Era globalisasi menuntut perguruan tinggi mempunyai hubungan yang baik tidak hanya dengan lembaga pendidikan lain, tetapi juga dengan mitra industri. Kerja sama tersebut baik pada tataran lokal maupun internasional untuk mengaplikasikan berbagai teknologi yang dikembangkan oleh peneliti di perguruan tinggi itu sendiri.
Hal tersebut ditandaskan pakar teknologi Prof Ir Arief Budiman MS dari Universitas Gajah Mada (UGM) pada Seminar Internasional yang diselenggarakan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang (FT Unnes), Selasa (8/1), di Hotel Pandanaran Semarang. Kegiatan dibuka Pembantu Rektor Bidang Pengembangan dan Kerja Sama (PR IV) Unnes Prof Fathur Rokhman.
Seminar yang mengusung tema Establishing Collaboration with Educational Institutions and Industrial Partners itu diawali dengan penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) dan Kemitraan antara Institute For Pulsed Power and Microwave Technology Karlsruhe Institute of Technology Germany dan Fakultas Teknik Unnes.
“Industri saat ini sudah mulai memanfaatkan penelitian perguruan tinggi untuk dikolaborasikan dengan produksi dan teknologi,” kata Prof Arief Budiman.
Dia juga mengemukakan, sejauh ini ada tiga perguruan tinggi yang digandeng industri untuk mengembangkan lebih lanjut. “Di antaranya UGM, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Institu Teknologi Surabaya (ITS). Penelitian itu dibidang teknik, energi terbarukan, dan informatika seperti pembuatan mobil listrik,” katanya.
“Dulu paradigmanya perguruan tinggi membutuhkan industri sebagai sarana mencari kerja, sekarang dunia industri yang membutuhkan pemikiran dan penelitian dari perguruan tinggi untuk dikembangkan pada usaha mereka,” kata dosen teknik kimia di UGM itu.
Dana Penelitian
Prof Arief juga menegaskan, hampir semua negara maju mengalokasikan dana lebih untuk penelitian. “Jepang misalnya sudah mengalokasikan 20% dari dana APBN nya khusus untuk dana penelitian sehingga semua industri itu berbasis teknologi,” ungkapnya.
Di Indonesia sendiri, kata Prof Arief, sedang menuju ke sana. Hal itu terbukti dengan beberapa penelitian perguruan tinggi sudah diaplikasikan di industri. “Respon pemerinta saya rasa sudah cukup bagus, kerena dana penelitian dari tahun ke tahun sudah mulai naik. Dengan dukungan pemerintah itu diharapkan bisa melahirkan penelitian-penelitian inovasi baru,” harapnya.
PR IV Unnes Prof Fathur Rokhman saat membuka kegiatan menyampaikan kolaborasi antara perguruan tinggi dengan dunia usaha sangat dibutuhkan. “Selain sebagai bentuk pelaksanaan tridarma perguruan tinggi, juga sebagai bentuk pendidikan vokasi mahasiswa,” ujarnya.
Sedangkan Dr Guido Link dari Karlsruhe Institute of Technology Germany memaparkan tentang Microwave Materials Processing at the Karlsruhe Institute of Technology.
Senada dengan Prof Arief Budiman, Praktisi Industri dari PT Madu Baru Yogyakarta Ir Istommy Yuli Setiadi mengatakan, perusahaannya memproduksi bidang makanan dan alkohol dan bekerja sama dengan 25 perguruan tinggi. “Di antaranya ITB, ITS, Unibraw, Unnes, Undip, dan UGM,” katanya.
Memang seyogyanya perguruan tinggi mengakomodir segenap kebutuhan dunia Industri. Agar tidak dikatakan sebagai lembaga yang hanya berada dipuncak mercusuar dan tidak peduli dengan problema masyarakat. Walau itu tidak dijadikan tujuan utama. salam hangat.! Hidayatul Mabrur