Ada yang berbeda dengan penampilan mahasiswa Mata Kuliah Umum (MKU) Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Negeri Semarang. Untuk memperingati hari santri nasional 22 Oktober 2021 ini, seluruh mahasiswa berkuliah mengenakan pakaian muslim. Mahasiswa juga menggunakan peci hitam dan berjilbab serta menggunakan atribut khas pesantren.
“Perkuliahan ini sangat tematik dengan peringatan hari santri dan ini merupakan suasana yang berbeda dengan perkuliahan biasanya apalagi ditengah wabah pandemi, peringatan hari santri ini menjadi semangat belajar bagi mahasiswa untuk mengisi kemerdekaan dengan belajar dengan baik,” ujar Triana Wijayanti salah satu mahasiswa Rombel 121 Pendidikan Kewarganegaraan.
Hal serupa disampaikan Bambang Wiwitono. Mahasiswa semester MKU Pendidikan Kewarganegaraan ini mengaku bangga menggunakan atribut santri. Apalagi, kata dia, kampusnya juga dikenal dengan kampus yang religus.
Sementara Rudi Salam SPd MPd selaku dosen pengampu menyampaikan bahwa pentingnya peringatan hari santri ini sebagai peringatan mengambil nilai-nilai suri tauladan para santri yang berjuang mengorbankan harta, benda bahkan nyawa dan kiat sebagai generasi penerus berkewajiban melanjutkan perjuangan para santri dengan berbuat yang terbaik, jujur dan ikhlas.
Menurutnya, Santri memiliki peran besar dalam perjuangan merebut kemerdekaan Republik Indonesia dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta mengisi kemerdekaan.
“Untuk itu, di hari Santri ini marilah kita bersama-sama mengenang, meneladani dan melanjutkan peran santri dalam membela dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta berkontribusi dalam pembangunan bangsa melalui kelimuan yang diperoleh para mahasiswa di bangku perkuliahan,“ ujarnya.
Perkuliahan MKU Kewarganegaraan Rombel 121 yang dilaksanakan secara daring melalui platform zoom pada hari Jum’at tanggal 22 Oktober 2021, yang diikuti oleh 99 mahasiswa.
Perkuliahan diawali dengan berdoa dan membaca suratul fatihah serta mendoakan para pahlawan terutama para santri yang gugur dalam peristiwa pertempuran di Surabaya, kemudian dilanjutkan mengkaji resolusi jihad serta berkomitmen dan berikrar untuk meneladani semangat jidad para santri.