Menggerakkan roda universitas harus dimulai dari semua elemen. Mulai dari pelayanan, efisiensi, hingga manfaat harus didasarkan pada aturan.
Demikian ditandaskan Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes) Prof Sudijono Sastroatmodjo pada pertemuan dengan para dekan dan Direktur Pascasarjana, Jumat (21/9), di ruang rapat rektor kampus Sekaran.
“Namun dalam pelayanan, pasti ada kata-kata ‘pak ini penting, pak ini sangat penting, pak ini sangat penting sekali, dan pak ini wajib’,” kata Rektor.
Rektor juga mengemukakan, dari empat kata itu, jika dipilah dan dipilih, yang nomor satu adalah wajib. “Penting kalau tidak wajib, jangan dilakukan. Wajib walaupun tidak penting, harus dilakoni. Mendesak kalau tidak ada kata wajib, biarkan mendesak, sebab mendesak semacam itu bisa juga karena kepentingan sesaat,” katanya.
Menurutnya, setiap pejabat harus berani memotong mata rantai. “Kita harus melakukan 3M, yakni menghentikan, meneruskan, dan memulai. Kalau memang sudah tidak bisa diteruskan, ya lebih baik dihentikan. Tapi kalau dirasa masih bisa dilanjutkan, ya dilanjutkan. Selain itu, harus berani memulai yang baru sebagai koreksi,” katanya.
Rektor menyebutkan, masalah pelayanan yang menjadi utama dasarnya adalah aturan. “Kewajiban kita masuk pukul 07.00 pulang pukul 16.00 harus dilakukan. Misalkan besok tidak ada pekerjaan saya akan tidak masuk ya tidak boleh, karena sudah ada aturannya dan masih berlaku,” tandasnya.
Efisiensi
Soal karyawan di Unnes, menurut Rektor, dari segi jumlah harus dibatasi seefesien mungkin. “Namun sumber daya manusianya dioptimalkan. Selama ini, kualitas sumber daya manusianya belum seperti yang kita harapkan.”
Rektor kemudian mencontohkan sebuah unit yang terdiri atas 10 orang yang tidak masuk dengan izin 3 orang tapi pekerjaan harian di unit itu tidak terpengaruh. “Kalau itu yang terjadi, perlu efisiensi tenaga. Namun, karyawan perlu diberi pelatihan, dididik sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.”
Prof Sudijono mengajak pimpinan di Unnes melakukan efisiensi anggaran. “Kegiatan yang merupakan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang masih dibiayai, mulailah dilihat kembali sehingga yang masih dibiayai itu mulai kita tinggalkan (tidak dibiayai lagi–Red). Nanti bisa berembug, mana sih yang sebenarnya tupoksi dan mana yang bukan tupoksi,” katanya berharap.
Rektor juga menyoroti jumlah kepanitiaan kegiatan yang kurang efisien dan tidak rasional. “Ini bertentangan dengan SBU kementerian keuangan. Kalau memang sudah tahu salah, apa mau diteruskan? Tidak kan? Pasti siapa pun tidak. Kalau diteruskan, kita pasti keblandrang-blandrang. Tolonglah segera dihentikan itu,” katanya.
Menurutnya, dalam sebuah kegiatan cukup hanya ketua, sekretaris, dan anggota. “Sederhana sekali, sapa ketuane, sapa sekretarise, sapa anggotane. Ora wong sasubbag atau wong saunit dijadikan panitia semuanya. Ini coba dicermati kembali, para dekan harus tahu dulu pokok persoalanya dan dalam waktu dekat ini akan ada edaran dari universitas,” katanya.
Rektor juga mengajak semua pihak mengurangi pemborosan terkait dengan anggaran penerimaan negara bukan pajak (PNBP) karena anggaran PNBP itu tidak hangus tapi bisa bergulir pada tahun berikutnya.
“Anggaran PNBP itu dalam satu tahun jangan dihabiskan, karena bisa bergulir pada tahun berikutnya. Gunakan untuk kegiatan apa yang perlu dibiayai, yang mendesak, dan jangan mengada-ada kegiatan. Misalnya mengadakan kegiatan sekadar meraih dana atau mendapatkan anggaran. Itu pemborosan. Mohon dicermati betul,” pesan Rektor.
Rektor juga mengatakan kegiatan studi banding bedhol desa yang orientasinya piknik dan surat perintah perjalanan dinas (SPPD) tidak proporsional dengan volume kegiatan. “Sesungguhnya yang bekerja hanya tiga orang, tapi yang mendampingi malah tujuh orang. Ini kan kurang efektif. Yang seperti ini juga harus kita lihat kembali,” katanya.
Rektor menekankan kembali soal pelayanan, efisiensi, dan manfaat. “Manfaat itu diukur dari banyaknya orang yang menarik atau memetik manfaatnya, tapi harus berdasar pada aturan yang berlaku. Bermanfaat tapi tidak mengacu pada peraturan, tidak ada gunanya.”
Rektor menekankan, semua itu harus segera dilakukan. “Ini sejumlah hal yang perlu kita sikapi bersama berkait dengan pelayanan, efisiensi, dan manfaat dari yang kita lakukan,” katanya.
Ass Pak Rektor, memang seharusnya begitu pelayanan yang bermutu dan berkualitas baik dari segi waktu, mutu, maupun biaya. mohon maaf Pak pada saat kita2 taya ke Ketua BAK maupun ke Petugas BAK kita yg sudah daftar wisuda universitas kita bisa pinjam ijazah. ijazah dalam waktu 7 hari biasaya sudah, kataya maksimal 2 minggu pasti sudah jadi tapi sekarang sudah 1 bulan kataya petugas BAK kok belum ada yang jadi, Bagaimana ini semoga hari ini atau minggu ini sudah jadi karena kita2 yg dari PPs harus sgera laporan yang harus melampirkan ijazah, mohon kebijaksanaanya trimaksih smoga UNNES Tercinta semakin OK Amin