Pembelajaran tak boleh berhenti pada apa ini apa itu, tetapi harus masuk ke permasalahan mengapa, bagaimana, dan apa implikasinya.
Hal itu tandaskan oleh Prof Drs Nathan Hindarto pada pengukuhan guru besar, Kamis (25/11), di auditorium kampus Sekaran. Di hadapan Senat Universitas, civitas akademika, tenaga administrasi, dan tamu undangan lainnya, guru besar dalam bidang fisika modern ini enyampaikan pidato pengukuhan ”Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Fisika Modern”.
Setiap pembelajaran di sekolah, menurutnya, dapat menjadi pintu masuk ke pendidikan karakter melalui pengungkapan pesan moral dan keteladanan. ”Sifat konsep/fenomena fisika modern yang jauh dari pengalaman empiris, menjadikan pembelajaran ini penuh dengan penelaran dan diskusi. Justru melalui diskusi inilah, kita bisa masuk ke dalam pendidikan karakter,” katanya.
Lebih lanjut Nathan mengungkapkan, terdapat beberapa pesan moral yang bisa didapat dari pembelajaran fisika modern. Pesan moral itu antara lain religiusitas, jujur dan bertanggung jawab, keteladanan, serta terbuka dan demokratis.
Dia, yang mengaku selalu diingatkan oleh ibunya almarhum agar aja dumeh, sabar, dan ingat bahwa sing becik ketitik sing ala ketara itu, juga mengatakan bahwa salah satu pembelajaran fisika adalah memahami, mengagumi kebesaran dan kekuasaan Tuhan melalaui keteraturan di alam semesta.
”Namun tak jarang, di sekolah, guru mengatakan bahwa benda-benda jatuh ke bawah karena mengikuti hukum Newton. O, andaikan Newton tidak membuat hukum tentu benda akan jatuh ke mana-mana,” katanya berseloroh.
Karena itu, dia mengingatkan agar jangan sampai timbul anggapan pada siswa bahwa para fisikawan mengatur alam semesta ini dengan hukum-hukumnya, dan beranggapan bahwa masalah agama dan sains saling bertentangan.