Diperlukan upaya yang lebih taktis untuk menghemat energi di kampus, terutama energi listrik. Seiring dengan itu, perlu dikembangkan terobosan untuk menggunakan energi terbarukan.
Hal itu mengemuka dalam Rapat Kerja Konservasi yang digelar oleh Badan Pengembang Konservasi Universitas Negeri Semarang (Unnes), Jumat-Sabtu (8-9/2), di Hotel Grand Wahid Salatiga. Rapat dihadiri para pembantu rektor, dekan, ketua lembaga, ketua badan, kepala biro, dan sejumlah pemikir/aktivis konservasi.
“Penggunaan listrik masih berlebih, termasuk penggunaan pendingin ruangan/AC yang merupakan perangkat dengan konsumsi listrik terbesar,” ungkap Ketua Badan Pengembangan Konservasi Unnes Dr Margareta Rahayuningsih.
Berdasarkan survei konsumsi energi listrik pada tahun 2010, lanjut Margareta, pengaturan mesin air condition (AC) dengan suhu 22 derajat lebih hemat daripada dengan suhu 18 derajat Celcius. “AC dengan suhu 22 derajat Celcius lebih hemat daya listrik 10 – 15 persen dibandingkan dengan penggunaan AC bersuhu 22 derajat celcius dalam jangka waktu pemakaian yang sama,” kata Margaretha.
Hal lain yang juga dibahas adalah efisiensi dan efektivitas penerapkan aturan larangan penggunaan kendaraan bermotor di lingkungan Unnes yang dianggap belum berjalan optimal. Perilaku warga kampus yang terbiasa menggunakan kendaraan bermotor di lingkungan kampus menjadi faktor belum optimalnya program transportasi ramah lingkungan.
“Sehubungan dengan itu, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Unnes Prof Dr Masrukhi mengimbau warga Unnes untuk menjadikan konservasi sebagai bagian dari pribadi masing masing. “Konservasi adalah roh bagi Unnes. Karenanya, konservasi terintegrasi dalam berbagai kebijakan dan kegiatan Unnes. Mari kita jadikan perilaku konservasi sebagai bagian dari karakter kita dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.