Aktivitas di gedung mungil di seberang bundaran UNNES itu tampak ramai pada Kamis (7/6) siang. Tiga karyawan laki-laki asyik bekerja menghadap layar komputer, dua karyawan perempuan sedang melayani mahasiswa, adapun beberapa mahasiswa duduk di kursi tunggu sambil bercengkrama.
Itulah gambaran aktivitas di Rumah Amal LAZIS UNNES, lembaga yang berkantor di gedung eks-kantor Bank BNI. Kantornya terletak di samping pertigaan menuju kampus timur.
Lembaga ini dibentuk tahun 2013 untuk mengelola potensi zakat dosen dan karyawan di Universitas Berwawasan Konservasi itu. Setelah empat tahun berdiri, lembaga itu berhasil menghimpun dan menyalurkan dana umat yang jumlahnya mencapai bilangan miliar.
Gagasan membentuk Rumah Amal LAZIS muncul karena potensi zakat dari dosen dan karyawan UNNES cukup besar. Di sisi lain, belum ada wadah khusus untuk mewadahinya.
Ketua Rumah Amal LAZIS UNNES Dr Edy Purwanto menjelaskan, gagasan mendirikan LAZIS lahir karena kesadaran bahwa dosen dan karyawan UNNES memperoleh rizki berupa gaji melalui UNNES. Karena itu, dosen dan karyawan merasa perlu menyalurkan zakatnya melalui UNNES agar memberi kebermanfaatan bagi keluarga UNNES dan sekitarnya.
Saat mulai beraktivitas pada 2013, lembaga ini melakukan sosialisasi untuk menjaring muzaki. Namun saat itu jumlah muzaki belum cukup banyak. Tahun 2015, lembaga ini diperkuat melalui aturan Rektor yang menganjurkan dosen dan karyawan UNNES menyalurkan zakatnya sebanyak 2,5 persen dari remunerasi melalui lembaga ini.
Dari kebijakan tersebut, sebanyak 1.382 dosen dan karyawan menyanggupi. Hanya 37 orang yang menolak. Karena itulah, dana yang terkumpul cukup besar. Pada tahun 2017 setidaknya ada 1,5 miliar uang yang dapat dihimpun melalui zakat. Adapun tahun sebelumnya, ada 2 miliar dana yang diterima melalui infaq.
Edy menuturkan, dana yang dikelola LAZIS disalurkan pada 19 kegiatan berbeda. Dari 19 pos kegiatan itu, anggaran terbesar digunakan untuk membantu mahasiswa kurang mampu yang belum terakomodasi melalui beasiswa Bidikmisi.
“Prioritas kami memang untuk mahasiswa, terutama mahasiswa dari keluarga kurang mampu. Mereka perlu dibantu agar bisa kuliah dengan lancar, menyelesaikan studi, dan meraih cita-cita,” katanya.
Pada tahun 2017 setidaknya ada 462 mahasiswa penerima manfaat dengan skema penyaluran yang berbeda-beda. Untuk seluruh mahasiswa tersebut, total dana yang disalurkan LAZIS mencapai Rp1.7 miliar.
Sebanyak 262 mahasiswa menerima bantuan melalui skema Beasiswa Mahasiswa Reguler. Bantuan ini diberikan kepada mahasiswa dhuafa atau sedang mengalami kesulitan karena kondisi tertentu. Dana yang disalurkan untuk 262 mahasiswa tersebut sejumlah Rp510,8 juta.
Sebanyak 24 mahasiswa menerima bantuan melalui Beasiswa Tahfidz, berupa bantuan biaya studi dan biaya hidup bagi mahasiswa tahfidz. Dana LAZIS yang disalurkan kepada mereka sejumlah Rp200,8 juta.
Sebanyak 60 mahasiswa menerima bantuan dana Infaq Bantuan Orang Tua Asuh (IBOA). Mereka mendapat bantuan setiap bulan selama 8 semester masa studi. Dana yang disalurkan melalui skema ini sejumlah Rp803,8 juta.
Adapun 116 mahasiswa menerima bantuan biaya UKT, diberikan kepada mahasiswa yang mengalami kesulitan membayar UKT. Dana yang didistribusikan untuk 116 mahasiswa tersebut sejumlah Rp280,8 juta.
Selain kepada mahasiswa aktif, dana LAZIS juga digunakan untuk calon mahasiswa melalui Beasiswa Perintis.
Melalui beasiswa ini LAZIS menyelenggarakan program pendampingan kepada siswa SMA/SMK/MA dari keluarga dhuafa yang ingin masuk perguruan tinggi negeri. Selama 30 hari mereka diberikan kursus persiapan. Baik biaya konsumsi, akomodasi, maupun kegiatan bagi mereka ditanggung oleh LAZIS.
Edy melanjutkan, pihaknya akan terus berusaha mengoptimalkan potensi zakat agar manfaat yang dirasakan bagi umat semakin besar.
“Alhamdulillah, kesadaran warga UNNES untuk bergotong royong membantu sesama semakin besar. Trennya semakin hari semakin meningkat,” katanya sambil menambahkan bahwa laporan dana zakat dapat diakses melalui lazisunnes.org.