus jaman
Nilainya yang sangat tinggi, sehingga tak banyak orang yang mau dan mampu untuk menggalinya.
Dan, jangan pernah melupakan leluhur, jangan sampai kita durhaka terhadap leluhur
“Aku ada karena kau ada”
Adanya kita di dunia ini karena adanya leluhur, jika tidak ada leluhur kita tidak akan pernah ada.
“Asal usul” ingat kembali darimana kita berasal
Salam karaharjan. Salam konservasi
samin, nilai kejujuran bisa ditemukan disini. penguasa Indonesia perlu di karantina disini, tuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, rakyat yang sehat, serta ekonomi yang kuat.
saya inget falsafah yang dijalankan oleh para sedulur sikep :
1. âAgama iku gaman adam pangucape, man gaman lanangâ,
2. âAja drengki srei, tukar padu, dahpen kemeren, Aja kutil jumput, bedhog colongâ maksudnya âjangan bertengkar, berselisih paham, irihati, jangan mencuri, mengambil milik orang lain tanpa ijin â.
3. âWong urip kudu ngerti uripe, urip pisan nggo salawaseâ maksudnya âorang hidup harus tahu kehidupannya, karena hidup (roh, jiwa) hanya sebuah akan abadi â.
4. âSabar lan trokal empun ngantos drengki srei empun ngantos riya sapada empun nganti pinek kutil jumput bedhog colong, nopo malih bedhog colong, nemu barang teng ndalan mawon kulo simpangiâ, maksudnya âberbuatlah sabar dan trokal, menghormati sesama, jangan mencuri, mengambil tanpa ijin empunya, menemukan barang dijalan saja harus dihindariâ.
5. âWong enom sing mati uripe titip sing urip .Bayi udo nagis nger niku sukma kepanggih raga .Mulane wong niku mboten mati. Nek ninggal sandhangan niku nggih. Kedah sabar lan trokal sing diarah turun temurun. Dadi ora mati ning kumpul sing urip. Apik wong selawase sepisan dadi wong sak lawsaseâ, maksudnyaâ bila ada anak muda yang meninggal maka âkehidupannyaâ (sukma, jiwa) dititipkan sukma (jiwa) yang hidup. Bayi lahir telanjang akan menangisângerâ pertanda jiwa/sukma ketemu raga. Meninggal istilah masyarakat Samin salin sandangan/ganti pakaian/raga. Manusia hidup harus mengejar kesabaran dan trokal terus menerus, walau berkali-kali ganti pakaian. Berbuat baik dan sabar terus menerus sukma dan roh itu tidak akan mati, akan selalu berkumpul dengan roh/sukma yang masih hidup. Sekali berbuat baik maka akan selamanya menjadi orang baikâ.
ini perlu dipahami sama para petinggi negara, biar bisa belajar dari masayarakat samin……….
Saya sangat responsif sekali. Menurut hasil Riset saya tentang Kearifan Lokal Sedulur Sikep Terhadap Lingkungan Hidup, Ternyata amazing banget, Patut kita contoh. Konservatif, dan respon terhadap lingkungan sangatlah erat sekali.
dhuwur ilmune