Banyak yang sebenarnya diketahui oleh warga universitas, namun masih terlalu sedikit yang diperbuat.
Prof Dr Edi Astini menandaskan hal itu saat Refleksi Akhir Tahun Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang (Unnes), Jumat (31/12), di aula dekanat fakultas tersebut. Selain Prof Astini, pada refleksi yang dipandu Amir Sisbiyantoro itu tampil pula dosen Seni Rupa Aryo Sunaryo dan Amang Kokok, staf administrasi, sebagai pembicara.
“Kita sebenarnya tahu bahwa membuang sampah itu tidak bisa di sembarang tempat. Namun nyatanya, banyak yang tidak risi membuang sampah seenaknya. Tidak peka pula terhadap kehausan tanaman layu dan tidak berempati pada kerusakan alam,” kata guru besar dari Jurusan Bahasa Asing itu.
Hal lain yang diingatkan oleh Prof Astini sebagai masa lalu adalah tidak berusaha berpartisipasi dalam perbaikan lingkungan. “Selain itu, tidak hemat energi, air, dan listrik. Juga, tak punya kepedulian kepada teman yang berbuat keliru,” katanya.
[quote]Selain itu, tidak hemat energi, air, dan listrik. Juga, tak punya kepedulian kepada teman yang berbuat keliru[penulis]Prof Astini[/quote]
Lantas, bagaimana memulai untuk “hijrah” dari “masa lalu” tersebut? “Dari diri sendiri. Sebab, ada yang biasanya nyuruh tapi tidak nglakoni. Mulailah dari hal-hal kecil. Minimal mulailah pada 1 Januari 2011,” katanya bersaran.
Secara khusus, Prof Astini memang menyoroti konservasi. “Jatuh cintalah pada flora dan fauna. Pikirkan pula akibat kejorokan atau keborosan kita bagi orang lain serta hematlah energi, kertas, dan air,” tandasnya.
Prof Astini juga menyarankan perlunya dipertimbangkan pembentukan kader konservasi di tiap-tiap fakultas. “Seiring dengan itu, perlu penganggaran kegiatan untuk konservasi dan keteladanan baik atas ke bawah maupun dari samping ke samping.”
Adapun Aryo Sunaryo mengangkat keunggulan warga FBS sebagai perwujudan visi sehat, unggul, dan sejahtera (Sutera). Menurutnya, warga fakultasnya telah menunjukkan sejumlah keunggulan, baik di tingkat universitas maupun level lain. “Ketua jurusan terbaik universitas ini berasal dari fakultas kita. Begitu pula ketika AMAI (audit mutu akademik internal –Red), program studi dari FBS pula yang terbaik. Itu belum lagi prestasi yang ditorehkan mahasiswa di tingkat nasional,” katanya.
u/ melengkapi berita diatas Pembicara ketiga Amang Kokok Prabowo, A.Ma sedikit memberikan kritik kepada dosen mengenai ada sebagian dosen yang tidak tertib ketika mengumpulkan CD (Soft Copy) kegiatan Penelitian dan Pengabdian. Bahwa setelah di cek beberapa CD Blank (kosong)… is, is, is (Nining : Pewara acara tersebut).
Setuju dengan Prof. Astini, Mengatahui banyak hal tetapi tak berbuat banyak merupakan prilaku yang tidak jujur, tidak produktif, dan sia-sia.
Prof. Astini telah memetanarasikan pendapatnya beliau sendiri. Kenapa masih berfleksi terus bukan praksis langsung. Sekali lagi waktu terbuang hanya untuk merefleksi.
bagus-bagus setuju.
saya suka sekali tentang isi berita di atas….
Dulu guru saya pernah memberikan saran “bila makan permen jangan buang bungkusnya di sembarang tempat,bila tidak ada tempat sampah simpanlah dulu di saku terlebih dahulu sampai kamu menemukan tempat sampah”.